Bab 6

"Sini biar ku lihat!" Salma menarik jaket yang di kenakan Embun.

"Apaan sih Sal?!" Embun menolak.

Namun Embun kalah cepat dari Salma yang sudah lebih dulu menarik jaket yang di kenakannya. Seketika mata Salma membulat tak percaya dengan apa yang di lihatnya.

"Si.. siapa yang memukuli mu sampai seperti ini?ayah mu? ibu mu? atau kak Ray?" tanya Salma yang mulai berkaca-kaca. Betapa hatinya tak tega melihat sahabatnya harus mendapat perlakuan keji itu.

"Jawab Embun!" bentak Salma dengan suara bergetar.

"Udah lah Sal. Aku nggak papa." sahut Embun sambil memakai jaketnya kembali.

"Apanya yang nggak papa? hah? Lengan mu sampai luka begitu. Ayo kita tes DNA, Mbun!!!" pekik Salma.

Embun tertawa kecil. "Untuk apa Sal?" tanyanya yang sebenarnya sudah tau apa maksud Salma.

"Untuk memastikan apa kau anak kandung ayah dan ibu mu atau bukan. Bisa-bisanya mereka memperlakukan mu seperti kau tak memiliki rasa sakit!" geram Salma sembari merapikan jaket Embun.

"Udah, jangan terlalu memikirkan aku. Aku itu baik-baik aja, lagi pula kau tau kan bahwa ini bukan yang pertama kali bagi ku." sahut Embun santai.

"Tapi kan tetap aja kau harus merasakan kesakitan seperti sekarang ini." ucap Salma sambil merangkul bahu Embun.

"Kau tau Embun, aku itu selalu berharap Cakra bisa mencintai mu dengan tulus agar ada yang bisa melindungi mu saat ini." sambung Salma.

"Maksud mu?!" Embun mengerutkan dahi sembari menatap Salma.

"Cakra itu menyukai mu, Embun." jelas Salma tanpa basa-basi.

"Dari mana kau tau?" tanya Embun tak percaya.

"Semalam Cakra itu mengajak ku bertemu, ku kira dia memiliki perasaan kepada ku dan akan menyatakan perasaannya. Aku panik dong, bagaimana mungkin aku menduakan Pandu.

Jadi aku pun mengajak Pandu untuk menemui Cakra. Karna nggak mungkin kan aku menemuinya seorang diri. Kau tau, saat kami bertemu, tanpa basa basi, Cakra langsung meminta bantuan ku agar bisa mendekati mu. Semangat ku pun hilang seketika, saat ku tau ternyata dia sangat menyukai mu, bukan aku." papar Salma sambil tertawa kecil, betapa naifnya dia yang sudah memiliki kekasih namun berharap Cakra juga menyukainya

"Kata Cakra, kau itu sangat sulit untuk di dekati, untuk itulah dia perlu bantuan ku. Dia juga sempat bertanya tentang keluarga mu, Mbun. Awalnya aku menolak memberi tau apapun tentang keluarga mu kepada Cakra.

Namun gara-gara Pandu terus mendesak ku agar menceritakan semua hal tentang keluarga mu kepada Cakra, aku pun terpaksa harus mengatakan kepadanya." sambung Salma dengan tak ada yang ditutup-tutupi dari Embun.

"Apa?! Jadi Cakra dan Pandu sekarang tau tentang keluarga ku?" tanya Embun panik.

Salma mengangguk sembari memasang wajah bersalah. "Maaf Embun." sesalnya.

"Bisa-bisanya kau melakukan itu Sal.Padahal aku berharap hanya kau yang mengetahui bagaimana keluarga ku. Tapi sekarang, Pandu bahkan Cakra pun tau." Embun menghela nafas kesal.

"Maaf kan aku ya Embun." Salma memohon sembari memegang tangan sahabatnya itu.

"Lagi pula kau kan juga sudah tau bagaimana keluarga Pandu, jadi ku pikir nggak ada masalah jika dia pun tau bagaimana keluarga mu." sambung Salma sambil menunduk.

Lagi-lagi Embun hanya bisa menghela nafas,mau bagaimana lagi, pikirnya. Toh semua sudah terjadi.

...~~~...

Saat bel sekolah berbunyi tanda jam pelajaran telah berakhir, Embun sudah lebih dulu keluar kelas. Cakra yang baru selesai latihan basket pun buru-buru ke kelas untuk menemui Embun.

"Embun mana Sal?" tanya Cakra saat melihat bangku Embun sudah kosong.

"Oh, Embun ke perpus,mau meminjam buku katanya." jawab Salma sambil membereskan buku-bukunya. "Oiya, Cakra. Kau harus meminta maaf kepada Embun." sambungnya

"Kenapa?" tanya Cakra heran.

"Sepulang dari rumah mu semalam, Embun di pukuli oleh ayahnya." jawab Salma.

Mendengar ucapan Salma, Cakra bergegas menuju ke perpustakaan. Ia bahkan berlari karna takut tak bertemu dengan Embun. Setiba di perpustakaan betapa leganya Cakra saat melihat Embun masih berada di sana. Ia pun menghampiri gadis yang di sukainya itu dengan nafas yang masih terengah-engah.

"Embun..." panggil Cakra lembut.

Embun yang masih memilih buku pun seketika menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

"Ada yang ingin ku katakan." ujar Cakra.

"Ya udah katakan aja." sahut Embun.

"Nggak bisa di sini." sambung Cakra dan langsung menarik lengan Embun menuju ke rooftop perpustakaan.

Saat tiba di rooftop, Embun dengan cepat menarik lengannya dari genggaman Cakra.

"Aku menyukai mu, Embun." ungkap Cakra tanpa basa-basi.

Embun yang tersentak dengan pernyataan Cakra yang tiba-tiba, hanya mematung di tempatnya berdiri dengan kedua matanya yang membulat sempurna menatap Cakra.

"Aku serius. Aku menyukai mu. Jadilah kekasih ku, Embun." Cakra mempertegas ucapannya.

Embun mulai menyeringai dan menyunggingkan senyum tipis.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu?" tanya Cakra serius.

"Kau yakin menyukai perempuan seperti ku? apa kau nggak akan menyesal?" Embun berusaha menggoyahkan perasaan Cakra.

"Aku yakin, kenapa kau bertanya seperti itu?" Cakra menatap lekat wajah Embun.

"Udahlah, lebih baik kau tunggu sampai 2, 3 hari atau paling lama seminggu. Perasaan mu itu juga pasti akan segera menghilang." gumam Embun.

"Kau kira perasaan ku ini hanya untuk mempermainkan mu? kalau ini hanya perasaan rasa suka biasa, kenapa perasaan ini nggak kunjung menghilang setelah hampir 1 tahun aku menyimpannya?"

Embun tertegun, ia tidak tau kalau selama ini Cakra menyimpan perasaan untuknya.

"Tapi aku nggak bisa menjadi kekasih mu, Cakra!"

"Kenapa?!" tanya Cakra tak terima.

"Aku nggak mau menjadi cinderella di kehidupan nyata. Seorang gadis sederhana dan kurang beruntung yang akhirnya menjalin asmara dengan pangeran tampan dan kaya raya."

"Tapi kau itu berbeda dengan tokoh cinderella di cerita dongeng, Embun.Kau tau apa yang membedakan mu dengannya?"

"Jelas saja kami berbeda, karna aku bukan cinderella yang mengenakan gaun dan sepatu kaca seperti di cerita dongeng. Dan nasib ku juga pada akhirnya nggak mungkin se-happy ending itu. Kau tau, happy ending itu harga berlaku untuk cerita-cerita dongeng dan novel."

"Untuk itu jadilah kekasih ku, akan ku buat cerita mu memiliki akhir yang indah."

"Aku nggak bisa Cak. Apa kata orang-orang kalau kau menjadi kekasih ku?"

"Ck... kau peduli dengan kata-kata orang tentang mu?"

"Nggak, aku nggak peduli. Aku udah terbiasa mendapat umpatan bahkan cacian. Hanya saja aku, aku nggak ingin orang-orang membicarakan yang buruk di belakang mu hanya karna kau menjalin hubungan dengan ku."

"Aku bisa mengatasi itu, kau tenang aja.Yang terpenting kau mau menerima ku menjadi kekasih mu."

"Enggak bisa Cakra."

"Ayolah Embun. Apa aku kurang menarik di mata mu? hah?"

"Justru karna kau terlalu menarik bagiku, hingga aku merasa nggak pantas untuk menjadi kekasih mu. Kau tau kan, jika kehidupan kita itu bak langit dan bumi. Sangat jauh perbedaannya. Sampai kapan pun bumi nggak akan pernah bisa menyentuh langit."

...~~~...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!