Bab 19 mirip tikus kejepit

Diana merasakan ciuman bertubi-tubi di wajahnya namun dia tetap dengan segala egonya memutuskan untuk terus memejamkan mata.

Sejujurnya dia sudah terjaga sejak tadi. Bahkan dia sudah setengah sadar saat Nico memindahkan dirinya ke atas ranjang. Namun karena rasa kantuk dan lelah yang tak dapat dihindari membuatnya malas membuka mata.

"Bidadariku kok masih betah banget molor sih, ini hampir siang loh sayang. Kamu belum sarapan." Nico kembali mengusal wajah Diana.

Diana sebenarnya malu saat ini melihat Nico. Seumur hidup Diana tak pernah menunjukkan tubuhnya pada siapapun kecuali orang tuanya yang telah merawatnya sejak bayi. Namun kini dia dengan pasrahnya memberikan seluruh tubuhnya pada seorang pria yang baru dikenalnya.

Meskipun statusnya sudah suami istri dan katanya sudah halal melakukan apapun. Tapi tetap saja ada rasa malu luar biasa. Bagaimana kalau ternyata tubuhnya ada sesuatu yang membuat Nico merasa jijik, bagaimana kalau tingkahnya kelewat batas semalam, bagaimana kalau.. masih banyak lagi argumen-argumen yang mengendap dalam pikirannya.

"Dek.. kamu marah sama kakak? kakak tau kok kamu udah nggak tidur. Maaf ya atas ulah kakak semalam." Nico sejujurnya mulai gelisah saat Diana terus mendiaminya begitu.

"Nggak apa-apa marah sama kakak, aku emang salah, tapi tolong bangun dulu dan sarapan. Kakak nggak mau kamu sakit Diana." Nico mengusap rambut Diana dan menyisihkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Aku nggak marah kok, aku cuma malu aja." Akhirnya Diana menjawab ucapan Nico.

"Dek.." Nico mendekatkan wajahnya dan menatap Diana dengan lekat.

"kenapa harus malu sayang?"

"Aku nggak pernah buka baju didepan orang lain. Dan semalam.. suaraku sepertinya mirip tikus kejepit." Diana menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

Astaga, Sedari tadi Nico sudah panik sendiri takut Diana marah dan menuntutnya. Namun mendengar penjelasan istri polosnya itu membuat Nico ingin sekali tertawa kencang.

"Apanya yang mirip tikus kejepit sayang?" NIco masih tak habis pikir.

"Itu.. waktu kakak itu... jadinya nggak sadar aku ngomong enggak jelas." Diana menjelaskan dengan wajah yang sudah merona.

Lagi-lagi Nico harus bersabar dibuat geleng kepala dengan kepolosan Diana. Antara senang maupun heran. Nico jadi penasaran sebenarnya usia Diana benar-benar sudah sembilan belas tahun atau masih sepuluh tahun sih? Kok bisa-bisanya gadis itu sangat polos dan.. ah entahlah.

"Dek, kakak ini suami kamu, kenapa harus malu kalau kakak melihat semuanya yang ada pada diri kamu. Dan kalaupun kakak orang pertama yang melihat tubuh kamu itu justru kakak adalah manusia paling beruntung, sebab kamu adalah wanita hebat yang mampu menjaga kehormatan diri kamu. Nggak sembarangan mempertontonkan aset berharga itu kepada sembarang orang." Nico memberi pengertian pada Diana.

"Dan soal suara itu.. jujur saja itu adalah suara tersexy yang pernah kakak dengar, dan saking candunya kakak ingin mendengar suara itu setiap hari." Nico sedikit berbisik sengaja menggoda istrinya.

"Sexy apanya coba? masak aku harus menjerit-jerit gitu kan malu. Ntar orang lainnya dengar malah dikira aku lagai nggak waras."  Diana mengerutkan keningnya tak habis pikir dengan kesukaan suaminya.

"Aduh dek, ya jangan mengeluarkan suara itu di depan orang lain dong. Cukup kakak aja yang boleh dengerin." pinta Nico.

Diana pun semakin heran dengan perkataan suaminya. Sebenarnya Nico itu beneran suka dengan suara anehnya atau hanya berusaha menghibur dirinya saja agar tak malu. Dia pun akhirnya beranjak dari ranjangnya.

"Dasar pria aneh.. selera kakak emang lain." Diana pun berjalan meski sedikit tertatih keluar kamar.

Sementara Nico hanya bisa membeo mendengar perkataan istrinya. 

"Justru aku ini pria normal Diana. Suami mana yang nggak nafsu kalau dengar suara indah itu. Astaga.." Nico menepuk keningnya sendiri tak terima dengan perkataan Istrinya.

****

Di apartemen Hana sedang merasa tidak enak badan padahal nanti malam ada acara amal di salah satu perusahaan kolega Shaka, suaminya.

Namun setelah memasak tadi Hana merasakan meriang dan kepalanya terasa pusing. Alhasil dia menjadi lemas dan tak berdaya.

Terbiasa hidup mandiri sejak kecil membuat Diana tak mau merepotkan orang lain. Akhirnya dia mencari dan meminumnya berharap sore nanti sudah sembuh.

Efek meminum obat membuatnya merasa mengantuk sehingga Hana mulai terlelap dann tanpa sadar dia tertidur hingga sore hari.

Shaka yang baru pulang darii kantor merasa heran semua lampu di apartemen tersebut tidak ada yang dinyalakan. Saat masuk ke dalam kamar dia melihat istrinya yang tertidur dengan pulas nya.

Shaka pun akhirnya mengganti pakaian lalu mendekati Hana yang tampak pucat. Karena khawatir akhirnya dia mencoba mengecek suhu tubuhnya. Dan benar saja istrinya saat ini sedang demam.

"Sayang kamu sakit?" tanya Shaka khawatir.

"Mas.." ucap Hana dengan lemas.

"Kita ake rumah sakit saja ya sayang, aku nggak mau kama kenapa-napa." pinta Shaka.

"Aku nggak apa-apa Mas, cuma capek aja. Nanti juga sembuh sendiri. Kan nanti malam Mas harus datang ke acara amal kan." Hana mengulas senyumnya agar tampak baik-baik saja.

"Mas nggak akan pergi tinggalin kamu saat sakit begini Hana." Shaka mengusap pipi Hana yang terasa panas dengan tatapan tak tega.

"Tapi acara itu penting untuk kamu Mas, banyak para petinggi yang hadir dan Mas bisa membangun banyak relasi disana." ucap Hana mencoba meyakinkan suaminya.

"Tapi mana tega Mas tinggalin kamu sayang. Atau begini saja, Mas antar kamu ke rumah Mama biar ada yang jagain disana."

"Nggak perlu sayang, aku bisa sendiri istirahat di sini kok. Mas lupa ya kalau aku terbiasa sendirian sejak kecil? hal begini sudah biasa banget buat aku." Disinilah yang membuat Shaka merasa beruntung namun juga sedih. Dibalik semua sikap mandiri istrinya sebetulnya Hana menyimpan kesedihan dan kesepian selama ini.

"Hana, Mas tahu kamu itu sangat mandiri sejak dulu. Tapi tetap saja mas nggak tega sayang, sekarang kamu adalah tanggung jawab Mas. Nggak akan mas biarkan kamu sendiri lagi." Kini Shaka memeluk Hana dengan penuh kasih sayang.

"Makasih ya Mas, sejak kenal kamu hidupku jadi penuh warna." Hana membalas pelukan suaminya.

"Aku yang harusnya lebih beruntung memiliki kamu Hana."

Namun kemesraan mereka tak berselang lama saat ponsel Shaka terus berdering.

"Mas, ada telepon tuh diangkat dulu ya." Hana menepuk bahu Shaka yang masih setia memeluknya. Akhirnya dengan malas Shaka beranjak untuk mengangkat teleponnya.

"Halo, ada apa Amanda?" Shaka berbicara pada Amanda sekretarisnya dengan meloudspeaker sehingga Hana bisa mendengarnya.

"Pak, Tuan Samir yang dari Dubai dipastikan nanti hadir di acara amal. Pak Shaka kalau bisa juga hadir di acara itu. Ini menyangkut proyek baru perusahaan agar beliau bisa lebih percaya jika anda yang membicarakannya langsung." ucap Amanda yang berada dari balik telepon.

"Ya, tapi aku nggak janji. Istriku sakit soalnya." Shaka pun menutup teleponnya.

Hana yang mendengarnya langsung ikut merespon Shaka.

"Mas, datang saja, aku bisa istirahat sendiri kok. Proyek ini kan penting buat Mas." pinta Hana.

"Tapi sayang.." Shaka masih berat meninggalkan Hana.

"Aku nggak apa-apa sayang.."

Akhirnya Shaka pun menuruti permintaan Hana meski sedikit tidak rela. Bahkan dia terlihat tak bersemangat sama sekali mengingat acaranya nanti dia harus datang sendiri tanpa didampingi Hana.

"Nanti langsung telepon kalau merasakan sesuatu ya. Mas akan stand by nunggu telepon kamu."  ujar Shaka sambil mengecup kening Hana sebelum berangkat.

"Iya sayang, hati-hati di jalan." ujar Hana saat Shaka beranjak pergi.

Selanjutnya Hana kembali meminum obat setelahnya tertidur dengan pulas.

Hingga tak sadar entah berapa lama Hana tertidur tau-tau dia melihat suaminya sudah tertidur pulas di sampingnya. Namun anehnya Shaka masih mengenakan pakaian yang digunakan saat menghadiri acara tadi.

Hana pikir mungkin Shaka lelah dan terlalu mengantuk sehingga dia enggan mengganti baju. Tak mau berpikir macam-macam Hana pun kembali memeluk suaminya.

Hingga keesokan paginya Hana yang sudah merasa lebih baik pun terbangun dengan keadaan lebih segar. Ternyata benar dirinya hanya kelelahan saja butuh banyak istirahat karena akhir-akhir ini dia sibuk mengurus usaha salon milik adik iparnya yang saat ini masih terbaring koma.

Hana menoleh menatap suaminya yang masih tertidur menghadapnya. Hana hendak mengecup pipi Shaka namun dia terhenti dan terkejut saat melihat noda lipstick berbentuk bibir ada di beberapa tempat. Mulai dari pipi, leher hingga kerah bajunya.

"Astaga Mas.. appa yang kamu lakukan semalam." Hana sampai gemetar melihat hal itu.

******

"Halo, ada apa Bi?"

Nico yang sedang bersantai menikmati secangkir kopi buatan Diana sambil menatap hijaunya kebun sayuran milik mertuanya harus terganggu karena adanya panggilan dari bibi asisten rumah tangga di kediaman Mamanya.

"Mas Nico kapan pulang, Ini nyonya pingsan lagi Mas. Tuan sedang pergi ke luara kota. Bibi bawa nyonya ke rumah sakit saja ya." ucap Bibi panik.

"Ya Bi, tolong bawa Mama ke rumah sakit dulu. Minta bantuan Pak Tejo. Aku akan secepatnya kembali." Wajah Nico berubah pias saat mendengar Mamanya kembali sakit.

"Astaga Ma, apa yang sedang terjadi kenapa Mama di sering sakit?"

...****************...

Terpopuler

Comments

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

apakah sakit yang mama Nico rahasiakan selama ini akan terbongkar??? dan bagaimana reaksi Nico saat tau kalau ternyata diana justru sudah tahu tentang sakit yang diderita mamanya selama ini..

2023-12-21

1

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

waduuhh shaka cari ribut aja nih kamu.. pulang² dah penuh dgn noda lipstik di wajah..

2023-12-21

0

𝘛𝘳𝘪𝘚

𝘛𝘳𝘪𝘚

terbongkar kah nnti sakitnya mama nya nic,,, gimana y reaksi Nico kl th nanti/Frown/

2023-12-20

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bimbang
2 Bab 2 Sebuah keputusan
3 Bab 3 Hari pernikahan
4 Bab 4 tak diakui
5 Bab 5 menarik perhatian
6 Bab 6 sebuah rencana
7 Bab 7 cemburu
8 Bab 8 jujur
9 Bab 9 belum siap
10 Bab 10 go public
11 Bab 11 teman toxic
12 Bab 12 teori vs praktek
13 Bab 13 alasan apa
14 Bab 14 gara-gara lumpur l
15 Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16 Bab 16 omongan tetangga
17 Bab 17 posesif
18 Bab 18 Gara-gara jamu
19 Bab 19 mirip tikus kejepit
20 Bab 20 Akhirnya terungkap
21 Bab 21 memutuskan pergi
22 Bab 22 menyesal
23 bab 23 situasi sulit
24 Bab 24 rindu tapi gengsi
25 Bab25 kabar duka
26 Bab 26 Surat perpisahan
27 Bab 27 Takut kehilangan
28 Bab 28 ada yang ketahuan
29 Bab 29 musuh dalam selimut
30 Bab 30 Demam tinggi
31 Bab 31 diusir seketika
32 Bab 32 kecil cabe rawit
33 Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34 Bab 34 Diana ngambek.
35 Bab 35 menanggung akibatnya
36 Bab 36 kembali bermanja
37 Bab 37 obrolan dua sahabat
38 Bab 38 sebuah wejangan
39 Bab 39 Menarik perhatian
40 Bab 40 Yang jadi Prioritas
41 Bab 41
42 Bab 42 pusat perhatian
43 Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44 Bab 44 sebuah hadiah
45 Bab 45 berangkat
46 Bab 46 ternyata...
47 Bab 47 kejutan
48 Bab 48 fakta yang sebenarnya
49 Bab 49 tempat damai
50 Bab 50 biang masalah
51 Bab 51 orang dari masa lalu
52 Bab 52 melampiaskan kekesalan
53 Bab 53 sedih dan senang
54 Bab 54 belum siap memaafkan
55 Bab 55 Hamil?
56 Bab 56 kembali mesra
57 Bab 57 kecurigaan Evan
58 Bab 58 penangkal mual
59 Bab 59 Dimabuk cinta
60 Bab 60 pengganggu
61 Bab 61 Musibah dan kehilangan
62 Bab 62 Keputusan Diana
63 Bab 63 sama-sama terpuruk
64 Bab 64 dukungan dari sahabat
65 Bab 65 Memperbaiki diri
66 Bab 66 masih saling cinta
67 Bab 67 tawaraan pekerjaan
68 Bab 68 Saling merindukan
69 Bab 69 aku merindukanmu
70 Bab 70 fakta yang sebenarnya
71 Bab 71 Aku temani tidur
72 Bab 72 aku ingin pacaran
73 Bab 73 rumah impian
74 Bab 74 menunggu jawaban
75 Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76 Bab 76 masih dirahasiakan
77 Bab 77 Luka di masa lalu
78 Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79 Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80 Bab 80 Akhirnya direstui
81 Bab 81 Semuanya untukmu
82 Bab 82 pulang kampung
83 Bab 83 Kehangatan keluarga
84 Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85 Bab 85 Ya, aku menerimanya
86 Bab 86 mengikhlaskan
87 Bab 87 akhir bahagia
88 karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Bimbang
2
Bab 2 Sebuah keputusan
3
Bab 3 Hari pernikahan
4
Bab 4 tak diakui
5
Bab 5 menarik perhatian
6
Bab 6 sebuah rencana
7
Bab 7 cemburu
8
Bab 8 jujur
9
Bab 9 belum siap
10
Bab 10 go public
11
Bab 11 teman toxic
12
Bab 12 teori vs praktek
13
Bab 13 alasan apa
14
Bab 14 gara-gara lumpur l
15
Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16
Bab 16 omongan tetangga
17
Bab 17 posesif
18
Bab 18 Gara-gara jamu
19
Bab 19 mirip tikus kejepit
20
Bab 20 Akhirnya terungkap
21
Bab 21 memutuskan pergi
22
Bab 22 menyesal
23
bab 23 situasi sulit
24
Bab 24 rindu tapi gengsi
25
Bab25 kabar duka
26
Bab 26 Surat perpisahan
27
Bab 27 Takut kehilangan
28
Bab 28 ada yang ketahuan
29
Bab 29 musuh dalam selimut
30
Bab 30 Demam tinggi
31
Bab 31 diusir seketika
32
Bab 32 kecil cabe rawit
33
Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34
Bab 34 Diana ngambek.
35
Bab 35 menanggung akibatnya
36
Bab 36 kembali bermanja
37
Bab 37 obrolan dua sahabat
38
Bab 38 sebuah wejangan
39
Bab 39 Menarik perhatian
40
Bab 40 Yang jadi Prioritas
41
Bab 41
42
Bab 42 pusat perhatian
43
Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44
Bab 44 sebuah hadiah
45
Bab 45 berangkat
46
Bab 46 ternyata...
47
Bab 47 kejutan
48
Bab 48 fakta yang sebenarnya
49
Bab 49 tempat damai
50
Bab 50 biang masalah
51
Bab 51 orang dari masa lalu
52
Bab 52 melampiaskan kekesalan
53
Bab 53 sedih dan senang
54
Bab 54 belum siap memaafkan
55
Bab 55 Hamil?
56
Bab 56 kembali mesra
57
Bab 57 kecurigaan Evan
58
Bab 58 penangkal mual
59
Bab 59 Dimabuk cinta
60
Bab 60 pengganggu
61
Bab 61 Musibah dan kehilangan
62
Bab 62 Keputusan Diana
63
Bab 63 sama-sama terpuruk
64
Bab 64 dukungan dari sahabat
65
Bab 65 Memperbaiki diri
66
Bab 66 masih saling cinta
67
Bab 67 tawaraan pekerjaan
68
Bab 68 Saling merindukan
69
Bab 69 aku merindukanmu
70
Bab 70 fakta yang sebenarnya
71
Bab 71 Aku temani tidur
72
Bab 72 aku ingin pacaran
73
Bab 73 rumah impian
74
Bab 74 menunggu jawaban
75
Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76
Bab 76 masih dirahasiakan
77
Bab 77 Luka di masa lalu
78
Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79
Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80
Bab 80 Akhirnya direstui
81
Bab 81 Semuanya untukmu
82
Bab 82 pulang kampung
83
Bab 83 Kehangatan keluarga
84
Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85
Bab 85 Ya, aku menerimanya
86
Bab 86 mengikhlaskan
87
Bab 87 akhir bahagia
88
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!