PIT 12 — Press Conference

Pagi-pagi sekali, Harrington Group sudah ramai dengan puluhan media massa. Berdesakan menanti sang pewaris utama untuk berbicara di hadapan kamera dan mikrofon.

Konferensi pers kali ini diadakan untuk mempromosikan acara tahunan amal sekaligus peresmian Harrington Residence yang akan diadakan oleh Harrington Group di balai kota.

Riuh tepuk tangan mengiringi langkah Arsen yang menaiki podium, ucap salam dan terimakasih dihaturkannya kepada wartawan dan jajaran yang telah hadir pada konferensi pers pagi itu. Galen dan Jeana berdiri tepat di belakangnya.

"Terimakasih sudah datang pada press-con hari ini, saya selaku pimpinan tertinggi Harrington Group hendak memberitahukan acara lelang amal yang akan kami selenggarakan sebagai bentuk .... "

Selama tiga puluh menit berikutnya, Arsen sibuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari media seputar lelang amal bisnis yang akan dihadiri oleh banyak pihak, termasuk walikota. Selama itu, mata Jeana tak lepas menatap Arsen. Tampak terpesona dengan sosok yang berdiri gagah di hadapannya.

"Pak Galen," panggilnya sedikit berbisik. Galen menoleh, alisnya terangkat seolah menjawab sahutan itu dengan isyarat.

"Presdir sudah menikah, kan? Kenapa istrinya tidak hadir di sini? Kenapa beliau tidak menemani Presdir? Padahal kan ini acara penting," katanya kemudian membuat Galen mendelik. Sedikit tak suka dengan nada bicara Jeana yang terkesan meremehkan itu.

"Bukan urusanmu!" sentak Galen memberinya tatapan tajam, Jeana seketika langsung membisu di tempat. Merutuki ucapannya sendiri. Tetapi pandangannya tetap tak teralihkan dari punggung Arsen. Bahkan, ketika Arsen mengakhiri sesi konferensi pers-nya, Jeana tetap mengikuti Arsen.

Membuat Arsen berdecak sebal sendiri diikuti kemana pun ia pergi. Sekretaris baru ini begitu menyebalkan!

Dengan senyum terukir, Jeana menyuguhkan secangkir kopi yang dibuatnya sendiri di pantry. Arsen hanya meliriknya sekilas, melihat Jeana yang tak kunjung pergi dari ruangannya, Arsen berubah marah. "Pergilah! Kembali bekerja!" titahnya sedikit berteriak.

Jeana berjingkat kaget, "Ba-baik, Presdir!"

Setelah kepergian Jeana, barulah Arsen bisa duduk dan menyandarkan punggungnya. Merogoh saku dan meraba ponsel, ia berniat menelepon istrinya, tetapi ia urungkan, sebab Nadira pasti sudah berada dalam pesawat dan bersiap take off menuju Paris, pikirnya.

"Semoga perjalanan sayangku berjalan lancar, entah berapa lama pastinya kita akan berjauhan. Yang pasti, aku akan sangat merindukanmu," gumamnya seraya menatap foto Nadira di ponselnya.

***

Di bandara, Nadira tampak gusar, pasalnya pesawat yang hendak ditumpanginya harus dibatalkan karena beberapa alasan. Nadira berdecak sebal sebab ia telah bersiap dua hari sebelumnya bahkan harus rela tidak ikut menghadiri konferensi pers suaminya.

Pada akhirnya ia lebih memilih meninggalkan bandara dan tidak memedulikan antrian refund ticket, biarlah nanti pihak maskapai yang menghubunginya. Lebih baik ia mengejar waktu untuk menghadiri konferensi di gedung utama Harrington Group.

Setibanya di sana, konferensi pers baru saja berakhir lima belas menit yang lalu, Nadira tahu sebab resepsionis yang memberitahunya.

Ada kecewa menyusup di hatinya, tapi ia tanggalkan perasaan itu dengan melangkahkan kaki menuju ruangan suaminya berada.

Sesampainya di ruangan Arsen, seorang perempuan berpakaian ketat menghadangnya untuk masuk. "Tunggu, Nyonya! Anda siapa? Sudah memiliki janji temu dengan Presdir?" tanyanya sedikit ketus. Sesaat Nadira terperangah.

Hampir seluruh staff di Harrington Group mengenalnya, lalu yang berdiri di hadapannya ini siapa? Begitu pikirnya, bingung.

"Presdir ada?" tanya Nadira berusaha sopan, kendati melihat gelagat perempuan itu tampak tak biasa. Nadira mencoba memakluminya tetapi tatapan tajam yang diberikannya benar-benar membuat Nadira risih.

"Maaf, saya ingin bertemu Presdir, apakah beliau ada?" tanyanya lagi saat sang perempuan yang belum dikenal Nadira itu tak kunjung menjawabnya.

"Tidak ada! Presdir sedang ada rapat!" jawabnya ketus. Nadira benar-benar dibuat kesal olehnya tetapi kemudian ia beranjak dari sana. Biarlah nanti ia hubungi Arsen secara langsung.

Melirik kepergian Nadira, Jeana tersenyum puas sebab melihat peluangnya terbuka lebar. Ia kembali mengetuk pintu ruangan Arsen, sebelum itu, ia merapikan kembali penampilannya, juga menyemprotkan parfum ke sekujur tubuhnya.

Ia membuka pintu dengan perlahan, agar tak mengganggu Arsen yang tampak fokus dengan berkas yang dibacanya. Posisi Arsen yang membelakangi pintu masuk membuat senyum Jeana kian melebar. Dengan berjinjit ia mendekati Arsen, pelan tapi pasti.

Lalu, kedua tangannya menangkup mata Arsen hingga laki-laki itu gelagapan. "Siapa ini?! Sayang? Jangan main-main!" serunya panik. Jeana makin kegirangan sebab bisa menipu Arsen.

Tiba-tiba, pintu membanting keras, Nadira menatap keduanya tajam, amarahnya meluap. Jeana sontak melepaskan tangannya dan menyembunyikannya ke belakang. Arsen yang baru saja menyadari atmosfer ruangannya, menatap kedua perempuan itu bergantian.

"Sayang?" Arsen linglung.

Kemudian, dengan langkah besar, ia menghampiri Jeana dan mendaratkan sebuah tamparan di pipi kanan perempuan itu. Cukup keras karena kepala Jeana langsung tertoleh ke samping.

"Lancang!" sentaknya kemudian penuh amarah. Jeana meringis kesakitan, gelenyar panas menghampiri pipinya. Tertunduk malu sebab kedapati menggoda Arsen.

Arsen yang tak tahu-menahu bahwa yang tadi menutup kedua matanya adalah sekretarisnya sendiri tampak membisu, tak bisa pun tak ingin menghakimi.

"Dia sekretarismu, Mas?" tanya Nadira penuh intonasi. Arsen hanya mengangguk. "Pecat dia sekarang juga!" titahnya langsung.

Bak mendapat guntur di siang hari, Jeana takut bukan main. Susah payah ia mendapatkan pekerjaan ini, jika ia sampai dipecat dari perusahaan Harrington, maka habislah ia.

Ia berlutut di hadapan Nadira, mengatupkan kedua tangannya, memohon agar tak dipecat. Baru ia ketahui bahwa perempuan yang tadi dihadangnya adalah istri Presdir. Betapa bodohnya ia. "Maafkan saya, Nyonya, maafkan saya jika lancang."

Jeana berbalik mengiba pada Arsen tetapi tak digubrisnya, Arsen justru menekan interkom di mejanya dan memanggil Galen. Tak lama Galen pun datang, tak perlu bertanya, ia sudah tahu apa yang terjadi sebab ia melihat semuanya di ruang monitor.

Galen langsung meminta Jeana untuk mengikutinya guna melakukan prosedur pemecatan di bagian manajemen personalia, meski enggan, Jeana tetap mengikuti Galen, tampak pasrah menerima hukuman.

Setelah itu, hanya tinggal Arsen dan Nadira. Susah payah menelan salivanya, Arsen mencoba mendekati Nadira dan meraih jemarinya. Berkata-kata lembut guna memenangkan Nadira. Saat marah, perempuan suka dibujuk tak terkecuali Nadira.

"Sayang ... Aku benar-benar tak tahu, jangan marah, ya?" kata Arsen membujuk. Nadira tampak menepis pelan lengan Arsen lalu duduk di sofa. Mengabaikan keberadaan Arsen selama beberapa saat, ia mencoba meredam amarahnya lebih dulu sebelum berbicara.

"Penerbanganku dibatalkan," kata Nadira seolah memberitahu Arsen perihal keberadaannya yang tiba-tiba. Arsen sedikit terkejut tapi kemudian tersenyum sedikit bahagia mendengar kabar itu.

Ia berjongkok tepat di hadapan Nadira, meminta atensi Nadira sepenuhnya. "Sudah kubilang pakai pesawat pribadi saja," kata Arsen dengan entengnya.

"Memangnya Mas punya?"

"Kita beli dahulu pesawatnya," jawabnya santai. Kedua bola mata Nadira membola sempurna, tak percaya dengan apa yang dikatakan Arsen.

"Kamu pikir, beli pesawat seperti membeli mainan ya?" sindir Nadira akan kebiasaan aneh Arsen.

Pria itu berdiri dan mengedikkan bahunya ringan.

"Money can buy everything."

•••

Selamat Membaca ❤️

Kalau suka jangan lupa tinggalkan jejak berupa like, komentar, vote, gift atau apapun itu, ya.

Karena dukunganmu sangat berarti bagiku. ❤️

Terpopuler

Comments

Mukmini Salasiyanti

Mukmini Salasiyanti

syokoriiiinnnnnnnn
Hajar lagi, Nad...
blm puas aqu.....

Bener kan??
mulai Berulah dia...

2023-12-20

2

Miss_dew 𝐀⃝🥀

Miss_dew 𝐀⃝🥀

bagus lanjutkan... /Joyful//Determined//Determined//Determined/

2023-12-20

0

Miss_dew 𝐀⃝🥀

Miss_dew 𝐀⃝🥀

Duhhh Bu Arsen.. polos amat dah..
pesawat mau tinggal kiceup /Joyful/

2023-12-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!