Bab 11

Cakra membuka kedua matanya yang masih terasa berat.Ia pun berusaha mengenali sekelilingnya sembari mengerutkan dahi.

"Kau sudah sadar,Cakra?"tanya Embun yang menunggu di sebelahnya sejak ia tak sadarkan diri.

Cakra hanya mengangguk pelan.Tubuhnya yang terbaring dalam posisi miring membuatnya sulit untuk bergerak.

"Bagaimana keadaan mu?"tanya Doni yang ternyata juga menemani Cakra.

"Om Doni?"Cakra tersentak.

"Sudah merasa hebat karna sabuk hitam mu itu?"pekik Doni yang berjalan ke arah kasur Cakra.

"Bu..bukan begitu om.Aku bisa menjelaskan semuanya.Jadi..jangan beri tau papa ya om."ujar Cakra yang menaruh khawatir.

"Kau tak perlu menjelaskan apapun lagi.Karna Embun sudah menjelaskan semuanya kepada om.Perihal papa mu,kau tenang saja.Karna om sudah mengurusnya."jelas Doni santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

"Jadi itu alasan kenapa om tak membawa ku ke rumah sakit?om takut kalau papa akan tau?"tanya Cakra berusaha memastikan.

Doni mengangguk."Om tidak bisa membayangkan jika papa tau keadaan mu saat ini,mungkin ia akan marah besar,Cak."ujar Doni.

"Tapi....".Doni berhenti sejenak.

"Tapi apa om?!"Cakra mulai penasaran.

"Tapi orang-orang yang melakukan ini kepada mu harus tetap di hukum."sambung Doni tegas.

"Pak..saya mohon..jangan hukum kakak saya."gumam Embun yang takut jika Ray akan di hukum.Bukan karna ia iba melihat kakaknya itu,hanya saja Embun takut semakin di benci oleh kedua orang tuanya jika terjadi sesuatu kepada Ray.

"Embun..,hukum harus tetap berjalan.Siapa yang berani berbuat,maka harus siap bertanggung jawab."ujar Doni lagi.

"Om...yang menusuk ku itu bukan kakaknya Embun,melainkan temannya.!"Cakra berusaha membela pujaan hatinya itu.

"Namun tetap saja,Cakra.Kakak Embun juga sudah melakukan perbuatan asusila dan harus mendapat hukuman dari apa yang telah di perbuatnya.Lagi pula manusia seperti kakak mu tak pantas di bela,Embun.Di mana hati nuraninya,hingga dia tega menjual mu kepada temannya?"Doni mulai menampakkan kekesalannya.

Embun pun menunduk mendengar ucapan gurunya itu.Di balik itu,wajahnya tampak menyimpan kesedihan.

"Yasudah om mau keluar dulu,ada yang harus om kerjakan.Dan jangan coba-coba melepas infus di tangan mu.Awas saja kalau kau bertindak gegabah lagi.."tegas Doni lalu keluar dari kamar Cakra.

"Kau tenang saja Embun,apapun yang terjadi dengan kakak mu nanti,akan ku jamin bahwa tak ada yang menyalahkan atau pun menyakiti mu."seru Cakra yang seolah mengerti kegelisahan hati Embun.

Embun mengangkat kepalanya dan menatap Cakra."Kau tak perlu melakukan apapun lagi untuk ku.Dan andai saja kau tak mengantarkan ku ke kampus kak Ray,mungkin kejadian ini tak akan menimpa mu,Cakra.Aku minta maaf ya sudah membuat mu menjadi seperti ini."ujar Embun penuh sesal.

"Ini bukan salah mu Embun.Kau tak perlu meminta maaf.Justru jika aku tak mengantarkan mu tadi,mungkin itu akan menjadi penyesalan seumur hidup bagi ku.Aku tak bisa membayangkan,bagaimana jadinya jika salah satu dari mereka mengambil mahkota berharga yang selama ini kau jaga."jelas Cakra.

"Andai saja aku bisa tinggal bersama mu.Mungkin aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti mu lagi."sambung Cakra sembari membalas tatapan Embun.

Seketika Embun menyunggingkan senyum di hadapan Cakra hingga terlihatlah kedua lesung pipinya yang dalam."Makasih ya Cakra,karna mu...,aku merasa dunia tak lagi mencampakkan ku.Kini aku memiliki alasan untuk hidup lebih lama,agar nantinya aku bisa membalas semua kebaikan mu."

Degupan jantung Cakra berdetak lebih cepat kali ini.Ia terkesima dengan wajah manis dari gadis di hadapannya.Kedua lesung pipi itu bak obat yang kini menyembuhkannya."Kau ingin membalas kebaikan ku?"tanya Cakra.

"Iya."Embun menjawab cepat.

"Jadilah kekasih ku,itu sudah lebih dari cukup bagi ku."sambung Cakra dengan yakinnya.

Embun terdiam sejenak,wajahnya kini terlihat bimbang.

"Kenapa?bukannya kau ingin membalas kebaikan ku?kenapa kau tiba-tiba terlihat ragu seperti itu?"tanya Cakra seolah mengintimidasi Embun.

"Cakra...apa menurut mu sekarang penting untuk membahas hal itu?"ucap Embun berusaha mengalihkan pembicaraan mereka.

"Penting,sangat penting Embun.Untuk itu katakan lah bahwa kau menerima ku untuk menjadi kekasih mu."sahut Cakra.

"Cakra..."lirih Embun.

"Jika ini permintaan terakhir ku,apa kau masih tetap menolaknya?"gumam Cakra.

"Kau ini bicara apa sih Cak,?!"Embun menaikkan nada suaranya.

Cakra pun tertawa kecil,"Kau takut ya kehilangan ku?"tuduhnya.

Embun seketika memalingkan wajah dari Cakra."Ti..tidak."sahut Embun gugup karna Cakra semakin mendekatkan wajah tampannya.Betapa tak bisa diamnya Cakra padahal kondisinya sedang tak baik bahkan lengannya pun sedang terpasang selang infus

Di tengah kebersamaan mereka,tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamar Cakra.Cakra pun tersentak lalu kembali merebahkan kepalanya di atas bantal

"Masuk."pintah Cakra sok serius.

Seorang lelaki bertubuh tegap dan tinggi yang mengenakan pakaian serba hitam pun masuk ke kamar Cakra.

"Anda siapa?"tanya Cakra heran.

"Saya pengawal tuan sekarang!!!"jawab lelaki bernama Dylan itu.

"Siapa yang menyuruh anda?"tanya Cakra lagi.

"Pak Doni.!!"jawabnya singkat.

"Hahh?om Doni?!untuk apa dia memberi ku seorang pengawal?"monolog Cakra dalam hati.

Tanpa canggung, lelaki bertubuh tegap itu lalu berdiri di samping kasur Cakra.Membuat Embun merasa tak nyaman dengan kehadirannya.

"Cakra...aku pulang ya.Lagi pula ini sudah hampir malam."celetuk Embun tiba-tiba.

Cakra mengangguk,ia tak mungkin mencegah Embun untuk pulang."Jika terjadi sesuatu,cepat kabari aku."ujarnya.

"Baiklah..aku pamit."sambung Embun sambil beranjak dari kursi yang berada di samping ranjang Cakra.

"Embun..."panggil Cakra.

"Ada apa lagi?"tanya Embun heran.

"Biar pengawal ku yang mengantarkan mu."jawab Cakra.

"Hahh??!!tidak usah Cak..".tolak Embun yang lagi-lagi merasa tak enak.

"Pengawal...aduh bagaimana ya memanggilnya?!"celetuk Cakra yang bingung harus memanggil sebutan apa untuk pengawal barunya itu.

"Ada apa tuan?"tanya pengawal itu.

"Tolong antarkan kekasih saya pulang ya.Dan pastikan dia selamat hingga sampai ke rumahnya."pintah Cakra.

Kekasih?sejak kapan aku menerimanya!?.Embun memprotes dalam hati.

"Tapi tuan,tugas saya hanya untuk menjaga tuan Cakrawala.".ujar Dylan dengan tegas.

"Saya baik-baik saja,jadi anda tak perlu menjaga saya.Lebih baik antarkan saja kekasih saya pulang..."sambung Cakra.

"Tapi jika saya.....".Dylan berusaha menolak.

"Apa perlu saya yang keluar untuk mengantarkannya?!"seru Cakra.

"Baiklah,akan saya antarkan kekasih tuan dengan selamat."sahut Dylan cepat.

**

"Terima kasih ya...."Embun menghentikan ucapannya.Ia sama bingungnya dengan Cakra yang tak tau harus memanggil apa kepada lelaki yang masih terlihat sangat muda itu.

"Panggil saya Dylan."ujar pengawal itu seolah mengerti akan ekpresi wajah Embun yang terlihat bingung.

Embun pun sedikit menyeringai."Terima kasih ya..Dylan.Sudah mengantarkan saya pulang.Maaf jadi merepotkan."ucapnya sambil menatap Dylan dari balik kaca mobil.

Pengawal suruhan Doni itu tak menjawab,ia hanya mengangguk lalu segera pergi dari hadapan Embun.

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!