Bab 10

Cakra yang tak ingin Embun keluar dari kelas sebelum dirinya,dengan cepat menghampiri tempat duduk gadis yang ia sukai itu.

"Ayo Embun."ajak Cakra tanpa canggung.

Embun yang masih membereskan buku-bukunya ke dalam tas, seketika mendongakkan kepalanya menatap Cakra.Salma pun berdehem sambil senyum-senyum tak jelas melihat sahabatnya itu di jemput oleh pangerannya.

"I..iya sebentar."sahut Embun gugup karna tatapan Cakra.

Setelah selesai,Embun tak lupa berpamitan kepada Salma.Lalu ia segera keluar dari kelas dan berjalan beriringan di samping Cakra.

"Kau duluan saja ya Cakra.Karna aku mau ke kampus kakak ku dulu."ucap Embun tanpa menoleh ke arah Cakra yang berada di sampingnya.

"Tak apa,kita bisa ke kampus kakak mu bersama."sahut Cakra santai.

"Tapi Cak,aku juga harus mampir ke minimarket dulu untuk membeli pesanan kakak ku."sambung Embun yang merasa tak enak karena merepotkan Cakra.

"Itu tidak masalah Embun.Kemana pun itu,selagi bersama mu,aku akan melakukannya."seru Cakra sambil menatap Embun yang hanya menunduk.

Cakra jelas saja ingin menemani Embun ke minimarket bahkan ke kampus kakaknya,karna kini ia mulai candu berboncengan motor dengan pujaan hatinya itu.Hingga tibalah mereka di sebuah minimarket yang tak jauh dari kampus Ray,kakak Embun, berada.

"Memangnya kakak mu menyuruh mu membeli apa?"tanya Cakra heran.

"Hmmm..kak Ray...kak Ray menyuruh ku untuk membeli beberapa minuman kaleng dan makanan cepat saji."jawab Embun sambil mencari minuman pesanan kakaknya.

"Apa?!hanya membeli minuman tapi dia menyuruh mu?apa kakak mu itu tidak bisa membeli sendiri?hah?!atau dia tak punya kaki?!"pekik Cakra mulai kesal.

Namun Embun tak menjawab.Ia malah sibuk mengambil beberapa minuman kaleng dengan kedua tangannya yang mungil hingga ia pun merasa kesulitan membawanya.

"Sini biar aku saja."tegas Cakra yang langsung mengambil minuman kaleng itu dari tangan Embun dan segera membawanya ke kasir.

Saat hendak membayar,Embun pun mengeluarkan selembar uang berwarna merah dari sakunya.

"Itu uang dari kakak mu?"tanya Cakra mulai curiga.

"Tidak,ini uang tabungan ku.Tapi kata kak Ray,nanti akan di gantinya."jawab Embun.

Seketika Cakra menghela nafas melihat kepolosan Embun yang bisa-bisanya tak menyadari jika kakaknya sedang memanfaatkannya.

"Biar aku yang bayar."celetuk Cakra sembari mengeluarkan kartu tipis miliknya dari dalam dompetnya.

"Hahh?!tak usah Cak.."cegah Embun.

"Sudah tak apa."sahut Cakra.

Setelah selesai melakukan proses pembayaran,Cakra dengan cekatan langsung membawa sekantong plastik yang berisi pesanan dari Ray.Cakra lalu kembali melajukan motornya menuju ke kampus Ray yang tak jauh letaknya dari minimarket.

Tak lama,motor Cakra pun tiba di depan kampus tempat Ray mengenyam pendidikannya.

"Tunggu di sini ya Cak,aku akan menemui kakak ku dulu."ucap Embun.

"Aku temani ya."celetuk Cakra yang memiliki perasaan tak enak.

"Tidak usah,kau di sini saja.Aku tak akan lama kok."ujar Embun.Lalu ia pun berjalan masuk ke kampus itu dengan berusaha mencari keberadaan Ray.

Sementara Ray yang bersama ke empat temannya sedang menunggu kedatangan Embun di belakang kampus mereka.

"Lama sekali adik mu datang Ray.Aku sudah tidak sabar ingin mencicipi bibir adik mu yang ranum itu."celetuk Ansel,salah satu teman Ray dan merupakan satu-satunya anak kaya raya di geng mereka.Dan Ansel lah yang menjadi pemimpin di geng yang terkenal karna kriminalitas mereka.

Bagaimana tidak di sebut kriminalitas,mereka saja berani melakukan apapun yang mereka mau tanpa memperdulikan hukum bahkan norma yang berlaku.Tidak ada yang berani melaporkan mereka,selain karna Papa Ansel lah rektor di kampus itu,juga Ansel memiliki seorang om yang bekerja di ranah hukum.

Itulah yang membuat Ansel bisa dengan bebasnya melakukan hal-hal gila yang ia mau.Tak hanya sering ikut perkelahian antar geng,dia juga suka meniduri banyak perempuan dari kampusnya dengan iming-iming akan memberi nilai bagus kepada mereka karna ia sudah mengenal banyak dosen di kampusnya.Bukan itu saja,karna masih banyak lagi perilaku menyimpang yang di lakukan oleh Ansel bersama anggota gengnya termasuk Ray,kakaknya Embun.

"Sabar sedikit lah Ansel,dia sedang menuju ke sini kok."sahut Ray yang tak merasa berdosa karna telah menjual adiknya sendiri kepada lelaki tak bermoral seperti Ansel.

Ray sengaja menyuruh Embun ke kampusnya dengan berpura-pura menyuruhnya untuk membeli minuman.Padahal ia berniat menjajalkan tubuh ideal adiknya itu kepada Ansel yang sudah berjanji akan melunaskan biaya kuliahnya hingga wisuda.Bagaimana ia tidak tergiur,mengetahui dirinya tak akan mengeluarkan uang untuk biaya kuliah lagi.Lalu ia bisa menyimpan uang kuliah pemberian orang tuanya untuk dipakainya berfoya-foya.

"Nah itu dia yang di tunggu."celetuk Josh saat melihat Embun berjalan ke arah mereka.

Kontan saja Ansel langsung bangkit dari kursi yang ia duduki sembari menatap liar ke arah Embun yang kesusahan membawa pesanan Ray.

"Cepat!!!lama sekali kau ini..".teriak Ray yang tak sabar melihat jalan Embun.

Embun yang ketakutan pun semakin mempercepat langkahnya.

"Mana pesanan ku?"tanya Ray dengan kasar.

"I...ini kak.."jawab Embun dengan tangan gemetar menyerahkan sekantong plastik kepada Ray.

Ray dengan cepat mengambil pesanannya itu dari tangan Embun.

"Sudah kan kak?aku...aku pergi ya."lirih Embun sambil menunduk.

"Siapa bilang kau boleh pergi begitu saja.?!"ujar Ansel yang langsung memegang kedua lengan Embun.Bahkan ia dengan berani mengelus wajah Embun sembari menatapnya dengan penuh gairah.

Embun tak berani memberontak,ia hanya terpaku di tempatnya dengan kakinya yang bergemetar karna menahan rasa takut.

"Bawa dia ke markas kita.Aku sudah tak sabar ingin menikmati tubuh indahnya ini."ucap Ansel sembari memegang dagu Embun.

Saat mereka sudah menarik lengan Embun dan hendak membawanya ke markas mereka,tiba-tiba muncul lah Cakra di hadapan mereka.

"Lepaskan dia..."tegas Cakra dengan lantangnya.

"Siapa kau?"tanya Ansel menatap sinis ke arah Cakra.

Cakra tak menggubris ucapan Ansel."Cepat lepaskan dia...!!!"amarah Cakra memuncak.Ia yang hanya seorang diri sama sekali tak gentar harus berhadapan dengan kelima mahasiswa berandalan itu.

"Hadapi kami dulu kalau kau bisa."celetuk Arlo.

Cakra pun menyunggingkan senyum sinis.Bukannya ingin menyombongkan diri,hanya saja ke lima mahasiswa itu tak ada apa-apanya bagi Cakra yang seorang atlet taekwondo bersabuk hitam itu.

"Ayo maju kalau kau berani.Hadapi kami satu persatu."sambung Glen.

Cakra lalu maju mendekati mereka."Tak perlu satu persatu,sekali berlima pun aku mampu mengalahkan kalian."ujarnya.

"Cuiiihh..sombong sekali bocah ingusan ini."Ansel mulai murka dan berjalan mendekati Cakra.Betapa tersentaknya Ansel saat ia berdiri di hadapan Cakra ternyata tingginya hanyalah hampir sebatas bahu bocah ingusan seperti yang di katakannya barusan.

Wajahnya yang sangar kini berubah panik seketika.Bahkan Ansel mulai menelan salivanya.

"Kenapa? kau mulai takut sekarang?"tanya Cakra menyeringai.

"Ce..cepat serang bocah ini."pintah Ansel yang sudah kalah malu.

Mendengar itu Josh,Arlo dan Glen pun langsung menyerang Cakra.Berbeda dengan Ray yang hanya berdiri di tempatnya.Ia yang sudah tau betul siapa Cakra,tak berani berbuat apapun.

"Hei Ray,apa yang kau lakukan?cepat bantu mereka."pintah Ansel lagi.

Ray pun tak punya pilihan selain mengikuti pintah Ansel.Ia pun ragu-ragu untuk menyerang Cakra.Saat Cakra hampir berhasil mengalahkan teman-teman Ansel,tiba-tiba Ansel dengan pengecutnya menusuk punggung Cakra dari belakang dengan sebuah pisau yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Cakra...awas..."teriak embun yang terlambat.

Cakra meringis sambil menahan sakit karna pisau yang masih menancap di punggungnya.Melihat Cakra yang lengah,Ansel lalu mengajak teman-temannya untuk kembali menyerang Cakra.

Kali ini Cakra kualahan karna ia tau tak bisa banyak bergerak dalam kondisi seperti itu.Ansel dan Glen kemudian menendang kedua lutut Cakra hingga ia pun terjatuh.Melihat itu,dengan cepat Embun berlari menghampiri Cakra.

"Habisi dia."celetuk Ansel dengan senyum jahatnya.

Sebelum mereka kembali menghajar Cakra,Embun pun langsung melindungi Cakra dengan memeluk tubuhnya yang sudah berlumur darah itu.

"Hentikan."ujar Ray saat Glen,Josh dan Arlo ingin mendaratkan pukulan mereka ke tubuh Embun yang menjadi tameng bagi Cakra kini.

"Ray..!!!"pekik Ansel marah.

"Lebih baik kita pergi."ujar Ray yang sudah tau apa resiko yang akan mereka tanggung akibat menyakiti Embun dan juga Cakra.

Ray sangat paham bahwa posisi papa Ansel yang sebagai rektor dan omnya yang bekerja di ranah hukum tak akan mampu melawan kekuasaan dari seorang konglomerat paling berpengaruh di negara mereka.

Bastian Dyson,pria yang hampir berusia kepala enam dan berdarah blasteran.Siapa yang tak mengenal pria berjulukan the king of money itu.Mendengar namanya saja para petinggi,pejabat dan pengusaha sudah bergidik ngeri.Bagaimana tidak,Bastian akan dengan mudahnya menjatuhkan siapapun yang berani berurusan dengannya.Ia bahkan tak segan-segan menghancurkan siapa pun yang menjadi lawannya hingga menjadi tak tersisa.

Kini Ray mulai bergidik ngeri membayangkan apa yang akan menimpa mereka setelah ini.Ia pun langsung menyeret Ansel dan juga menyuruh mereka untuk segera meninggalkan Cakra.

"Cakra...aku akan menghubungi ambulans.Tahanlah sebentar."ujar Embun dengan panik.

Cakra hanya tersenyum menatap gadis di hadapannya,lalu tiba-tiba ia malah memeluk tubuh gadis itu tanpa menghiraukan pisau yang masih menancap di punggungnya.

"Makasih ya Embun.."ujar Cakra yang lalu tak sadarkan diri dalam pelukan Embun

**

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!