Bab 7

Cakra tak tau lagi harus bagaimana untuk meyakinkan Embun. Tampaknya hati Embun terlalu terkunci rapat, hingga ia sulit untuk mencoba masuk ke dalamnya.

"Aku pergi ya." cetus Embun datar dan hendak berlalu.

"Tunggu.." cegah Cakra sambil memegang lengan Embun.

Embun meringis kesakitan saat Cakra memegang lengannya yang terluka. Cakra tersadar akan ucapan Salma tadi, ia pun segera melepas lengan Embun.

"Ayo kerumah sakit." ajak Cakra tiba-tiba.

"Untuk apa?"Embun merasa heran.

"Berhenti lah bersikap seolah kau baik-baik saja Embun. Aku tau apa yang di lakukan oleh ayah mu semalam." pekik Cakra. Ia lalu menarik jaket yang di kenakan Embun.

"Lepas Cakra!" Embun memberontak.

"Aku harus memastikan apa yang di katakan Salma itu benar." sambung Cakra.

Betapa kagetnya Cakra saat ia berhasil menarik jaket yang di kenakan Embun. Ia tertegun tak percaya. Luka dan memar di lengan Embun pun berhasil membuat sayatan di hati Cakra. Betapa tak teganya ia melihat kulit mulus gadis pujaannya harus ternodai dengan luka-luka dan memar yang kemerahan.

"Maaf, karna ku... kau harus mendapat perlakuan kasar dari ayah mu. Pasti ini sangat sakit kan?" Cakra memberanikan diri memegang memar di tangan Embun.

"Aww... sakit." Embun meringis dan langsung menarik tangannya.

Tanpa berkata-kata lagi, Cakra langsung menggenggam tangan Embun dan segera menuntunnya ke parkiran sekolah untuk mengambil motor. Cakra ingin membawa Embun ke rumah sakit terdekat. Namun Embun dengan cepat menolak niat baiknya itu.

Embun yang keras kepala pun tetap pada pendiriannya dan mengabaikan bujukan dari Cakra. Cakra yang tak kehabisan akal lalu pergi ke apotik yang tak jauh dari sekolah mereka. Ia lalu membeli beberapa kain kasa, dan salep luka untuk Embun.

"Duduk lah, agar aku bisa mengobati luka mu." pintah Cakra.

Embun pun menuruti Cakra dan langsung duduk di kursi yang berada di depan apotik itu. Dengan perlahan Cakra mengoleskan salep itu pada luka di lengan Embun. Embun hanya mengatupkan bibir menahan sedikit nyeri pada lengannya.

Setelah Cakra selesai mengoleskan salep pada lukanya, Embun pun ingin memakai jaketnya kembali. "Tunggu. Untuk apa pakai jaket sih?lengan mu kan baru aja ku obati. Yang ada salepnya akan menempel pada jaket mu." celetuk Cakra yang sedikit cerewet.

Embun pun mengurungkan niatnya dan langsung melipat jaketnya itu. "Yaudah, aku pulang ya."ujar Embun.

"Langsung pulang? nggak berterima kasih dulu?atau setidaknya basa-basi apa gitu." Cakra terperangah dengan sikap Embun yang acuh.

"Makasih ya." ucap Embun datar. "Lain kali jangan membantu orang lain kalau nggak tulus." sambungnya lagi.

"A... aku nggak tulus? Embun... aku kurang tulus apa coba?" Cakra tak terima dengan ucapan Embun.

"Buktinya, kau aja berharap aku mengucapkan terima kasih." sahut Embun sambil bangkit dari kursi.

"Udah ya aku pulang." ujarnya tanpa memberi kesempatan kepada Cakra untuk berbicara.

Embun pun segera pergi dari hadapan Cakra. Lagi-lagi Cakra hanya mematung di tempatnya. Sikap Embun yang begitu dingin, membuat Cakra mati kutu dan hanya bisa menatap kepergiannya.

...~~~...

Embun melangkah perlahan memasuki rumahnya, berharap ibunya tak mengetahui jika ia pulang terlambat lagi. Ia pun bernafas lega saat berhasil masuk ke kamarnya tanpa ada satupun yang melihat.

Embun langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. Ia menatap langit-langit kamarnya sambil menyunggingkan senyum. Sikap hangat Cakra kepadanya, berhasil menciptakan sedikit kebahagian di hatinya.

Wajah Cakra pun kini mulai terbayang-bayang di kepalanya. Bahkan ia mulai berdegup setiap kali suara Cakra seperti berbisik di telinganya.

...~~~...

Pagi-pagi sekali Embun sudah berangkat ke sekolahnya. Ia pun melewatkan sarapannya lagi. Ia sengaja berangkat cepat ke sekolah agar tak bertemu dengan ayahnya. Bukan Embun menyimpan amarah di hatinya, hanya saja ia takut untuk bertatapan dan bertemu dengan Tyo yang kemarin memukulinya.

Sesampai di gerbang sekolah, Embun bertemu dengan Salma yang kebetulan tak sedang bersama Pandu. Salma yang sudah menduga kalau sahabatnya itu belum sarapan, dengan cepat menggandeng lengan Embun dan mengajaknya ke kantin sekolah.

Kantin sekolah yang berada di dekat lapangan basket, membuat mereka harus melewati tempat itu. Padahal itu adalah tempat yang membuat Embun paling malas untuk melewatinya. Karna lapangan basket selalu saja ramai, entah itu pagi, saat jam istirahat maupun setelah pulang sekolah.

Tempat itu begitu strategis hingga membuat banyak siswa memilih untuk menikmati waktu luang mereka di sana. Itu lah mengapa lapangan basket di sekolah mereka tak pernah sunyi sekalipun.

Langkah Embun terhenti seketika saat melihat sosok yang ia kenal sedang tertawa lepas dengan seorang gadis dari kelas lain. "Itu yang kau katakan sangat menyukai ku!?" cetus Embun dengan kesal.

"Maksud mu apa?" tanya Salma heran.

"Itu! kau lihat aja." jawab Embun sambil mengisyaratkan Salma untuk melihat ke sudut lapangan basket dimana ada Cakra bersama seorang gadis.

Mata Salma mendelik seketika. Ia merasa tak percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Mungkin itu sepupu Cakra kali, Mbun." Salma berusaha tak salah paham dengan Cakra.

Embun menyunggingkan senyum tipis mendengar ucapan Salma. "Sepupu?! Sepertinya mereka terlalu romantis untuk di katakan sepupu!" ucapnya saat melihat gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Cakra.

"Kau cemburu ya?!" Salma menyelah ucapan sahabatnya.

"Hahh? cemburu? Aku nggak punya waktu untuk mencemburui gadis yang bersama Cakra." sahut Embun ketus lalu pergi meninggalkan Salma.

"Embun, tunggu aku." Salma pun berusaha mengejar Embun yang sudah berjalan terlebih dulu ke kantin.

Setelah kejadian itu, kepercayaan Embun yang awalnya mulai tumbuh kepada Cakra, kini menghilang begitu saja. Ia memutuskan untuk melupakan apa yang Cakra utarakan semalam kepadanya.Mungkin Cakra memang tipe lelaki php(pemberi harapan palsu), ucapnya dalam hati.

Di kelas saat jam pelajaran sedang berlangsung, Embun tampak begitu fokus mendengarkan materi yang di sampaikan oleh gurunya. Melihat kefokusan Embun, orang-orang bahkan Salma pun tak ada yang mengira bahwa hatinya sedang bergemuruh hebat.

Entah mengapa suara hatinya sangat berisik dan terus menggrutu seolah tak terima melihat Cakra dekat dengan gadis lain.

"Kau baik-baik saja kan Mbun?" tanya Salma sambil berbisik.

Embun mengangguk tanpa menoleh ke arah Salma. Ia bersikap seolah tak peduli dengan kejadian yang di lihatnya saat di lapangan basket tadi.

"Istirahat nanti ke kantin yuk." ajak Salma dengan berbisik

Embun menolak.

"Kenapa? kau takut melihat Cakra dengan gadis lain lagi?" Salma berusaha menebak.

Embun seketika menghentikan kegiatan menulisnya, ia pun menoleh dan menatap Salma. "Siapa dia? sampai aku harus takut melihatnya dengan yang lain!" sekak Embun dengan berbisik namun ucapan dan tatapannya berhasil mengintimidasi Salma.

...~~~...

Bel istirahat pun berbunyi. Embun langsung beranjak dari kursinya. "Sal, aku ke perpus dulu ya, mau mengembalikan buku ini." ucap Embun. Salma hanya mengangguk. Ia sudah paham betul dengan sahabatnya yang sangat tergila-gila akan buku itu.

Untuk itulah wajar gadis penggila buku seperti Embun memiliki prestasi cemerlang dan otak yang cerdas. Ia saja tak bosan-bosannya menambah wawasan dari buku-buku yang di bacanya.

"Embun ke perpus lagi?" tanya Cakra yang menghampiri Salma.

"Iya. Dan jangan susul dia." ujar Salma. "Mungkin sekarang dia sedang tak ingin di ganggu oleh mu" sambungnya.

"Kenapa Sal?" tanya Cakra tak mengerti.

"Makanya kau itu jangan coba-coba membohonginya." seru Salma.

"Membohongi bagaimana?" Cakra semakin bingung.

"Kau bilang kau menyukainya. Tapi nyatanya kau sedang dekat dengan gadis lain." gumam Salma kesal melihat Cakra seolah tak serius kepada sahabatnya.

"Hahhh? maksud mu apa sih, Sal?" Cakra mengerutkan kedua alisnya.

"Tadi pagi aku dan Embun melihat mu sedang berduaan dengan seorang gadis. Apa dia kekasih mu? atau kau berniat menjadikan Embun sebagai selingkuhan mu?" Salma mulai memojokkan Cakra dengan tuduhannya yang belum tentu benar.

"Oh, jadi gara-gara itu? aku dan Rosa itu nggak ada hubungan apa-apa. Jadi... jadi kalian jangan salah paham dengan ku." Cakra berusaha membela diri.

"Nggak ada hubungan apa-apa tapi kau membiarkan gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu mu?" Salma semakin memojokkan Cakra.

"Bu... bukan begitu Sal. Aku dan Rosa hanya...."

"Lebih baik kau jelaskan aja langsung kepada Embun. Karna tampaknya dia begitu kesal dengan mu." ujar Salma yang memotong pembicaraan Cakra.

Mendengar itu Cakra pun langsung bergegas menemui Embun. Ini tak bisa di biarkan, kesalah pahaman ini tak boleh terjadi, monolog Cakra dalam hati sambil berlari ke arah perpustakaan.

Setiba di perpustakaan Cakra kebingungan mencari Embun. Jelas saja ia tak menemukan Embun. Karna setelah mengembalikan buku, Embun langsung menuju ke rooftop sekolah untuk membaca buku yang juga baru saja ia pinjam.

"Embun kemana sih?" monolog Cakra sambil mengatur nafasnya yang sedikit terengah-engah.

Cakra dengan rasa bersalahnya kembali mencari Embun ke setiap sudut sekolah. Namun nihil, ia tak bisa menemukan Embun. Hingga bel istirahat pun berakhir. Cakra kembali ke kelas dengan lemas. Ia masih tak habis pikir dengan Embun yang tak bisa ia temukan.

"Apa di saat jam istirahat begini, dia pergi ke planet lain ya?" Sefrustasi itu Cakra hingga ia meracau hal yang tak masuk akal.

Cakra pun menghempaskan punggungnya pada senderan kursi yang ia duduki. Bersamaan dengan itu, ujung mata nya menangkap siluet gadis yang ia cari sejak tadi. Itu Embun! pekiknya saat melihat Embun baru tiba dan berdiri di depan pintu kelasnya.

Cakra ingin menghampiri Embun, namun kesempatan itu hilang seketika saat guru mereka sudah masuk ke kelas. Kekesalan semakin bertambah di hati Cakra, saat melihat Embun yang bersikap santai dan seolah tak terjadi apa-apa. Padahal kata Salma, Embun sedang kesal dengannya. Namun tampaknya wajah Embun baik-baik saja dan tak terlihat kesal sama sekali.

Ah, sial! Kenapa aku semakin berdegup saat melihat wajah Embun! suara hati Cakra mulai mengumpat.

... ~~~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!