Kini Embun membiarkan Cakra menetap di sisinya,mengisi ke kosongan di hatinya,dan membiarkan lelaki itu menemani kesepiannya.
"Ingat Embun,jangan pernah bahas perbedaan kita lagi.Karna aku ingin kita saling mencintai tanpa ada halangan apapun."kata Cakra sambil mengelus kepala Embun yang masih sibuk mengerjakan soal simulasi untuk olimpiadenya.
Embun hanya mengangguk dan sambil terus menulis tanpa menoleh ke arah Cakra sedikit pun.Cakra yang kesal karna merasa di duakan di hari pertama mereka menjadi sepasang kekasih pun langsung mengambil buku-buku itu dari hadapan Embun.
"Cakra...jangan..."cegah Embun.Namun ia kalah cepat dari Cakra.
"Cakra..aku harus menyelesaikan soal-soal itu."sambung Embun.
"Memangnya kau tak bosan terus-terusan menatap buku?"tanya Cakra kesal.
"Tidak.."jawab Embun singkat.
Cakra seketika menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.Baru kali ini ia bertemu dengan seseorang yang begitu giat dalam belajar dan tak pernah merasa jenuh.
"Istirahat lah,kau kan sudah sejak pagi tadi mengerjakan soal simulasi itu.Apa kau tak kasihan dengan diri mu sendiri?hahh?"ujar Cakra sambil menatap lekat wajah gadis yang ada di sampingnya.
"Mau bagaimana lagi,hanya itu yang bisa ku lakukan untuk membahagiakan kedua orang tua ku.Selain itu aku juga ingin di anggap,atau setidaknya di lirik sedikit saja oleh ayah dan ibu ku karna prestasi yang ku raih,Cak."sahut Embun.
"Kau tak perlu merelakan kebahagiaan mu demi kebahagiaan orang lain, Embun.Bukan tugas mu juga untuk membahagiakan orang-orang di sekitar mu.Kau hanya perlu memikirkan diri mu sendiri,kau hanya perlu melakukan apa yang hati mu mau.Jadi jangan paksakan diri mu melakukan hal-hal yang di luar kemampuan mu."seru Cakra yang merasa iba melihat Embun yang terlalu memporsir dirinya dalam belajar.
Embun pun terdiam sesaat.Ia mulai menyadari jika selama ini ia memang terlalu keras berusaha agar bisa membahagiakan kedua orang tuanya.Walau mereka tak pernah sedikit pun mengapresiasi usaha dan prestasinya.
"Tapi Cakra,bagaimana pun juga aku harus tetap mengemis perhatian dari kedua orang tua ku agar kehadiran ku bisa di anggap oleh mereka."
"Embun...jika seseorang itu benar menyayangi mu maka kau tak perlu mengemis perhatian darinya.Karna seseorang yang tulus menyayangi mu,akan memberi perhatiannya tanpa kau minta sekali pun."sambung Cakra.
Lagi-lagi ucapan Cakra berhasil membungkam Embun.
"Jangan takut kalau kau tak mendapat perhatian dan kasih sayang dari orang tua mu.Ada aku...Embun.Apa hati mu tak bisa merasakan,kalau aku begitu menyayangi mu?".ujar Cakra sambil merapikan beberapa helai rambut Embun yang hampir mengenai matanya.
Betapa leganya hati Embun mengetahui kini ada seseorang yang menyayanginya bahkan menerima dirinya yang memiliki banyak kekurangan itu.Ia pun lalu melemparkan senyum kepada Cakra.Senyumannya yang manis itu menular hingga Cakra juga ikut tersenyum melihatnya.
"Pulang yuk."ajak Cakra saat mendengar bel tanda pelajaran telah selesai.
"Sebentar lagi boleh?"sahut Embun.
"Kenapa?kau masih ingin berduaan dengan ku?"goda Cakra.
"Ck..aku itu hanya tak ingin ada yang melihat kita keluar dari ruangan ini,apalagi kita sedang berdua.Memangnya kau mau orang-orang membicarakan kita.?"ujar Embun.
"Embun,untuk apa sih kau memperdulikan ucapan orang lain?benar atau salah yang di ucapkan mereka tentang kita,biarlah.Anggap saja itu angin yang hanya sekedar lewat.Ayo kita keluar."seru Cakra dan langsung menarik lengan Embun keluar dari ruangan itu.
Ketakutan Embun pun menjadi nyata.Semua mata kini tertuju pada sepasang kekasih baru itu.Embun yang merasa tak nyaman dengan sorotan mata dari siswa lain hanya menundukkan pandangannya.
"Angkat wajah mu Embun.!"pintah Cakra sambil menggenggam tangan gadis di sampingnya.
Secara perlahan Embun mulai mengangkat wajahnya.Dengan adanya Cakra di sampingnya,membuat rasa takut Embun perlahan menghilang.Kini ia dengan santainya berjalan di depan para siswa yang terngangah melihat kedekatannya dengan Cakra.
Saat mereka tiba di parkiran sekolah,Cakra langsung menyuruh Embun untuk masuk ke dalam mobil di mana Dylan sudah berada di dalamnya.
"Kita naik mobil Cak?"tanya Embun ragu.
"Iya.Aku masih belum di perbolehkan membawa motor karna luka di punggung ku masih belum sembuh sepenuhnya.Yasudah cepat masuk.Tak apa,jangan sungkan."jawab Cakra santai sambil membukakan pintu mobil untuk Embun.
Embun mengangguk.,dan dengan ragu-ragu ia masuk ke dalam mobil mewah itu.Baru saja duduk,ia sudah di kagetkan dengan kehadiran Dylan yang ternyata sudah sejak tadi berada di kursi depan mobil.
"Ayo kak."pintah Cakra yang sudah duduk di sebelah Embun.
"Mau ku antarkan ke mana?"tanya Dylan datar dan hanya menatap Cakra dari spion kecil yang ada di hadapannya.
"Ke rumah ku."jawab Cakra singkat.
Dylan yang sigap langsung melajukan mobil mewah itu meninggalkan parkiran sekolah.
"Cakra,kenapa kita ke rumah mu?bukannya kau mau mengantarkan ku pulang?"tanya Embun heran.
"Aku harus mengobati luka pada lengan mu dulu,baru setelah itu kau akan ku izinkan pulang."jawab Cakra.
"Tapi Cak...".Embun berusaha menyelah.
"Sudahlah Embun,turuti saja perkataan ku."potong Cakra.
**
Tak lama,tiba lah mobil mewah itu di depan rumah Cakra.Ia lalu mengajak Embun untuk masuk ke rumahnya.Embun pun berjalan di belakang Cakra beriringan bersama Dylan yang berada di sampingnya.
"Aku...tunggu di ruang tamu saja ya Cak."ujar Embun merasa tak enak.
"Kau bukan sekedar tamu bagi ku Embun,ayo ikut aku ke kamar."sahut Cakra.
"Benar tak apa?"tanya Embun ragu.
"Iya.Ayo!!!"sambung Cakra.
Embun pun mengikuti Cakra menapaki anak tangga menuju ke kamarnya.Sedangkan Dylan yang hanyalah seorang pengawal bagi Cakra, hanya menunggu mereka di ruang tamu.
"Cepat buka jaket mu!!"pintah Cakra sambil menatap Embun.
"Hahh?!"Embuk tersentak kaget.
"Bagaimana aku bisa mengobati luka di lengan mu,kalau jaket mu masih kau kenakan."ujar Cakra.
"I..iya baiklah."sahut Embun yang sudah salah paham dengan maksud Cakra.
Setelah Embun membuka jaket yang menutupi lengannya,kini Cakra mulai mengolesi luka-luka itu dengan salep antibiotik agar lukanya cepat mengering.Selama Cakra fokus mengobati luka-luka pada lengannya,Embun tak henti-hentinya memandangi wajah lelaki yang kini telah menjadi kekasihnya.
Baru sekali ini ia merasa beruntung di dalam hidupnya.Bisa memiliki seorang kekasih sebaik dan sesempurna Cakra.Bersamaan dengan itu,perasaan takut akan kehilangan Cakra pun muncul di hatinya.Ia takut sewaktu-waktu takdir akan memisahkan mereka.Ia takut jika ternyata takdirnya bukanlah hidup bersama Cakra.
Embun tak tau,apakah ada lelaki lain yang akan setulus Cakra jika suatu hari ternyata Cakra memilih meninggalkannya?
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments