PIT 08 — Deep Talk

Jantung Nadira berdetak kencang bersamaan dengan semilir angin yang menerbangkan beberapa helai anak rambutnya. Di tepi jendela, Nadira menanti Arsen dengan gugup.

Hawa dingin menusuk kulitnya, larut malam seperti ini ia seharusnya sudah bergelung dengan selimut, tapi tidak. Arsen justru memintanya mengenakan gaun tidur yang sangat tipis.

Berbalik ke belakang, Nadira justru mendapati Arsen yang baru saja menyelesaikan mandinya, menatapnya dengan penuh arti. Kemudian, Nadira melihat pria itu mendekatinya secara perlahan. Masih dengan mengenakan handuk sebatas pinggang.

Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusak rambutnya yang basah. Bulir-bulir air lolos dengan mudah dari kepalanya.

Nadira menelan salivanya susah payah lantaran melihat kotak-kotak di tubuh Arsen. Pria itu berdeham pelan, membuyarkan lamunan Nadira untuk sesaat.

Arsen mengangkat dagunya ke atas, "Kenapa?" tanyanya pada Nadira. Alih-alih menjawab, perempuan itu justru membelakangi Arsen, enggan menatapnya sebab malu. Jujur saja, tubuh basah Arsen mengusik sesuatu di dalam diri Nadira.

Arsen masih berdiri di tempat yang sama, ia melemparkan handuk yang dipegangnya secara asal kemudian merengkuh pinggang Nadira untuk mendekat. Sedekat mungkin hingga Arsen merasa tak ada lagi jarak di antara mereka.

"Deep talk?"

"About?"

"Us," jawab Arsen singkat. Ia meletakkan dagunya di bahu Nadira, menempelkan pipinya pada pipi Nadira. Perempuan itu sedikit berjingkat karena geli.

"Us?" tanya Nadira memastikan. Arsen mengangguk. Kemudian membalik tubuh Nadira agar menghadapnya. Kedua mata itu tak lepas dari wajah Nadira, terutama bibir ranum itu.

Tak bisa menghindar, Nadira hanya bisa merasakan Arsen mencecapi rasa bibirnya sambil menautkan kedua tangannya pada leher Arsen, berusaha menopang berat tubuhnya agar tak limbung ke belakang karena dorongan Arsen.

Suara ketukan pelan di pintu menghentikan keduanya untuk sesaat, Nadira dapat mendengar Arsen yang berdecak sebal.

Seorang pelayan datang membawakan mereka dua cangkir kopi dan berbagai macam kudapan ringan.

"Kamu yang meminta ini?" tanya Arsen seraya menunjuk sebuah troli berisi kopi dan kudapan ringan.

Nadira mengangguk seraya memberi Arsen sebuah cengiran khasnya. "Gak apa-apa, kan?"

Arsen mengangguk singkat, "Tentu saja boleh, kapan aku pernah melarangmu? Ini hanya kudapan," sahut Arsen ringan. Kemudian ia beranjak ke walk in closet untuk berpakaian.

Setelah berpakaian rapi, ia kembali lagi ke tempat di mana Nadira sudah larut dengan layar lebarnya. Perempuan itu tampak fokus membaca jurnal sambil mulutnya sibuk mengunyah.

Arsen menghampirinya. "Tentang disertasimu itu, bagaimana jadinya?" tanya Arsen seraya mengambil duduk tepat di samping Nadira. Perempuan itu menoleh.

"Ehm, soal itu ... Aku belum menghubungi supervisorku lagi, Mas, mungkin besok akan kuhubungi sekaligus membuat janji dengan profesor kenalannya itu."

"Oh, begitu? Serius mau melanjutkan riset di Paris?" tanya Arsen lagi. Nadira tampak gamang setelahnya.

"Nah, aku juga bingung soal itu, Mas. Bisa gak ya? Terlebih lagi project yang kupegang sekarang itu nilainya besar, gak bisa dialihkan," jawabnya sendu.

Melihat itu Arsen tersenyum ringan. Istrinya ini sangat ambisius tapi ketika dihadapkan pada pilihan yang sulit akan langsung gamang dengan menundukkan wajahnya. Arsen gemas sendiri.

"Sudah aku katakan sebelumnya, mana yang lebih penting bagimu, Sayang? Utamakan yang itu. Dalam hidup ini kita harus berani berkorban, tak semua hal yang kita ingin bisa kita genggam," kata Arsen bijak.

Ia bergerak mengangkat Nadira dan mendudukkannya tepat di atas kedua pahanya. Nadira cukup terkesiap karena itu tapi sedetik kemudian mereka tertawa.

"Aku ringan banget, ya?"

Arsen mengangguk, "Sangat, besok kamu harus makan yang banyak!" pinta Arsen serius. Sebelah tangannya menyelusup ke balik gaun tidur Nadira.

"Kamu punya saran?" tanya Nadira kemudian, ia membiarkan jemari Arsen bergerilya di belakang punggungnya. Sesekali Nadira berjingkat geli saat Arsen tak sengaja menyentuh titik sensitifnya.

"Saran apa?" Arsen balik bertanya. "Saran untuk masalahmu atau saran untuk?" tanyanya dengan ambigu. Nadira menggelengkan kepala.

Arsen seperti tak memerlukan jawaban Nadira. Ia menarik wajah Nadira mendekat dan menempelkan bibir mereka. Cukup lama karena Arsen ingin mencecap rasa itu sedikit lebih lama.

Nadira tak menolak dan tunduk di bawah tuntutan Arsen. Dikalungkannya kedua lengannya pada leher pria itu guna membawa tubuhnya lebih lekat.

Tampaknya bukan hanya Arsen yang merindukan sesuatu yang mereka sebut kedekatan itu tetapi Nadira juga.

Ada banyak hal yang tak bisa mereka katakan tapi bisa diutarakan lewat kecup cecap manja. Tangan Nadira berpindah mengelus tengkuk dan pundak Arsen lembut kemudian naik menelusuri rahangnya.

"Cukup!" tegas Nadira saat Arsen mulai menggigit bibirnya hingga meninggalkan luka di sana. Tangan Nadira yang semula ia gunakan mengusap pundak berbalik memukul Arsen telak di bahunya.

Arsen meringis, "Sakit, but it's worth it!" katanya kemudian mengusap bibir Nadira yang tak sengaja ia gigit.

"Bibirmu terluka, mau kuobati?" tawarnya menyadari kelakuannya. Bukan sekali dua kali Arsen merusak momen mereka dengan menggigit Nadira. Perempuan itu nyaris tak mengerti mengapa Arsen berlaku demikian.

Kemudian, Nadira menggeleng. "Yakin?" tanya Arsen mengulangi penawarannya. Nadira kembali menggeleng, ia sudah bisa menebak dengan pasti apa yang Arsen maksud dengan mengobati.

"Sorry," lirih Arsen seraya mengusap bibir Nadira yang terluka. "Sorry if I hurt you, I don't mean to be."

Nadira menaikkan pandangannya dan tatapan mereka bertemu. Nadira dapat melihat sorot merasa bersalah di mata Arsen. Ah, seingat Nadira, pria itu selalu bisa merasa salah tentang apapun yang menyangkut dirinya.

"Lupakan, mari kita berbincang-bincang, aku sudah lama tidak bertukar pikiran denganmu, Mas," ujar Nadira mengalihkan pembicaraan mereka.

"But I seriously, Honey. Jika suatu hari kamu merasa terluka, marah ataupun kecewa terhadap sikap dan perkataanku, maka katakan saja, aku tak segan untuk segera berubah."

"Ya, tapi sejauh ini, Mas. Kamu sudah melakukan banyak hal-hal terbaik untukku. Mewujudkan semua keinginanku sekalipun itu adalah hal yang sulit. Kamu mengerti dan menerima diriku dengan baik, juga mencintaiku dengan hebat saja aku sudah sangat bahagia."

Nadira merebahkan kepalanya dalam peluk Arsen. Ingin sekali ia mengatakan bahwa menikah dengan Arsen adalah hadiah terbaik yang pernah ia terima dalam hidupnya. Tetapi biarlah itu menjadi rahasianya dengan Tuhan, betapa Nadira bersyukur memiliki Arsen dalam hidupnya.

"Itu sudah tugas dan kewajibanku, Sayang. Ingat tidak kata Kakek? Menikah adalah sarana untuk belajar. Dan tahukah kamu, bahwa darimu aku belajar banyak hal, tentang cinta, kesetiaan dan ketulusan ... dan entah berapa banyak lagi."

"Bagiku, kamu bukan hanya rumah tempatku pulang. Tapi juga rebah tempatku tanggalkan segala lelah. Jika mengingat bagaimana aku menikahimu dulu, sulit rasanya untuk mengatakan bahwa kamu adalah dunia yang kupilih untuk tinggalkan hati."

Nadira tersenyum, lebih tepatnya terharu. Untuk sampai di titik mereka sekarang sangatlah tak mudah.

Mereka telah kehilangan banyak hal, menerima segala kegetiran dan merajut banyak luka. Dan satu hal yang membuat Nadira yakin adalah Arsen tak pernah pergi atau meninggalkannya.

Tak peduli sehebat apa rasa kehilangan yang ia terima, tak peduli semenyakitkan apa takdir yang ia rasa, tak peduli seberat apa beban yang ia pikul, Arsen tak pernah melepasnya pergi.

Pria itu tetap berada di sampingnya sepanjang waktu, meski kesedihan sempat memisahkan raga mereka sekian windu. Tetapi Nadira bisa meyakininya sekarang, bahwa hati mereka telah saling tertaut.

Cinta sejati tak pernah pergi ...

•••

Selamat Membaca ❤️

Kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak berupa like, komentar, vote, gift atau apapun itu, ya.

Karena dukunganmu sangat berarti bagiku. ❤️

Terpopuler

Comments

Atang Priatna

Atang Priatna

wah thor tulisannya banyaknya roman dari pada petualang bisnisnya ganti thor judulnya.

2024-02-02

2

Fidia K.R ✨

Fidia K.R ✨

Saran bun dew emang paling mantep/Facepalm/ nanggung bgt sih ka her, deep nya tuh gereget.. /Joyful//Smirk/

2023-12-11

0

Miss_dew 𝐀⃝🥀

Miss_dew 𝐀⃝🥀

uuuhhhh..
kurang deep loohhh...

just some minutes kiss??? heeii ITS not enough. i want something more.. more and more..

come on Thor, they have to do something more deep than kiss../Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Determined//Determined//Determined/

2023-12-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!