PIT 17 — Sesal yang Terlambat

Libur akhir tahun telah tiba tapi tidak dengan Arsen. Pria itu masih berkutat dengan pekerjaannya, padahal semua karyawan Harrington Group telah diliburkan sejak dua hari yang lalu.

Seolah sudah menjadi hukum tetap bagi Arsen untuk tetap bekerja, apalagi, beberapa hari lalu salah satu gudang perusahaan tekstilnya terbakar dan menimbulkan kerugian hingga ratusan juta.

Arsen memijit pelipisnya, pening menyambangi kepalanya sejak dua hari terakhir. Menghantam sebagian kepalanya, belum lagi rasa mual ketika mencium aroma-aroma makanan tertentu membuatnya kian digandrungi rasa sakit kepala ringan.

Suara ketukan pintu mengalihkan fokusnya sesaat, tanpa perlu menduga-duga, ia sudah tahu siapa yang mengetuk pintu. Galen menyembulkan kepalanya sesaat sebelum memasuki ruangan bosnya itu seraya membawa berkas seperti biasanya.

"Tuan, saya mau melaporkan sesuatu," katanya menatap pimpinannya yang tampak sedikit berbeda.

Arsen menengadah, "Ya, katakan. Kau sudah menemukan siapa pelakunya? Apakah mereka sudah ditangkap?" cecarnya dengan raut wajah yang serius.

Galen tampak berusaha setenang mungkin. Jujur saja, melihat ekspresi Presdir, mendadak ia jadi takut padahal telah ia kumpulkan keberanian sebelum mendatangi ruang kerja Arsen. "Belum, Tuan," jawabnya singkat dan jelas sambil menunduk dan memejamkan kedua mata. Dalam hati ia merapal doa agar tak terkena sembur kemarahan seorang Arsenio.

Arsen langsung berdiri dan menatap Galen dengan tajam. "Belum? Dua hari ini apa yang kau kerjakan kalau begitu?" tanyanya ketus. Sedangkan Galen hanya terdiam membisu. Tak tahu harus memberi penjelasan apa pada boss-nya itu.

Arsen mendesah panjang lalu kembali terduduk di kursi kebesarannya. Keningnya sedikit berkerut ke dalam, tanda ia sedang berpikir serius. "Berikan aku berkas laporannya," katanya kemudian. Galen mengangguk lalu segera mengambil laporan yang diminta Arsen di ruangannya.

"Ini, Tuan, laporannya. Yang berwarna biru adalah laporan kerugian sedangkan yang map merah adalah laporan kepolisian yang kami ajukan pasca kejadian itu," jelas Galen. Arsen hanya mengangguk sambil membaca berkas laporan itu.

"Hmm, ya, sepertinya kita tidak bisa mengandalkan pihak berwajib. Mereka terlalu sibuk dan lambat dalam penyelidikan. Hubungi Zack saja," titahnya kemudian melempar berkas itu ke meja secara asal.

"Tapi, Tuan. Zack sedang menjalankan misi penting itu, kan? Saya takut jika—"

"Katakan saja ini perintah dariku, jangan membantah!" titahnya memotong ucapan Galen. "Lakukan sekarang juga! Kabari aku jika sudah selesai, oke?"

"Baik, Tuan."

***

Nadira tampaknya menikmati dengan baik masa-masa kehamilannya. Ia sepenuhnya menuruti perintah Arsen untuk tidak berangkat ke kantor dan mengerjakan pekerjaannya dari rumah. Seperti sekarang, ia sedang melakukan bimbingan secara online dengan supervisornya di Paris.

Dalam video konferensi itu mereka membahas proposal Nadira yang syukurnya telah diterima oleh dewan sidang penguji. Nadira tampak senang dan berbinar ketika mendapat kabar itu.

"Jadi, bagaimana? Apakah Anda memiliki hipotesis untuk melanjutkan penelitian Anda?" tanya profesor sekaligus dosen senior business analytics itu.

Nadira mengangguk lalu menjelaskan hipotesisnya, ketiga profesor yang turut ikut dalam video konferensi itu tampak takjub dengan penjelasan Nadira.

"Bagus! Bagus sekali! Mana hasil penelitian Anda?" kata seorang profesor yang lain. Nadira lalu mengirimkan sebuah file hasil risetnya.

Ketiga profesor itu tampak mengangguk kembali ketika mendapatkan surel dari Nadira. "Baik, sekian saja video konferensi kali ini, akan kami pelajari nanti."

"Baik, terimakasih Prof atas waktunya," ujar Nadira sedikit bangga, lalu, video konferensi itu ditutup oleh Prof. Karl dengan pesan akan menghubunginya kembali lain hari.

Nadira melonjak senang sampai melompat-lompat kegirangan. Ada kelegaan besar yang menyusupi hatinya.

Arsen yang baru saja masuk terlonjak kaget melihat istrinya melompat-lompat. "Hei, hey, hei, hati-hati, Sayang!" serunya sambil berlari dan menangkup lengan Nadira guna menghentikan aktivitas Nadira yang berbahaya menurutnya.

"Mas, aku bahagia banget!" Nadira mengabaikan gerutuan Arsen dan beralih memeluknya. "Proposalku diterima!" serunya penuh binar.

"Oh, ya? Bagus dong. Congrats, Honey! I'm so proud of you," puji Arsen lalu mencium kening istrinya cukup lama.

"Terimakasih, Mas. Ini juga berkat kamu, ya kan? Jangan kira aku gak tahu, lho." Nadira menelisik wajah Arsen selama beberapa saat, "Iya, kan?"

Mau tak mau ia mengangguk. "Demi kamu, aku bisa lakukan apapun," jawabnya dengan senyuman mengembang sempurna di wajahnya yang tampan.

"Tapi, uhm, seharusnya ada hadiah dong," kata Arsen lagi, kali ini sambil melepaskan ikatan dasinya yang terasa membelit leher.

"Hadiah? Kamu mau hadiah apa?"

Arsen menyeringai, "Ada, deh, kamu akan tahu nanti."

***

Di sebuah kamar, Jeana tampak lemah memunguti pakaiannya yang berserakan. Setelah memakai kembali pakaiannya, ia menatap jijik ke arah cermin. Dengan kasar ia menggosok bagian lehernya yang memerah.

"Aku harus mandi. Ya! Aku harus mandi demi menghilangkan jejak si gendut itu, euw!" ucapnya jijik pada dirinya sendiri.

Sedangkan sosok pria gendut yang Jeana sebut-sebut itu tampak menggeliat dari tidurnya. Garong tampak senang bahkan mendamba kembali penyatuan mereka.

Ia terduduk di kasur dan mengambil bungkus rokoknya, membakarnya sebatang lalu menghisapnya dalam. Kepulan asap membumbung di sekitarnya. Suara kucuran shower berganti dengan derit pintu yang membuka.

Di sana, di pintu kamar mandi, Jeana tampak ragu melangkah menuju lemari guna mengambil pakaiannya. Sedangkan Garong tampak lapar kembali usai menatap tubuh Jeana yang hanya terbalut handuk.

Garong menatapnya intens, "Kenapa masih berdiri di sana? Kemarilah!" ajaknya seraya menepuk-nepuk kembali sisi tempat tidurnya. Tempat di mana Jeana luluh lantak dalam kuasanya semalam.

Jeana menggeleng takut, sudah dua hari ia terkurung di sini bersama Garong. Tak ada yang bisa dilakukannya kecuali melayani pria gendut jelek itu. Garong menggeram saat Jeana masih berdiam diri.

"Kau mau membantahku?!" sentaknya lalu menarik Jeana dengan kasar dan menjatuhkannya kembali ke tempat tidur. Jeana meringis kesakitan.

"Aku mohon, jangan! Aku sudah lelah! Lepaskan aku!" ucapnya sedikit memelas.

Garong terkekeh dan mencengkeram dagu Jeana dengan kedua jarinya. "Heh! Apa menurutmu kau bisa lepas semudah itu? Kau yang mengajukan diri kepadaku dan bersedia melakukan apapun jika aku berhasil membakar gudang dan membuat mantan presdirmu merugi. Kau lupa heh?!"

Jeana menelan salivanya susah payah. Merutuki keputusan yang dibuatnya. Garong semakin kuat mencengkeram dagunya dan secara paksa melepas handuk yang melilit tubuh perempuan itu. Jeana menjerit saat Garong menamparnya dan memperlakukannya secara kasar.

"Ah! Sakit!" teriaknya meronta kesakitan. Habis sudah dirinya. Menyesal pun sudah terlambat. Apakah begini akhirnya?

Sedangkan di atas tubuhnya, Garong tertawa puas sambil tak henti-hentinya menyiksa Jeana. Tak peduli sekuat apa Jeana meronta dan memohon ampun, Garong justru semakin menjadi-jadi dalam meraup kepuasannya.

Jeana menangis, tangisnya tumpah luruh bersama rasa sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya. Apa yang telah kulakukan? Seseorang, tolong aku! harapnya semu.

••••••

Hallo, My dearest readers!

Apa kabar? Semoga tetap dalam keadaan sehat dan bahagia, ya.

Selamat Membaca ~

Jangan lupa tinggalkan jejak, ya. Jujur saja, Author suka loh baca-baca komentarmu.

Oh, ya, jangan lupa juga klik "minta update" di bawah setelah baca, ya. Kirim gift dan rate cerita ini juga boleh banget, lho. Author akan sangat menghargai apapun dukunganmu, hihi.

Selamat Tahun Baru juga, ya, buat teman-teman semua.

With Love,

— HK

Terpopuler

Comments

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

kenapa dipercelas CUKUP LAMA/Sob/

2024-01-06

2

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

『ꌚꉣꋫ꒓ꋫ꓅ꂑꌚ』ꇓꂑꋫꆂ ꁒꂑꁹꁍ 🅰️

ya ampun si bunda/Sob//Facepalm//Smile//Drool//Determined/

2024-01-06

1

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

atututuutuuu tuuu
Poor, Jeana...
tu lah sok sok an..
wkwkwk

2024-01-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!