Cakra masih menunggu Embun untuk menjawab pertanyaannya.Namun gadis itu bersikukuh untuk tetap diam."Embun...apa salah ku?kenapa kau menjauhi ku?"tanyanya memelas.
Embun pun tak tahan melihat Cakra seolah menyalahkan dirinya sendiri."Tidak ada yang salah dari mu.Hanya saja kita lebih baik tak saling mengenal,Cakra."jawab Embun datar tanpa menatap Cakra yang ada di hadapannya.
"Tapi kenapa?hahh?!"tanya Cakra menaikkan nada suaranya.
"Sudahlah,tak enak kalau ada guru yang melihat kita berkeliaran saat masih jam pelajaran."Embun mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku ke kelas dulu ya."sambung Embun.
"Tunggu."cegah Cakra cepat.
"Kenapa?"tanya Embun heran dan langsung menatap Cakra secara spontan.
"Dahi mu?kenapa dengan dahi mu?!kau terluka?!siapa yang membuat mu seperti itu?!".Cakra mulai melontarkan kekhawatirannya saat melihat dahi Embun yang di tutup dengan kain kasa kecil.
"Berhenti lah mengkhawatirkan ku,Cakra.Lebih baik kau khawatirkan diri mu sendiri!!!".ujar Embun sedikit ketus padahal di dalam hatinya pun ia begitu ingin tau tentang keadaan Cakra.Ia juga khawatir saat melihat wajah tampan lelaki di hadapannya itu masih terlihat pucat.
Cakra langsung terdiam dan tak meyangka jika gadis pujaannya itu akan berkata ketus kepadanya.Namun Cakra tak marah,karna ia tau bahwa gadis itu sebenarnya sedang menyimpan kesedihan di hatinya.Cakra bisa melihat itu jelas dari kedua mata Embun.
Bel tanda jam istirahat tiba-tiba berbunyi.Embun yang menyadari bahwa para siswa akan segera keluar dari kelas pun bergegas pergi dari hadapan Cakra.Ia tak mau orang-orang menghujatnya lagi karna berduaan dengan lelaki tampan nan kaya raya itu.Sedangkan Cakra masih mematung di tempatnya sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan demi menaklukan gadis berhati dingin seperti Embun.
**
Embun kembali ke tempat persembunyian nya setiap kali jam istirahat berlangsung.Ternyata selama seminggu ini ia mengasingkan diri di dalam sebuah ruangan yang dulunya di gunakan oleh para siswa yang mengikuti ekskul di bidang fotografi.
Sembari menikmati roti pemberian gurunya,Embun juga sibuk mengerjakan soal-soal simulasi dari buku yang di bawanya tadi.Hingga ia pun tak menyadari jika Cakra sudah masuk ke ruangan itu.
Embun tersentak saat mendengar pintu itu terkunci."Cakra...??!"pekik Embun sambil terngangah melihat Cakra yang sudah berdiri di depan pintu.
Cakra lalu berjalan menghampiri Embun dengan ekspresi wajahnya yang terlihat datar.Tanpa di minta ia langsung duduk di samping Embun yang berusaha menetralkan degupan jantungnya yang tak karuan.
Dan tanpa berkata-kata,Cakra seketika menarik jaket yang di kenakan Embun.Ia ingin tau seberapa parah luka-luka yang ada di tubuh gadis itu.Embun memberontak,namun Cakra tak peduli.Hingga jaket hitam itu pun berhasil terlepas dari tubuh Embun yang semakin kurus.Mata Cakra pun membulat sempurna kini saat melihat beberapa luka baru di lengan Embun.
"Apa ini?hahh?!kau berusaha menutupinya dari ku?bukannya sudah ku katakan,agar kau bercerita apapun yang terjadi kepada ku?!".Amarah Cakra mulai meluap.Kedua matanya yang tampak memerah dan berkaca-kaca kini menatap wajah Embun dengan lekat.
Embun tak menjawab,ia berusaha mengambil jaket miliknya dari tangan Cakra.Namun Cakra dengan kuatnya mencengkram jaket itu hingga Embun pun tak bisa merebut benda itu dari tangannya.
"Cakra...kembalikan jaket ku."lirih Embun yang tanpa sadar mendekati tubuh Cakra.
Cakra yang bertubuh jangkung malah bangkit dari kursi lalu mengangkat jaket itu dengan salah satu tangannya hingga membuat Embun semakin kesulitan untuk meraihnya.
"Cakra...!!!".Embun semakin memohon.Lagi-lagi Cakra hanya menatapnya.
Embun menyerah begitu saja.Ia tau tak akan mampu mengambil jaket itu dari tangan Cakra.Embun pun lalu tertunduk di hadapan lelaki tampan bertubuh jangkung itu.Entah mengapa di depan lelaki itu kini dadanya terasa begitu sesak.Embun tak tahan,akhirnya ia mulai mengeluarkan butiran-butiran bening dari ujung matanya.
Ia mulai terisak di depan Cakra.Bukan karna ia kesal kepada Cakra yang telah mengambil jaket miliknya,namun karna ia sudah tidak mampu lagi bersandiwara seolah ia baik-baik saja di depan Cakra.Pertahanannya hancur seketika di hadapan lelaki itu.Dan tanpa cangung ia mengeluarkan semua kesedihan yang sudah menumpuk di hatinya.
Cakra yang peka pun langsung mendekap tubuh Embun."Menangislah Embun.Keluarkan semua beban dan kesedihan yang ada di hati mu."ujarnya sambil mengelus lembut rambut gadis yang selalu bersikap sok tegar itu.
Suara tangis Embun semakin pecah,membuat hati Cakra teriris mendengarnya.Betapa Embun sangat terluka belakangan ini.Dengan perlakuan kasar keluarganya yang tak ada habisnya,dan juga dengan sikap naifnya yang seolah tak membutuhkan Cakra.Bagaimana pun ia berusaha untuk menjauhi Cakra,hatinya tetap tak bisa menyangkal bahwa ia pun begitu merindukan lelaki yang kini membuatnya merasa nyaman dan aman.
"Maafkan aku yang tidak bisa menepati janji ku untuk melindungi mu."ujar Cakra lagi.Embun tak menjawab.Ia yang masih terisak hanya membalas dekapan Cakra dengan melingkarkan kedua tangannya ke pinggang lelaki itu.
Cakra kini bersuka cita.Ia sedih sekaligus senang.Sedih karna melihat penderitaan Embun,dan juga senang karna Embun tampaknya sudah mulai menerima dirinya.Cakra pun tersenyum dengan matanya yang semakin berkaca-kaca.Ia eratkan dekapannya pada tubuh gadis yang begitu sangat ingin ia miliki itu.Dan tanpa segan,Cakra memberanikan diri mengecup ujung kepala gadis yang masih terisak dalam dekapannya itu.
Cakra selalu menganggap ada kebaikan di balik peristiwa yang menyakitkan.Seperti yang terjadi dengannya dan Embun saat ini.Ia yakin bahwa rasa yang paling sakit sekalipun pasti akan berakhir atau setidaknya ada penawar yang meredahkan rasa sakit itu.
Cukup lama Cakra membiarkan Embun berdamai dengan kesedihannya di dalam dekapannya yang hangat itu.Bahkan hingga bel tanda jam istirahat usai pun mereka abaikan.Mereka masih terlarut dalam kebersamaan yang kini tak lagi berjarak dan sudah di inginkan oleh Cakra sejak lama.
Setelah merasa sedikit lega,Embun pun melepaskan kedua tanganya yang sejak tadi melinggar di pinggang Cakra.Begitu juga dengan Cakra,secara perlahan ia mulai melepas dekapannya dari tubuh Embun.
Embun yang tau kedua matanya menjadi sembab kini hanya tertunduk malu.Namun Cakra tak membiarkan itu,ia pun menangkup dagu Embun dan mengangkat wajah gadis itu perlahan.
"Kau tak perlu menutupi apapun lagi dari ku."kata Cakra dengan lembut sambil menyeka sisa air mata di pipi Embun.Netra mereka kini kembali bertemu,Cakra lalu semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Embun.Melihat itu Embun yang gugup pun seketika memejamkan kedua matanya.
Sebuah sentuhan lembut dari bibir Cakra kini mendarat sempurna di bibir Embun yang tipis.Sentuhan itu membuat degupan jantung keduanya saling berlomba dengan cepat.Bagaimana tidak,sentuhan itu adalah pertama kalinya bagi mereka.
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments