Bab 12 teori vs praktek

Dengkuran halus dengan kedua netranya yang tampak sedikit terbuka namun hanya tampak putihnya saja menandakan bahwa tidur Diana benar-benar pulas.

Nico sendiri sedari tadi masih terjaga. Pertama kalinya tidur dalam satu ranjang dengan Diana membuatnya ingin terus memandangnya.

Kadang-kadang  Nico heran sendiri melihat bagaimana wajah Diana yang tampak terlalu imut. Jika saja postur tubuhnya yang tak tinggi dan sintal mungkin orang akan mengira bahwa dia masih gadis SMP.

PLUKK..

Diana merubah posisi dengan memeluk tubuh Nico seolah itu adalah guling. Kedua wajah mereka sekarang begitu dekat. Dan Nico semakin leluasa memandang wajah cantik gadis itu.

"Padahal hidupnya di desa, hidupnya penuh kesederhanaan, setiap hari pergi ke ladang tapi kenapa bisa dia begitu cantik. Bahkan kulitnya putih alami tanpa ada noda sedikitpun. Kamu benar-benar seperti sebuah hidden gem." gumam Nico dalam hati.

Hangat pelukan serta wangi vanilla tubuh Diana benar-benar membuat Nico merasa nyaman. Rasa kantuk akhirnya menyerangnya. Tak apa meski kali ini gagal lagi namun setidaknya dia mendapatkan rasa nyaman yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.

****

Suara gemuruh petir dan kilat saling bersahut-sahutan. Serta gemericik air hujan yang sejak semalam tiada henti rupanya masih berlanjut.

Diana mulai menggeliatkan tubuhnya. Namun ada sesuatu yang terasa berat menindih perutnya. Siapa lagi kalau bukan lengan Nico yang melingkar pada perutnya.

Kepalanya tampak mendusel pada ceruk leher Diana mencari kehangatan disana.

Dengan perlahan Diana menatap jam pada ponselnya yang masih menunjukkan pukul empat pagi. Karena masih mengantuk akhirnya dia kembali memejamkan matanya. Apalagi udara terasa semakin dingin rasanya dia ingin mencari kehangatan pada pelukan Nico saja.

Gerakan Diana yang mengusal di tubuh Nico seketika membuatnya terbangun. Suasana masih gelap dan udara yang dingin membuat mereka kembali bergelung dalam selimut.

"Kok udah bangun?" tanya Nico.

"Hmm.. hujan bikin dingin." gumam Diana.

"Mau dibikin hangat?" tanya Nico.

"Hmm.. Peluk aja sudah hangat. Biasanya kalau dingin begini suka dipeluk ibu." gumam Diana dengan kedua netranya masih terpejam.

Niatan awal Nico yang ingin melanjutkan aksinya langsung terhenti. Melihat wajah polos itu membuat Nico merasa kasihan.

Diana pasti merindukan saat-saat bersama orang tuanya. Gadis muda sepertinya yang tak pernah pergi jauh tiba-tiba harus tinggal dengan orang baru pastilah tidak mudah.

Namun Diana sendiri selama ini tak pernah mengeluh dan selalu terlihat baik-baik saja. Itulah yang membuatnya salut.

"Kamu pasti rindu ibu ya? Mau kalau nanti kita berkunjung kesana?" Nico mengusap lembut kepala istrinya lalu kembali merengkuh tubuh itu untuk memberi kehangatan.

Tak ada jawaban dari Diana sebab gadis itu kembali terlelap.

****

Hujan yang turun sejak semalam nyatanya masih betah saja membasahi bumi. Sudah jam sembilan tapi rasanya masih seperti subuh karena langit abu-abu juga guyuran tanpa henti membuat pandangan semakin menggelap saja.

Sejak tadi tak ada kegiatan berarti yang dilakukan Diana dan juga Nico. Keduanya tampak bermalas-malasan sambil menonton berita di televisi.

"Emang gini ya kalau di kota hujan dikit langsung banjir?" celetuk Diana.

"Ya begitu, kita turun aja pasti nanti banyak jalanan yang banjir. Padahal tadi kakak mau ajakin kamu pulang ke rumah Bapak." ujar Nico sambil menyandarkan kepalanya di bahu Diana.

Mendengarnya Diana langsung terkejut. Kedua netranya bahkan sudah berembun.

"M-maksudnya aku dipulangkan ke rumah bapak? Aku buat kesalahan besar ya sampai kakak mengembalikan aku ke orang tuaku?" Diana teringat nasehat orang tuanya bahwa dia harus menjaga sikap setelah menikah agar suami dan keluarganya bisa menyayangi dirinya. Jika tidak maka suaminya akan mengembalikan kepada orang tuanya.

Sadar akan salah paham Diana maka Nico langsung menegakkan badannya dan menatap Diana.

"Kamu nggak buat kesalahan dek, kamu itu baik dan kakak suka sama kamu. Maksudnya kakak mau ajak kamu berkunjung ke rumah bapak sama ibu. Kita sama-sama menginap di sana." Nico menggenggam tangan Diana. Dan barulah istrinya itu sadar.

" Tapi sekarang hujan pasti jalanan juga banyak yang banjir. Dekat rumah bapak juga rawan longsor kalau begini." ucap Diana.

"Makanya itu kita sementara disini dulu. Kalau hujannya reda baru berangkat. Atau nggak besok aja." ujar Nico. Diana pun mengangguk paham.

Karena keduanya yang sejak tadi tak ada kegiatan yang berarti maka Nico pun memiliki ide. Dia ingin mencari tahu lebih banyak tentang istrinya tersebut.

"Diana, kamu pernah pacaran nggak?" tanya Nico.

"Nggak, kata Bapak nggak boleh pacaran. Bisa bahaya dan bikin konsentrasi belajar terganggu." ujar Diana apa adanya.

"Terus, kalau ciuman. Pelukan, gitu-gitu pernah nggak?" tanya Nico lagi. Meski di yakin Diana belum pernah melakukannya.

"Pernah." jawab Diana sambil mengunyah kentang goreng.

"Hah? Ciuman? Pelukan pernah?" Nico yang terkejut kembali menanyai Diana dengan pertanyaan yang sama.

"Pernah.. Kan kak Nico yang sering cium sama peluk-peluk aku. Jadi pernah dong jawabnya." Nico langsung menghela nafas lega.

"Selain sama Kakak ada nggak?" tanya Nico lagi

Diana pun menggeleng sambil melanjutkan acara mengemilnya.

"Jadi kakak yang pertama dong?" tanya Nico.

"Hu'um.. kak kalau digigit nyamuk bisa hamil ya?" pertanyaan random Diana itu langsung membuat Nico yang sedang minum tersedak seketika.

"Hah? Teori dari mana itu?" Nico mengernyit.

"Gini kak, jadi temanku dulu ada waktu sekolah lehernya selalu merah-merah agak keunguan sih, katanya digigit nyamuk. Tapi nggak lama dia putus sekolah katanya hamil." ujar Diana.

"Maksud kamu begini?" Nico melesakkan wajahnya pada ceruk leher Diana lalu menghisap kulit mulusnya hingga Diana berjengit.

"Awww.. Sakit kak." protes Diana.

"Lihat deh, kayak gitu nggak?" Nico memotret leher Diana kemudian menunjukkannya.

"Iya.. Kok mirip? Berarti bukan digigit nyamuk dong?" ucap Diana dengan kepolosannya.

"Ya itu akibatnya kalau pacaran nggak halal. Beda lagi kalau pacaran halal seperti kita. Bebas mau apa aja nggak dosa." ujar Nico.

"Pantesan, aku kan juga agak heran, nggak percaya juga. Masak cuma gigitan bisa jadi anak. Bukankah kalau di pelajaran biologi itu kehamilan bisa terjadi kalau sel telur berhasil dibuahi oleh sel jantan?." ucap Diana.

"Nah, itu udah pinter teorinya tinggal prakteknya aja kan?" Nico pun menjadi semakin semangat membahas pembicaraan ini.

"Nggak ada praktek kak kalau di sekolah kak. Nggak boleh katanya." ucap Diana dengan polosnya.

"Yaa... Yaa jelas lah dek.. Masak mau praktek. Yang boleh praktek itu cuma kita.." Nico harus benar-benar ekstra sabar.

"Hmmm.. Maksudnya kakak.. Kita praktek bikin anak?" Diana berucap antusias.

"Kamu mau?" Nico juga nampak antusias.

Diana terdiam untuk sebentar. Namun dari raut wajahnya tampak seperti memikirkan sesuatu.

"Nggak kak.." jawaban itu tentunya membuat Nico terkejut.

"Kenapa?"

"Aku.. Belum siap punya anak. Maaf kak." Diana berlari menuju ke dalam kamar. Dia mengunci pintu lalu menangis sesenggukan.

Nico yang sejak tadi melihat perubahan ekspresi Diana menjadi semakin merasa bersalah.

"Apa aku terlalu menuntutnya? Astaga.. Kenapa sulit sekali memahaminya?"

Nico mendengus pelan, ternyata membina hubungan dengan seorang gadis muda yang begitu polos tak semudah yang dibayangkan.

...****************...

Terpopuler

Comments

Muztafa Aly

Muztafa Aly

sabar nico pelan2 nanti diana akan mau nyerah sdri...

2023-12-10

0

Lusi Hariyani

Lusi Hariyani

ha..ha...sabar nico nikah sm bocah kudu sabarrrrr bnyk

2023-12-09

0

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

/Facepalm//Facepalm//Facepalm/ sabar Nico sabar.. resiko kalo punya istri masih muda dan polos apalagi belum pernah pacaran..pelan pelan aja Nico nani juga diana bakalan faham..

2023-12-09

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bimbang
2 Bab 2 Sebuah keputusan
3 Bab 3 Hari pernikahan
4 Bab 4 tak diakui
5 Bab 5 menarik perhatian
6 Bab 6 sebuah rencana
7 Bab 7 cemburu
8 Bab 8 jujur
9 Bab 9 belum siap
10 Bab 10 go public
11 Bab 11 teman toxic
12 Bab 12 teori vs praktek
13 Bab 13 alasan apa
14 Bab 14 gara-gara lumpur l
15 Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16 Bab 16 omongan tetangga
17 Bab 17 posesif
18 Bab 18 Gara-gara jamu
19 Bab 19 mirip tikus kejepit
20 Bab 20 Akhirnya terungkap
21 Bab 21 memutuskan pergi
22 Bab 22 menyesal
23 bab 23 situasi sulit
24 Bab 24 rindu tapi gengsi
25 Bab25 kabar duka
26 Bab 26 Surat perpisahan
27 Bab 27 Takut kehilangan
28 Bab 28 ada yang ketahuan
29 Bab 29 musuh dalam selimut
30 Bab 30 Demam tinggi
31 Bab 31 diusir seketika
32 Bab 32 kecil cabe rawit
33 Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34 Bab 34 Diana ngambek.
35 Bab 35 menanggung akibatnya
36 Bab 36 kembali bermanja
37 Bab 37 obrolan dua sahabat
38 Bab 38 sebuah wejangan
39 Bab 39 Menarik perhatian
40 Bab 40 Yang jadi Prioritas
41 Bab 41
42 Bab 42 pusat perhatian
43 Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44 Bab 44 sebuah hadiah
45 Bab 45 berangkat
46 Bab 46 ternyata...
47 Bab 47 kejutan
48 Bab 48 fakta yang sebenarnya
49 Bab 49 tempat damai
50 Bab 50 biang masalah
51 Bab 51 orang dari masa lalu
52 Bab 52 melampiaskan kekesalan
53 Bab 53 sedih dan senang
54 Bab 54 belum siap memaafkan
55 Bab 55 Hamil?
56 Bab 56 kembali mesra
57 Bab 57 kecurigaan Evan
58 Bab 58 penangkal mual
59 Bab 59 Dimabuk cinta
60 Bab 60 pengganggu
61 Bab 61 Musibah dan kehilangan
62 Bab 62 Keputusan Diana
63 Bab 63 sama-sama terpuruk
64 Bab 64 dukungan dari sahabat
65 Bab 65 Memperbaiki diri
66 Bab 66 masih saling cinta
67 Bab 67 tawaraan pekerjaan
68 Bab 68 Saling merindukan
69 Bab 69 aku merindukanmu
70 Bab 70 fakta yang sebenarnya
71 Bab 71 Aku temani tidur
72 Bab 72 aku ingin pacaran
73 Bab 73 rumah impian
74 Bab 74 menunggu jawaban
75 Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76 Bab 76 masih dirahasiakan
77 Bab 77 Luka di masa lalu
78 Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79 Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80 Bab 80 Akhirnya direstui
81 Bab 81 Semuanya untukmu
82 Bab 82 pulang kampung
83 Bab 83 Kehangatan keluarga
84 Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85 Bab 85 Ya, aku menerimanya
86 Bab 86 mengikhlaskan
87 Bab 87 akhir bahagia
88 karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Bimbang
2
Bab 2 Sebuah keputusan
3
Bab 3 Hari pernikahan
4
Bab 4 tak diakui
5
Bab 5 menarik perhatian
6
Bab 6 sebuah rencana
7
Bab 7 cemburu
8
Bab 8 jujur
9
Bab 9 belum siap
10
Bab 10 go public
11
Bab 11 teman toxic
12
Bab 12 teori vs praktek
13
Bab 13 alasan apa
14
Bab 14 gara-gara lumpur l
15
Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16
Bab 16 omongan tetangga
17
Bab 17 posesif
18
Bab 18 Gara-gara jamu
19
Bab 19 mirip tikus kejepit
20
Bab 20 Akhirnya terungkap
21
Bab 21 memutuskan pergi
22
Bab 22 menyesal
23
bab 23 situasi sulit
24
Bab 24 rindu tapi gengsi
25
Bab25 kabar duka
26
Bab 26 Surat perpisahan
27
Bab 27 Takut kehilangan
28
Bab 28 ada yang ketahuan
29
Bab 29 musuh dalam selimut
30
Bab 30 Demam tinggi
31
Bab 31 diusir seketika
32
Bab 32 kecil cabe rawit
33
Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34
Bab 34 Diana ngambek.
35
Bab 35 menanggung akibatnya
36
Bab 36 kembali bermanja
37
Bab 37 obrolan dua sahabat
38
Bab 38 sebuah wejangan
39
Bab 39 Menarik perhatian
40
Bab 40 Yang jadi Prioritas
41
Bab 41
42
Bab 42 pusat perhatian
43
Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44
Bab 44 sebuah hadiah
45
Bab 45 berangkat
46
Bab 46 ternyata...
47
Bab 47 kejutan
48
Bab 48 fakta yang sebenarnya
49
Bab 49 tempat damai
50
Bab 50 biang masalah
51
Bab 51 orang dari masa lalu
52
Bab 52 melampiaskan kekesalan
53
Bab 53 sedih dan senang
54
Bab 54 belum siap memaafkan
55
Bab 55 Hamil?
56
Bab 56 kembali mesra
57
Bab 57 kecurigaan Evan
58
Bab 58 penangkal mual
59
Bab 59 Dimabuk cinta
60
Bab 60 pengganggu
61
Bab 61 Musibah dan kehilangan
62
Bab 62 Keputusan Diana
63
Bab 63 sama-sama terpuruk
64
Bab 64 dukungan dari sahabat
65
Bab 65 Memperbaiki diri
66
Bab 66 masih saling cinta
67
Bab 67 tawaraan pekerjaan
68
Bab 68 Saling merindukan
69
Bab 69 aku merindukanmu
70
Bab 70 fakta yang sebenarnya
71
Bab 71 Aku temani tidur
72
Bab 72 aku ingin pacaran
73
Bab 73 rumah impian
74
Bab 74 menunggu jawaban
75
Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76
Bab 76 masih dirahasiakan
77
Bab 77 Luka di masa lalu
78
Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79
Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80
Bab 80 Akhirnya direstui
81
Bab 81 Semuanya untukmu
82
Bab 82 pulang kampung
83
Bab 83 Kehangatan keluarga
84
Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85
Bab 85 Ya, aku menerimanya
86
Bab 86 mengikhlaskan
87
Bab 87 akhir bahagia
88
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!