PIT 09 — Menjaga Perasaan

Sejak malam itu, hubungan keduanya mulai membaik. Meski intensitas pertemuan mereka masih sama tetapi setidaknya kali ini mereka tak lupa untuk saling menghubungi, seperti siang ini.

Arsen menimang ponselnya usai berbincang dengan Nadira tentang makan siang apa yang mereka makan.

Pria itu mengulum senyumnya tatkala mengingat kembali candaan Nadira. Perempuan itu, perempuan yang dicintainya.

Suara ketukan di pintu ruangannya, membuyarkan lamunannya. Ia berdeham dan kembali duduk tegak seperti biasanya. Galen memasuki ruangan dengan membawa beberapa berkas.

"Laporan yang Anda minta, Tuan." Galen meletakkan berkas dengan beberapa warna berbeda itu ke atas meja, tepat di samping komputer Arsen.

"Berkas kerja sama dengan walikota?" tanyanya memastikan. Galen berangsur mundur dua langkah ke belakang dan mengangguk. "Oke, silakan pergi."

Galen menunduk dan berbalik, satu tangannya sudah memegang handle pintu tapi Arsen memanggil, menundanya keluar. "Ya, Tuan? Ada sesuatu yang Anda butuhkan?" sahut Galen seraya bertanya.

"Kau sudah cari sekretaris baru?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer di hadapannya.

Galen kembali berbalik menghadap Arsen, "Ya, Tuan. Sekretaris baru Anda sudah dipilih sesuai kualifikasi yang Anda minta," jawab Galen.

Arsen kembali mengangguk, "Bagus, minta ia datang ke ruanganku nanti," pinta Arsen kemudian kembali fokus pada layar juga berkas-berkas yang diantarkan Galen. Kian hari, pekerjaannya semakin banyak. Untuk itu ia meminta sekretaris baru guna membantu pekerjaannya agar ia bisa sedikit lebih bebas.

Galen sudah cukup sibuk dengan segudang pekerjaannya sebagai wakil. Dan Arsen tak mau pria itu semakin sibuk dengan urusan pribadinya.

Arsen merasa kasihan karena Galen belum juga menikah. Tiap kali ditanya, Galen akan beralasan bahwa ia sibuk bekerja dan tak sempat pergi berkencan.

Tak lama setelah Galen pergi, seseorang kembali mengetuk pintu ruangannya. "Masuk!" teriak Arsen cukup keras dari mejanya. Tatapannya berganti fokus pada berkas yang dipegangnya.

Kemudian, seseorang mendorong pintu, menunjukkan wajahnya yang cantik dan bersih, perempuan itu berkata, "Selamat siang, Presdir. Saya adalah Jeana, sekretaris baru Anda."

Mendengar kata 'sekretaris baru' Arsen sontak mengangkat pandangannya. Seorang perempuan muda berusia sekitar 25 tahun berdiri di hadapannya dengan mengenakan pakaian formal hitam putih. Arsen sedikit mengernyit, kenapa perempuan?

"Kau? Kau sekretaris baru?" tanya Arsen kembali memastikan. Perempuan yang tadi mengenalkan dirinya sebagai Jeana mengangguk seraya melayangkan senyumnya.

"Benar, Tuan. Asisten Galen meminta saya untuk menemui Anda," jawabnya meskipun Arsen tak bertanya.

Pria itu kemudian meletakkan dengan kasar berkas yang dipegangnya dan memijit pelipisnya. Galen ini bagaimana, sih? Jika Nadira tahu, entah akan seperti apa lagi hubungan kita.

Arsen mendesah lelah, kemudian mengibaskan tangannya, meminta sekretaris itu untuk pergi dari ruangannya. Dengan penuh kebingungan, Jeana berlalu dari sana, memikirkan kenapa tiba-tiba ia dipanggil dan secara tiba-tiba diminta keluar membuat otaknya pening.

Setelah itu, ia langsung menghubungi Galen guna menanyakan perihal sekretaris baru itu. "Iya, Tuan, hanya Jeana yang memenuhi kualifikasi," jawab Galen di seberang panggilan mereka.

"Kalau begitu jangan, Galen!" bentaknya merasa kesal. Entah berapa kali Galen membuatnya kesal. Arsen merasa semakin lama Galen semakin tidak becus saja saat bekerja. "Pecat dia!" pintanya lagi dengan meninggi.

"Tapi, Pres—" Arsen cepat-cepat menutup panggilan teleponnya. Dengan asal Arsen melempar ponselnya, meninggalkan bunyi 'brak' yang cukup kuat. Bersamaan dengan itu, Nadira baru saja hendak masuk.

Sedikit berjingkat kaget melihat Arsen yang melempar ponselnya. "Ya ampun!" serunya yang membuat Arsen menoleh.

"Kamu baru ganti ponsel, kan? Kenapa dibanting, astaga, kamu ini benar-benar, ya. Walaupun bisa beli lagi, kan setidaknya jangan melampiaskan kekesalan kepada sesuati, ponsel sepuluh juta yang kupilih dengan susah payah hancur sia-sia," celotehnya seraya memungut ponsel yang tadi Arsen lempar.

Ponsel itu mengalami keretakan di beberapa sisi tapi tak terlalu parah, masih bisa menyala dan digunakan dengan baik, terbukti dengan Nadira yang aktif menggeser layar ponsel itu. Arsen yang melihat Nadira langsung mengubah raut wajahnya dan mendekati perempuan itu.

"Sayang, kamu tidak bilang mau ke sini," katanya lalu mengajak istrinya itu untuk duduk. Namun, bukannya menjawab pertanyaan Arsen padanya, Nadira justru sibuk memeriksa ponsel yang retak itu.

"Sayang?" panggilan kedua barulah Nadira mengangkat kepalanya. Hanya gumaman kecil yang Arsen dengar.

"Nih, masih bisa dipakai, kok, Mas. Kenapa sih marah-marah?" tanyanya kemudian menyerahkan ponsel itu kepada Arsen setelah diteliti dengan baik Arsen menerimanya dan meletakkan secara asal ponsel itu di meja.

Arsen terdiam menunduk, pandangannya teralih ke sepatu mahalnya yang hitam mengkilat, haruskah aku memberitahunya? pikirnya.

Melihat Arsen yang menunduk, Nadira sontak menyentuh dagu Arsen dan mengangkatnya, membawa pandangan pria itu kembali padanya.

Sesaat sebelum bicara, Arsen tampak menghela napas. "Satu pekan yang lalu aku meminta Galen merekrut sekretaris baru untukku," jawabnya sedikit malas.

"Lalu?"

"Yang dia rekrut perempuan!" seru Arsen masih merasa kesal. "Aku benar-benar tak habis pikir!"

Melihat Arsen tampak menggebu-gebu amarahnya, Nadira langsung berpindah tempat kemudian mengusap-usap bahu suaminya pelan, mencoba meredakan kekesalan Arsen. Mengingat paranoid yang diidap Arsen membuat Nadira sedikit takut prianya lepas kendali.

"Sabar, Mas, sabar. Memangnya kenapa kalau sekretarisnya perempuan? Yang penting dia berkompeten dan berdedikasi dalam pekerjaan, kan?" katanya berusaha menenangkan.

Berkali-kali Arsen menghela napas, "Ya, memang. Tapi aku takut kalau sekretaris itu bertingkah macam-macam di dekatku, Sayang."

Nadira terkekeh mendengar alasan Arsen yang menurutnya tak masuk akal itu. Tetapi agaknya Nadira lupa dengan apa yang terjadi terakhir kali.

Arsen tak bodoh untuk mengulang kesalahan yang sama atau memberi celah pada kesalahpahaman. Sudah cukup baginya menerima kecemburuan perempuan di sampingnya itu.

"Aduh, pesona seorang Presdir kenamaan Harrington memang dikit untuk ditolak, ya!" imbuh Nadira yang membuat Arsen mengangkat sebelah alisnya.

"Kamu tak cemburu, hm?" tanya Arsen serius.

Nadira membingkai senyumnya dan meletakkan kedua tangannya tepat di sisi kanan dan kiri pipi Arsen, menatapnya lekat-lekat.

"Sekarang aku percaya padamu dan aku sudah memahami satu hal. Setia itu tentang hati, Mas. Tak peduli seberapa banyak perempuan yang kamu temui, selama aku tahu di hatimu hanya ada aku, itulah arti kesetiaan bagiku," kata Nadira lembut.

Arsen balas tersenyum, "Tetapi aku ingin menjaga perasaanmu. Aku ingin memberitahumu bahwa hanya kamulah satu-satunya bagiku."

"Cukup bagimu untuk tidak bersentuhan dengan perempuan lain saja, aku tak akan marah, kok."

"Jadi, kubiarkan saja sekretaris baru itu?"

"Iya, jangan dipecat, kasihan dia. Mencari pekerjaan di jaman ini sangat susah, lho, Mas."

Meski sedikit ragu, tetapi Arsen mencoba mengikuti saran Nadira untuk tetap memperkerjakan sekretaris baru itu. Ingat, menuruti kata istri adalah hal mutlak bagi suami. Begitu juga yang tengah Arsen terapkan pada dirinya.

***

Para Bapack-bapack tolong dicatat, ya.

"Menuruti kata istri adalah hal mutlak bagi suami."

Jangan ditentang, atau kelar hidupmu, Bang!

***

Jangan lupa dukungannya, ya. Bisa dengan like, komentar, vote, gift dan rate bintang tujuh, eh lima deng.

Yaudah, sekian.

Penuh cinta,

— HK

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

udah bener tuh tindakan Arsen...
laah koq malah dikasih celah...
mo ditinggal lagi ke Paris...
emg si Arsen setia, yg sono jg byk cara tuk merayu Arsen..
hadehhhh galau aqu dech.....
dahlah turu wae.... 😴🤕

2023-12-12

2

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

belom diuji si arsen sok setia/Facepalm/
nadira mau ke francis lol gua juga ksana mau ktemu nadira/Pooh-pooh/

2023-12-11

1

Fidia K.R ✨

Fidia K.R ✨

/Good/ salut bgt dgn Nadira di sini... this is what woman should be /Proud/

2023-12-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!