Hampir dua tahun pun berlalu,hubungan antara Cakra dan Embun masih terjalin erat.Hingga mereka lulus dari bangku SMA dan kini mereka mulai sibuk mempersiapkan diri untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Embun pikir,hubungannya dengan Cakra akan selamanya terjalin dan ia akan tetap bisa bersama dengan Cakra.Namun ternyata nasib berkata lain, ketika Cakra memilih memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.
Cakra awalnya tak mau karna ia tak ingin meninggalkan Embun.Namun kemauannya kalah oleh keinginan Bastian.Bastian lah yang menginginkan Cakra untuk melanjutkan pendidikannya ke luar negeri.Apalah daya Cakra yang tak bisa menentang keinginan sang papa.
Akhirnya Cakra pun pergi ke luar negeri demi mewujudkan cita-cita papanya dan meninggalkan Embun.Janji mereka untuk tetap bersama kini kandas begitu saja.Di awal-awal kepergian Cakra,hubungan mereka masih membaik dan masih terasa hangat.Bahkan mereka juga masih saling memberi kabar.Hingga di sewaktu hari,satu hal yang di takutkan oleh Embun pun terjadi.Ia kehilangan Cakra begitu saja.
Sudah sebulan lamanya Cakra tak memberi kabar apapun kepada Embun,bahkan ia menghilang begitu saja bak di telan bumi.Kepergiannya yang tiba-tiba dan tanpa pamit serta tanpa pesan itu membuat Embun mulai berhenti berharap kepada Cakra.Kini ia pun sadar betul,kalau sejak awal ia memang tak ditakdirkan untuk hidup bersinggungan dengan Cakra.
Mungkin sudah saatnya ia melepas Cakra dan membiarkan lelaki itu mendapat perempuan yang lebih baik darinya,batin Embun.Walau di dalam hati kecilnya ia masih berharap Cakra akan kembali dan menemuinya.Walau perasaannya untuk Cakra masih tetap utuh dan tak kurang sedikit pun.
Kini Embun menjalani hari-hari tanpa adanya Cakra.Kehidupannya pun kembali seperti awal dimana ia dan Cakra masih menjadi dua orang asing.Embun pun berusaha menyibukkan diri agar bisa melupakan lelaki yang telah mengisi ruang hatinya itu.
Selain melakukan perannya sebagai mahasiswa,ia juga bekerja paruh waktu seusai pulang dari kampusnya.Walau Embun mendapat beasiswa dari kampusnya namun ia tetap harus bekerja keras demi menghidupi dirinya sendiri.Ia ingin hidup mandiri dan tak ingin menjadi beban bagi kedua orang tuanya lagi.Apalagi saat ini ia sudah jauh dari mereka.
Setelah tamat dari bangku SMA,Embun memilih mengadu nasib ke luar kota berbekal tabungan yang ia miliki selama ini.Walau Tyo dan Ratna sama sekali tak peduli dengan keinginannya yang ingin melanjutkan pendidikan,namun Embun dengan tekadnya tetap pergi dan tetap ingin mewujudkan mimpinya.
**
Di kota orang,kini Embun hidup seorang diri.Tanpa keluarganya,tanpa Salma sahabatnya yang memilih melanjutkan kuliahnya di kota lain dan tanpa Cakra,lelaki yang ia cintai.
Kepribadian Embun pun kian berubah.Kerasnya hidup yang ia jalani menempahnya menjadi seorang perempuan yang kuat dan tangguh.Ia tak takut lagi jika harus berjalan di tengah keramaian,ia tak lagi memperdulikan omongan-omongan orang lain tentangnya.Ia sudah tak peduli semua itu.Yang terpenting baginya saat ini ia bisa berbahagia dengan hidupnya.
Embun sudah menemukan jati diri yang sebenarnya.Dalam kesendiriannya,dalam rasa sakitnya,dalam kehilangannya,kini ia mengerti bahwa hanya dirinya sendiri lah yang paling bisa ia andalkan.
Hingga di suatu momen,Embun benar-benar merasa terpuruk dan hancur.Itu adalah hari dimana Tyo,ayahnya mengalami sakit parah dan akhirnya meninggal dunia.Embun memang tak menangis histeris seperti Ratna,Ray dan juga Nara.Wajahnya hanya terlihat datar dengan mata berkaca-kaca saat memandangi tubuh Tyo yang sudah terbujur kaku dan tertutup kain putih.
Namun dibalik itu,tak ada yang tau bahwa ribuan anak panah telah menghujam hati Embun saat mengetahui Tyo kini telah pergi jauh meninggalkannya.Walau selama Tyo hidup,ia tak bisa menjalankan perannya sebagai ayah yang baik bagi Embun,walau ia pun juga tak pernah membuat kenangan indah bersama anak gadisnya itu,namun Embun tetap merasa kehilangan yang mendalam dengan perginya Tyo dari dunia ini.Bagaimana pun Tyo dan sikap kejinya kepada Embun selama ini,ia tetaplah seorang ayah di mata Embun yang sama sekali tak pernah di bencinya.
Setelah proses pemakaman selesai,Ratna bersama Ray dan Nara bergegas pulang.Sementara Embun masih berdiri menatap batu nisan ayahnya.Kakinya mulai melemas dan tak sanggup menopang tubuhnya hingga ia pun terduduk di samping pusara Tyo.Mengetahui hanya ia yang berada di situ,Embun pun mulai mengeluarkan air matanya.Ia nangis sejadinya hingga wajahnya basah terkena air matanya sendiri.
Kesedihannya yang mendalam membuat Embun tak menyadari jika ternyata Dylan juga hadir di acara pemakaman ayahnya.Bahkan kini Dylan sudah berdiri tepat di sampingnya.Entah dari mana lelaki itu tau,itu tak penting.Yang pasti, hanya Dylan saat ini satu-satu orang yang ada di samping Embun.
"Sudahlah Embun,berhenti menangisi ayah mu seperti itu."ujar Dylan sambil memegang bahu Embun.
Namun Embun masih terus saja terisak dan tak memperdulikan ucapan Dylan.
"Embun,ikhlaskan ayah mu pergi."ucap Dylan lagi sembari duduk di samping Embun.
"Kak Dylan..kak Dylan tidak tau bagaimana rasanya kehilangan."sahut Embun dengan serak.
Dylan tersenyum."Aku lebih dulu mengalami kehilangan kedua orang tua ku dibandingkan kau,Embun.Jadi aku tau betul bagaimana perasaan mu saat ini."sambung Dylan.
Mendengar ucapan Dylan,tangisan Embun pun semakin pecah hingga membuat hati Dylan teriris melihat gadis itu.Dylan seketika memeluk tubuh Embun dan membiarkan gadis itu menumpahkan kesedihannya.
Dylan juga mengelus kepala Embun dengan lembut berharap tangis gadis itu segera meredah.Kasian Embun,matanya sudah membengkak dan memerah,batin Dylan.
"Pulang yuk."bisik Dylan.
Embun menggelengkan kepalanya dalam pelukan Dylan.
"Tapi ini sudah sore dan sepertinya juga akan turun hujan".kata Dylan.
"Percayalah Embun,saat ini ayah mu sudah berada di tempat yang terbaik.Jadi berhentilah menangisinya,karna itu hanya akan membuatnya sedih."ujar Dylan lagi.
Sekali ini Embun menuruti ucapan Dylan.Walau hatinya terasa berat meninggalkan pusara ayahnya,namun ia harus tetap pergi dari tempat itu.
Di dalam mobil,sebelum melajukan mobilnya Dylan dengan telatennya menyeka sisa air mata di wajah Embun.Ia seka dengan lembut wajah gadis itu sembari ia pandangi dengan lekat.Walau setelah lulus sekolah ia tak pernah bertemu dengan Embun lagi,namun bagi Dylan paras Embun tak berubah dan masih menarik baginya.
"Sudah ya menangisnya!!"celetuk Dylan sambil memegang tangan Embun.
Dylan tau bahwa Embun tak hanya kehilangan ayahnya tetapi juga Cakra.Ia tau kalau Cakra telah meninggalkan Embun,ia tau semua tentang Cakra saat ini dari Doni,gurunya dulu sekaligus orang tua angkatnya.Namun Doni melarang Dylan untuk menceritakan apapun tentang Cakra kepada Embun.
Untuk itu lah kepergian Cakra di manfaatkan oleh Dylan agar bisa mengisi ruang kosong di hati Embun.Namun sekeras apapun Dylan berusaha,tampaknya ia tidak akan pernah bisa menempati ruang kosong itu karna sebenarnya hati Embun sudah tertutup rapat untuk siapapun,termasuk Dylan.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments