Bab 12

Rasa takut bercampur khawatir kini mulai di rasakan oleh Embun saat ia berjalan masuk ke rumahnya.Dengan perlahan ia membuka pintu agar tak ketahuan oleh ibu atau siapa pun yang saat itu sedang berada di rumah.

Embun lega,mendapati kondisi rumahnya yang sedang tak ada siapapun.Ia lalu bergegas masuk ke kamarnya untuk membersihkan diri dan juga seragamnya yang terkena sedikit noda darah dari punggung Cakra yang terluka.

Baru saja ia ingin membuka seragam sekolahnya,tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk.Embun pun langsung membuka pintu itu.Betapa terkegutnya ia saat mendapati ibunya sudah berdiri di sana.Tanpa berkata apapun,Ratna langsung mendaratkan tamparan ke pipi Embun.

Matanya yang berkaca-kaca dan penuh amarah menatap tajam ke arah Embun."Dasar anak tak tau diri!!!tega-teganya kau menjerumuskan kakak mu sendiri ke dalam masalah!!!".Ratna kembali mengumpat.

"Ma..Maksud ibu apa?!"tanya Embun sembari memegang pipinya yang terasa nyeri.

"Jangan berpura-pura tak tau!!!kau kan yang membuat Ray jadi di drop out oleh pihak kampusnya?!cepat katakan, apa yang membuat mu begitu tega melakukan itu kepada Ray?!"amarah Ratna semakin meluap.

"Bu,yang salah itu kak Ray.Dia berniat ingin......"

"Halahhh,itu hanya akal-akalan mu saja kan?kau sebenarnya ingin menghancurkan keluarga ini,iya kan?!sudah merasa hebat sekarang karna kau mendapat dukungan dari teman mu yang anak kaya raya itu?"

"Kau pikir kau pantas berteman dengannya?!hahh?!sebaiknya kau sadar diri,Embun.Kau hanya gadis dari keluarga yang jauh di bawahnya."sambung Ratna dengan ucapan-ucapannya yang kasar.

Embun hanya menunduk dan membiarkan Ratna melampiaskan seluruh amarah dan kekesalannya.

"Kalau kau ingin menambah kehancuran untuk keluarga ini,maka adukan lah sikap ibu kepada teman mu yang kaya raya itu.Agar ayah di pecat dari kantornya,lalu kita akan hidup sengsara karna ayah akan menjadi pengangguran."ujar Ratna lagi yang seolah masih belum puas.

"Tidak bu,Embun sama sekali tidak ada niat untuk menghancurkan keluarga kita.Dan kak Ray...itu..itu bukan salah Embun,bu."jelas Embun dengan suara bergetar.

"Pokoknya awas saja,kalau kau mengadukan hal ini kepada teman mu.!!!"Ratna mengancam Embun sebelum akhirnya ia pergi dari depan kamar Embun.

Embun pun kembali masuk ke kamarnya.Ia tutup pintu kamarnya rapat-rapat,lalu ia kunci agar tak ada satu pun yang bisa mengganggunya lagi.Embun mulai terisak karna ucapan ibunya yang mengatakan bahwa ia tak pantas untuk berteman dengan Cakra.

Ia pikir seorang ibu bisa mendukungnya di kala ia kehilangan keyakinan dengan dirinya sendiri.Nyatanya,ibunya malah semakin menghancurkan kepercayaan dirinya.Embun pun semakin jatuh dan semakin menyadari bahwa benar, tempat ia dan Cakra begitu berbeda.Dan sampai kapan pun akan terus seperti itu.

**

Embun yang masih merasa takut akan amarah ibunya dengan tergesa keluar dari rumah.Lagi-lagi ia harus berangkat ke sekolah begitu pagi agar tak bertemu dengan ibu maupun ayahnya.

Sesampai di sekolah,ia yang hendak menuju kantin tak sengaja menabrak seorang lelaki yang baru saja keluar dari ruangan guru.Embun hampir terjatuh,untungnya lelaki bertubuh tegap itu segera menarik lengannya.

Kedua mata Embun pun seketika membelalak menatap lelaki yang ada di hadapannya."Dy..Dy..Dylan?!"ucap Embun kaget.

Bagaimana mungkin pengawal Cakra ada di sini?dan kenapa..kenapa dia memakai seragam sekolah?".Embun bertanya dalam hati.

"Kau tak apa?"tanya lelaki bertubuh tegap itu.

Embun mengangguk cepat dengan masih menyisakan keheranan di wajahnya.

"Jangan beri tau siapa pun jika aku adalah pengawalnya Cakra."ujar Dylan tiba-tiba.

"Hahh?!hmm.i...iya..".Embun masih belum mengerti dengan Dylan.

"Ini kenapa?"tanya Dylan sambil memegang pipi Embun yang masih memerah tanpa canggung.

Embun tersentak dan seketika mundur selangkah dari tempatnya.

"Siapa yang melakukan itu kepada mu?"tanya Dylan lagi.

"Bukan urusan mu."jawab Embun sedikit ketus.

"Maaf sudah membuat mu tak nyaman.Tapi Cakra menyuruh ku untuk mengawasi mu selama ia di rawat di rumah."jelas Dylan.

" Cakra?!bukannya semalam kau memanggilnya tuan?!sebenarnya kau ini siapa sih?!"Embun mulai memberanikan diri mengutarakan pertanyaan yang mengganggu hatinya.

"Wajar sih gadis yang terkenal karna berprestasi seperti mu tak mengenal ku.Dan kau mungkin juga tak menyadari kalau aku ada di sekolah ini."jawab Dylan dengan santai.

"Kau...juga bersekolah di sini?!".Embun memastikan.

"Iya,.Nama ku Dylan,Dylan Haedar.Aku satu tingkat di atas kalian. "sahut Dylan santai.

"Cakra sudah tau itu?!"

"Sudah,aku sudah menceritakan semua kepadanya.Soal kenapa aku bisa menjadi pengawalnya dan juga soal hubungan ku dengan pak Doni,karna pak Doni lah yang menyuruh ku untuk menjadi pengawal Cakra."

"Tapi kenapa aku tak pernah melihat mu?".Embun mengerutkan kedua alisnya.

"Karna kau terlalu acuh dengan orang-orang di sekitar mu."sahut Dylan tanpa basa-basi.

Embun terdiam seketika.Sikapnya yang tertutup memang sering di salah artikan oleh orang sekitarnya,termasuk Dylan.

"Oiya,mulai sekarang jangan panggil aku sebaya.Karna aku tak seumuran dengan mu."sambung Dylan lalu langsung pergi meninggalkan Embun.

Embun hanya terpaku di tempatnya sembari memandangi punggung Dylan yang semakin jauh.Cukup lama ia berdiri tempatnya,hingga ia pun tersadar saat Salma memanggilnya.

Saat di kantin sekolah..

"Sal,kau kenal dengan Dylan?"tanya Embun yang sejak tadi hanya memandangi makanan di hadapannya.

"Dylan..?!kak Dylan anak ipa¹ maksud mu.?!"Salma malah berbalik bertanya.

"Anak ipa¹?!"Embun mengernyitkan dahinya.

"Iya,kak Dylan Haedar kan?!"ujar Salma lagi.

"Kau mengenalnya?"tanya Embun heran.

"Ya jelaslah,lagi pula siapa yang tak kenal dengannya.Kak Dylan itu sama populernya dengan Cakra.Hanya saja mereka berbeda nasib.Cakra memiliki keluarga cemara,dan dia juga seorang anak konglomerat.Sedangkan kak Dylan hanya seorang anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan.Itulah yang membuat kak Dylan tak terlalu di pandang oleh gadis di sekolah kita, Embun.Karna mereka lebih tertarik dengan lelaki yang kaya raya seperti Cakra."jawab Salma panjang lebar.

"Lalu,apa hubungannya Dylan,hmm.. maksud ku kak Dylan dengan pak Doni?"tanya Embun lagi.

Salma seketika menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada yang mendengar pertanyaan Embun.

"Kau tau Embun,pak Doni adalah donatur di panti asuhan tempat kak Dylan tinggal.Bahkan kata Pandu,kak Dylan itu sudah di adopsi oleh pak Doni."bisik Salma takut ada yang mendengar.Karna itu adalah sebuah rahasia yang hanya beberapa orang saja yang tau.

"Pak Doni menjadi donatur?"

"Iya..,Dan ini ya Embun, ku beri tau satu rahasia besar kepada mu.Pemilik sekolah kita yang sebenarnya adalah pak Doni.Namun pak Doni memilih menjadi guru biasa dan malah menjadikan orang lain sebagai kepala sekolah."

"Hahh?!kau serius Sal?!"

Salma mengangguk yakin."Menurut mu apa wajar jika pak Doni yang seorang adik dari pengusaha kaya raya hanya bekerja sebagai guru biasa?"

"Iya juga sih."Embun menimpali.

Kini Embun mulai mengerti kenapa Dylan bisa menjadi pengawal bagi Cakra.Ia pasti merasa berhutang budi kepada pak Doni yang telah banyak membantunya dan juga panti asuhan tempat ia tinggal.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!