PIT 06 — Sebuah Usaha Merajut Cinta

Keesokan paginya, Nadira bangun dengan mata yang sedikit sempat. Berbalik, ia mendapati sebuah tangan melingkari perutnya. Dengan perlahan, Nadira memindahkan tangan itu agar ia leluasa beranjak dari tempat tidur. Arsen terusik, matanya mengerjap beberapa kali sebelum membuka sempurna.

Melenguh panjang, ia menatap Nadira yang sudah berdiri hendak menuju ke kamar mandi. Arsen menopang kepalanya dengan sebelah tangan. "Kamu sibuk hari ini?" tanya Arsen dengan suara serak khas bangun tidurnya.

Nadira menoleh kemudian mengangguk. "Iya, hari ini aku ada janji dengan supervisorku untuk konsultasi masalah disertasiku, Mas. Kenapa?"

"I want take you to a place tonight," jawabnya. Nadira terdiam sejenak. Arsen menunggu, sebelah tangannya yang bebas ia gunakan untuk menepuk-nepuk sisi tempat tidur Nadira sebelumnya, seolah meminta perempuan itu untuk kembali.

"Jam delapan malam? Jemput aku di kantor?" Nadira bertanya. Arsen mengangguk, menyetujui. Tampaknya Arsen telah bertekad untuk membawa kembali romansa pernikahan mereka. Arsen telah menyiapkan sebuah kejutan, ia harap Nadira bisa menyukainya dan memperbaiki retak yang tercipta.

***

Ibukota tampak lengang siang itu, usai dari kantornya, Nadira telah membuat janji dengan sang supervisornya di sebuah kafe untuk mengkonsultasikan hasil risetnya selama tiga bulan terakhir.

Beruntung supervisornya cukup ramah dan terbuka terhadap para mahasiswanya sehingga Nadira tak perlu repot-repot menghubunginya berkali-kali seperti kebanyakan dosen pembimbing teman angkatannya.

Seorang pria berpakaian rapi lengkap dengan kacamata tebal yang membingkai di matanya tampak memasuki restoran itu. Nadira mengenalinya sebagai Professor Karl Louis. Pria berkebangsaan Jerman berusia empat puluh lima tahun itu tersenyum.

Nadira balik tersenyum dan mempersilahkan Prof. Karl untuk duduk, mereka berbasa-basi sejenak kemudian Nadira menyerahkan disertasinya yang setebal hampir 500 halaman itu. Prof. Karl membaca secara singkat hasil riset Nadira kemudian membolak-balikkan halamannya.

Di seberang Prof. Karl, Nadira tampak cemas dan penuh harap semoga hasil risetnya kali ini disetujui. Besar harapannya untuk menyandang gelar magister bisnis tahun depan. Sesekali ia mendapati Prof. Karl mengerutkan kening.

Empat puluh lima menit kemudian, Prof. Karl tampak selesai memeriksa hasil riset Nadira. Ia menutup disertasi itu dan meletakkan kedua tangannya di meja kemudian menatap Nadira intens.

"Bagaimana Prof?" tanya Nadira meminta pendapat sang supervisor kenamaan kampusnya itu. Jujur saja, Nadira cukup cemas, pasalnya dari yang ia dengar, Prof. Karl termasuk orang yang cukup perfeksionis apalagi menyangkut riset penelitian para mahasiswa bimbingannya.

Terlebih lagi beliau sangat teliti dan kritis terkait topik riset yang dibahas. Meskipun terkesan ramah bukan berarti beliau bisa menoleransi kesalahan. Ramah tapi tegas sepertinya lebih tepat untuk mendeskripsikan sang professor itu.

Prof. Karl tampak bergumam dengan bahasa Jerman. "Risetmu masih membutuhkan banyak revisi, terutama untuk sumber rujukannya, masih tidak mengena dengan judul disertasimu," kata Prof. Karl mengutarakan pendapatnya.

Nadira terlihat kecewa namun sebisa mungkin ia sembunyikan kekecewaannya itu. "Lalu, apa yang seharusnya saya lakukan, Prof?" tanya Nadira dengan cemas bercampur harap.

Prof. Karl tampak melepas kacamatanya, meminum kopinya sejenak, lalu berkata, "Kamu temui saja teman saya, dia lebih memahami topik judulmu, jika dia setuju maka tahun depan kamu sudah bisa sidang."

"Boleh saya minta nama dan alamat teman Professor? Bagaimana cara saya menghubunginya, Prof?" tanya Nadira lagi. Ini kesempatan bagusnya, apapun akan ia lakukan demi menyelesaikan disertasinya secepat mungkin.

"Beliau sedang ada konferensi di Paris sampai bulan Februari, setelah itu saya tak tahu lagi jadwalnya. Jika kamu ingin menemuinya, kamu harus membuat temu janji dengannya di Paris."

Nadira tersentak, Apa? Paris? batinnya merana. Bagaimana bisa ia pergi ke Paris? Bagaimana caranya meminta izin kepada Arsen? Laki-laki itu pasti tak akan membiarkannya pergi ke luar negeri sendiri. Nadira menelan salivanya susah payah.

Mau tak mau, ia menyetujui usulan Prof. Karl itu. Kemudian sang professor memberikannya alamat lengkap beserta kontak yang bisa Nadira hubungi. Setelah menghabiskan kopinya, Prof. Karl pun pamit lantaran masih ada jadwal mengajar dan bimbingan.

Nadira mengantarnya hingga ke luar kafe. "Terimakasih atas waktunya hari ini, Prof," kata Nadira sebelum mobil Prof. Karl melaju. Professor itu hanya mengangguk singkat dan kemudian mobilnya menjauh dari area parkir kafe.

***

Malam harinya, Arsen bergegas mengakhiri rapatnya demi menunaikan janjinya dengan sang istri. Sebelum mengemudikan mobilnya ke kantor Nadira, Arsen menyempatkan diri untuk membeli satu buket bunga mawar putih. Sudah lama sekali rasanya ia tak memberi Nadira bunga.

Setelah sampai, ia langsung memasuki ruangan Nadira. Perempuan itu tampak masih berkutat dengan pekerjaannya.

"Sayang?" panggil Arsen pelan. Nadira menoleh dan sedikit terkejut mendapati Arsen berada di ruangannya.

Perempuan itu meninggalkan tempat duduknya dan berjalan menghampiri Arsen. Senyumnya terukir tatkala mendapati satu buket bunga mawar putih berada dalam genggaman Arsen. "For me?" tanyanya masih tak menyangka.

Arsen mengangguk dan menarik Nadira ke dalam pelukannya, "For my beautiful and beloved wife," katanya kemudian mengecup kening Nadira beberapa kali.

Nadira cukup tersentuh dengan sikap Arsen malam itu. Arsen seolah menjelma menjadi sosok yang berbeda dalam semalam.

"Sudah siap pergi?" tanya Arsen melepas rengkuhannya.

Nadira mengangguk, "Biar kurapikan dulu mejaku, ya." Setelah merapikan pekerjaannya, Nadira berpamitan pada May.

Sang asisten melambaikan tangannya dan berkata agar Nadira menikmati waktunya. Nadira hanya tersenyum diikuti Arsen.

Kemudian, dengan ditemani sinar rembulan, keduanya pergi ke sebuah restoran bintang lima yang cukup terkenal di kalangan atas.

Kali ini, Nadira tak berkomentar apapun tentang tempat makan yang akan mereka tuju. Malam ini, ia bertekad untuk mengikuti kemauan Arsen.

Selama perjalanan yang cukup santai itu, Arsen tak sedetik pun melepaskan tautan tangan mereka, sesekali mengangkat tangan Nadira dan meninggalkan sebuah kecupan lembut di punggung tangan istrinya. Ibu jarinya pun bahkan tak tinggal diam, mengusap lembut dan membuat sebuah gerakan melingkar pada telapak tangan Nadira.

Sentuhan-sentuhan Arsen yang lembut itu justru berhasil membuat Nadira merona dan tak fokus dengan topik yang mereka bicarakan.

Little things do matter, even if it's just an innocent touch.

Arsen terkekeh mendapati raut wajah Nadira yang sedikit merona itu. Ia kembali mengangkat tangan Nadira, mendaratkan sebuah kecupan lembut tepat di tengah-tengah punggung tangannya.

"Bagaimana dengan hasil risetmu?" tanya Arsen mengulangi pertanyaan yang semula tak sempat dijawab Nadira.

Perempuan itu menoleh dan tersenyum, "Professor bilang masih banyak yang harus diperbaiki, tetapi beliau juga mengatakan itu tidak masalah. All to well," ujarnya sedikit berbohong.

Nadira tak mengatakan bahwa sang supervisor mengharuskan ia terbang ke Paris untuk bimbingan lanjutannya. Entahlah, Nadira merasa berat untuk mengatakannya.

Arsen hanya mengangguk, keningnya sedikit mengernyit. Meskipun kegelapan malam menyelimuti pandangan di antara mereka, tapi sudut mata Arsen masih bisa menangkap gelagat Nadira yang menyembunyikan sesuatu.

Ia sangat mengenali Nadira. Perempuan itu tak pandai berbohong, dan Arsen sangat akrab dengan gerak tubuhnya.

Kali ini, apalagi yang coba ia sembunyikan? batin Arsen. Sebisa mungkin Arsen menepis segala prasangkanya. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak membiarkan sesuatu larut dan merusak benang-benang kusut yang sedang mereka rajut.

Tak lama dari itu, mobil Arsen memasuki pelataran restoran yang tampak megah. Keduanya berjalan masuk dengan bergandengan tangan layaknya pasangan muda yang hendak berkencan.

•••

Selamat Membaca ❤️

Kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak berupa like, komentar, vote, gift atau apapun itu, ya.

Karena dukunganmu sangat berarti bagiku. ❤️

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

si Nadira pun aneh...
sdh tampak jalan. ke arah perbaikan , msh jg sembunyikan ini itu...
jujur aj knp?
kpn terbuka nya?
Bangun dong komunikasi yg baik..

2023-12-06

2

Ig : moon.moon9921

Ig : moon.moon9921

sikit kali cuma berisi nadhira bimbingan dan menuju restoran /Gosh/

2023-12-06

2

Fidia K.R ✨

Fidia K.R ✨

setuju lagi ka her... masuk kamuzzz.. /Plusone//Plusone/

2023-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!