Embun tersenyum,"Aku tau niat kak Dylan baik,tapi aku bisa menjaga diri ku sendiri kak.Soal Ranti,jangan khawatir.Aku bisa menghadapinya."ujarnya yakin.
Bagi Embun,perbuatan Ranti dan ke tiga temannya,tidak ada apa-apanya jika di bandingkan dengan sikap keluarganya selama ini.Dan Embun pun tak ada niat untuk membalas perbuatan Ranti.Namun jika Ranti masih menganggunya lagi,maka Embun bertekad untuk melawannya.
Cukup lah keluarganya yang semena-mena terhadap dirinya.Ia tak akan membiarkan orang lain memperlakukannya dengan hal yang sama.
"Baiklah."sahut Dylan.
"Yasudah,ayo ku antar pulang.Kau bisa sakit karna memakai rok basah seperti itu."sambung Dylan.
Embun pun menganggukkan kepalanya.Di bantu oleh Dylan,ia lalu berjalan perlahan menuju ke parkiran sekolah.Bahkan Dylan juga membukakan pintu mobil untuknya.Tampaknya Dylan merasa siap untuk bersaing dengan Cakra.Kepeduliannya terhadap Embun,bukan semata-mata hanya karna ia memiliki rasa empati.Namun karna Dylan juga sudah menaruh rasa suka terhadap gadis itu.
**
Di dalam mobil,Dylan berkali-kali menoleh ke arah Embun yang duduk di sebelahnya.Ia semakin khawatir saat melihat wajah gadis itu yang semakin pucat.
"Kita ke rumah sakit ya!?"celetuk Dylan setelah menaruh telapak tangannya di dahi Embun yang terasa panas.
"Tidak usah kak."Embun langsung menolak.
"Tapi Embun...."
"Aku baik-baik saja kok kak."Embun menyelah ucapan Dylan sambil menatap lelaki itu dengan mata sayu nya.
Bagaimana mungkin dia baik-baik saja dengan kondisinya yang seperti itu?gumam Dylan dalam hatinya.
Dylan pun tiba-tiba menghentikan mobilnya di tepian jalan,ia tersadar bahwa hanya Cakra lah yang bisa membujuk gadis itu.Sekali ini Dylan mengalah,ia pun mengirim pesan singkat kepada Cakra dan memberitau tentang kondisi Embun kepadanya.
Sementara Embun hanya diam sembari memejamkan mata dan tak bertanya mengapa Dylan menghentikan mobilnya di tepian jalan.Dalam diamnya,Embun menahan rasa menggigil yang telah menjulur ke seluruh tubuhnya.
Dylan yang mengetahui itu pun dengan cepat merangkul tubuh Embun agar setidaknya rasa dingin yang menjulur di tubuh gadis itu bisa berkurang.Hingga tak lama akhirnya Dylan melihat motor Cakra sudah terparkir tepat di depan mobilnya.
Dengan perlahan,ia pun melepas rangkulannya dari tubuh Embun.Ia tak ingin Cakra melihat itu lalu menjadi salah paham kepadanya.Cakra kemudian segera turun dari motornya dan ia yang sudah tak sabar ingin melihat keadaan Embun langsung membuka pintu mobil dan menyuruh Dylan keluar dari mobil itu.
"Biar aku yang membawa Embun ke rumah sakit."ujar Cakra sambil menyerahkan kunci motornya kepada Dylan.
Dylan mengangguk,ia lalu membiarkan Cakra pergi bersama Embun,gadis yang mulai ia sukai.Setelah mobil itu terlihat cukup jauh,Dylan pun bergegas pulang dengan motor milik Cakra.
**
Cakra dengan kencang melajukan mobilnya agar segera tiba di rumah sakit.Hatinya begitu cemas melihat Embun yang sudah setengah sadar itu.Begitu sampai di rumah sakit,Cakra langsung menggendong tubuh Embun dan membawanya ke ruangan rawat inap pasien.
"Dok,tolong periksa keadaan kekasih saya.."pintah Cakra.
"Baiklah.Silahkan tunggu di luar."sahut dokter itu.
Sebegitu cemasnya Cakra akan keadaan Embun,hingga ia tak peduli apa yang akan terjadi setelah ia membawa Embun ke rumah sakit milik teman Bastian,papanya.
Setelah beberapa menit memeriksa Embun,dokter itu pun keluar dan menghampiri Cakra.Sementara di dalam ruangan,seorang perawat membantu Embun untuk mengganti pakaiannya yang telah basah dengan baju pasien yang di sediakan oleh pihak rumah sakit.
"Keadaan teman kamu baik-baik saja.Ia hanya mengalami demam tinggi.Saya rasa dia perlu di rawat satu atau dua hari di sini."jelas dokter itu lalu pergi dari hadapan Cakra.
Cakra pun segera masuk ke ruangan dimana Embun di rawat.Dan betapa kagetnya ia saat melihat Embun yang hendak melepas selang infus yang sudah terpasang di tangannya.
"Embun..?!"teriak Cakra sambil berlari menghampiri gadis itu.
"Apa yang kau lakukan!?"tanya Cakra marah.
"Cakra..aku ingin pulang."jawab Embun dengan masih lemas.
"Tidak.Kau itu sedang sakit dan harus di rawat di sini."sahut Cakra tegas.
"Kalau ibu ku tau bagaimana?."
"Memangnya kalau ibu mu tau kenapa?hahh?!sudahlah Embun,lebih baik kau istirahat saja.Soal ibu mu,biar aku yang mengurus."
"Maaf jadi merepotkan mu!"
Cakra pun tersenyum."Aku senang jika kau repotkan seperti ini."ujarnya sambil memegang tangan Embun.
Malam pun tiba,Cakra masih setia menemani Embun.Bahkan ia tak memperdulikan dirinya yang masih mengenakan seragam olahraga setelah tanding basket siang tadi.
"Cakra...kau pulanglah.Aku tau kau pasti lelah."ujar Embun.
"Tidak,rasa lelah ku itu sudah hilang saat melihat mu."sahut Cakra yang sejak tadi menggenggam tangan Embun.
"Cakra...aku serius."seru Embun.
"Aku juga...".Cakra menimpali sambil tersenyum.
**
Keesokannya keadaan Embun pun sudah membaik hingga ia di perbolehkan untuk pulang oleh dokter.Cakra tak langsung mengantarkan Embun ke rumahnya,ia malah mengajak kekasihnya itu singgah ke rumahnya terlebih dahulu.
Sesampai di rumahnya,Cakra menyuruh Embun beristirahat di kamarnya.Cakra juga meminjamkan kaos miliknya.Namun Embun menolak,ia masih merasa canggung walau sudah beberapa kali masuk ke kamar Cakra.
"Tidak apa Embun.Ini pakailah."ujar Cakra sambil menyodorkan kaos berwarna nude kepada Embun.
Karna berkali-kali di paksa oleh Cakra,Embun pun mengambil kaos itu dari tangan Cakra.
"Aku ambilkan sarapan untuk mu dulu ya."kata Cakra lalu keluar dari kamarnya.
Embun pun bergegas mengganti seragam sekolah yang sejak kemarin ia kenakan.Tak lama, Cakra lalu kembali menemuinya dengan membawa senampan berisi semangkok bubur dan segelas susu.
Cakra menelan salivanya saat melihat Embun yang sudah mengenakan kaos pemberiannya.Tubuh Embun yang mungil di bandingkan tubuhnya yang jangkung,membuat kaos itu terlihat kebesaran di tubuh Embun.Namun di mata Cakra,justru Embun terlihat se ksi dengan kaos kebesaran yang sejengkal di atas lututnya itu.
"A..ayo kita..sarapan"ajak Cakra yang terlihat gugup itu sambil berjalan ke arah sofa yang berada di kamarnya.
Embun lalu menghampirinya dan mereka pun menyantap sarapan bersama dengan Cakra yang tak henti-hentinya menatap Embun.
"Kenapa menatap ku seperti itu?"tanya Embun setelah menenggak susu di hadapannya.
Cakra seketika tersenyum lebar."Tidak apa."ujarnya sambil menyeka sisa susu yang berada di ujung bibir Embun.
Embun membeku,matanya membulat menatap Cakra yang duduk di sebelahnya.Bahkan sentuhan jemari Cakra di bibirnya pun berhasil membuat dadanya bergemuruh.
Cakra tak segera mengangkat jemarinya dari bibir Embun,hingga timbul lah hasrat dihatinya untuk merasakan bibir ranum nan tipis milik kekasihnya itu.Sembari menelan salivanya,Cakra semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Embun.
Netranya yang kecoklatan menatap netra hitam pekat milik Embun.Nafasnya kini mulai memburu hingga mengenai wajah gadis itu.Dan akhirnya bersentuhan juga bibirnya dengan bibir Embun.
Embun seketika menahan nafasnya saat Cakra secara perlahan mulai me nge cup bibirnya.Ia masih membeku,tanpa berani membalas ke cu pan bibir Cakra yang semakin dalam.Bersamaan dengan itu,Cakra yang tanpa canggung langsung meletakkan salah satu tangannya di pinggang Embun yang ramping,sementara tangan yang satunya membelai wajah gadis itu yang mulai merona.
Embun pun merasakan ledakan yang luar biasanya pada jantungnya saat Cakra juga mulai mengelus lembut punggungnya.Ia bergidik seirama dengan ke cu pan Cakra yang semakin bergairah.
"Cakra..."lirih Embun saat Cakra menggigit sedikit ujung bibirnya.
Saat Cakra ingin lebih dalam menikmati bibir Embun yang ranum itu,tiba-tiba ponselnya berdering.Ia ingin mengabaikan,namun tersadar bagaimana jika papanya yang menghubunginya.
Dan benar saja,Bastian lah yang menghubungi Cakra.Cakra pun membelalakan matanya saat menatap layar ponselnya dan segera mengangkat panggilan dari papanya.
"Ada..apa...pa?"
"Kamu kemana saja sih?lama sekali mengangkat panggilan papa!!"
"Maaf pa,tadi Cakra habis dari kamar mandi."
"Loh memangnya kamu tidak berangkat ke sekolah?"
"Hmm..tidak pa.Hari ini Cakra sedang tak enak badan."
"Kamu sakit?sudah minum obat?atau papa suruh Doni ke rumah ya untuk membawa kamu ke rumah sakit.!"
"Tidak usah pa.Cakra hanya kelelahan mungkin pa,karna habis tanding basket semalam."
"Benar kamu baik-baik saja?!"
"Iya pa...Oiya ,ada apa papa menghubungi Cakra?"
"Semalam teman papa memberitau kalau katanya kamu datang ke rumah sakit.Papa khawatir,kalau terjadi sesuatu kepada kamu."
"Cakra baik-baik saja kok pa.Semalam Cakra itu hanya membesuk teman Cakra yang sakit."
"Syukur lah kalau kamu baik-baik saja.Sudah dulu ya,karna sebentar lagi papa akan ada meeting.Ingat.. jaga kesehatan kamu."
"Iya pa."
Cakra pun menghela nafas lega setelah Bastian menutup panggilannya.Ia lalu menatap Embun seolah ingin melanjutkan aksinya kembali.
"Cakra..stop..!!"ujar Embun.
Cakra seketika tertawa kecil,"Memangnya kenapa?".Ia kembali mendekatkan wajahnya.Embun pun kembali terdiam.Ternyata Cakra bukan ingin mencicipi bibir gadis itu lagi,ia hanya ingin mengecup dahi gadis yang berhasil mengisi hatinya itu.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments