Bab 11 teman toxic

"Diana ini bukan adik gue, melainkan istri gue. Kami sudah sah menikah secara hukum."

Terang-terangan Nico meraih tangan Diana dan mengecupnya. Tak sungkan lagi menunjukkan kemesraan di depan semua orang. Ternyata menjalani hubungan dengan sepenuh hati membuatnya merasa lega dan nyaman.

"Duh, gagal deh. Padahal niat hati gue ngajak lo kesini dalam rangka pengen ngedeketin adek Cantik Diana." Danu tampak menggerutu.

"Emang lo doang? gue juga kena prank." Kini giliran Dimas yang angkat bicara. Dokter muda itu melempar candaan kepada Nico.

"Nico sorry ya soal ucapan gue tempo hari, Gue gak niat godain istri lo kok. lagian melihat kalian dekat begini ikut seneng." Kini Dimas mengakui bahwa perbuatannya saat itu murni hanya untuk mendekatkan Nico dan Diana.

"Ya, gue maafin tapi sampai lo berani merayu istri gue lagi bakalan habis lo." Nico masih saja tak terima jika teringat ucapan Dimas. dia pun langsung merangkul tubuh Diana dengan posesif.

Diana yang sejak tadi menjadi bahan pembicaraan juga pusat perhatian hanya bisa tersenyum kikuk. Apalagi dia belum sepenuhnya kenal dengan teman-teman Nico.

Obrolan pun terus berlanjut dengan tema bahasan yang masih sama, seputar pernikahan Nico dan Diana. Teman-teman Nico memang cukup menyenangkan hanya saja mereka lebih banyak meledek daripada mendukung Nico. Tampak sekali dari wajahnya jika Nico sebetulnya kurang nyaman berada di sana.

"Jadi kesimpulannya lo sebenernya nikah karena orang tua lo khawatir kalau anaknya anggak laku-laku. Jaman sekarang masih saja ada perjodohan." celetukan Devan, salah satu teman Nico itu sukses membuat Nico semakin kesal.

"Terus apa salahnya kalau kita nikah karena perjodohan? toh gue sama istri gue baik-baik aja, iya kan sayang?" Nico mengalihkan pandangannya pada Diana. Mencoba membuat istrinya tak terusik dengan kata-kata busuk temannya.

"Hmm.. tapi hati-hati aja. Namanya daun muda biasanya suka labil dan coba-coba. Apalagi kalau cantik begini, siap-siap aja kudu sabar." penuturan terakhir Devan kali ini sukses memancing amarah Nico.

Bagaimana tidak, secara terang-terangan pria itu merendahkan Diana, suami mana yang tak murka saat istrinya dikatakan tidak baik.

"Lo ngomong apa? bisa nggak sebelum bicara lo ngaca dulu siapa lo." Nico langsung berdiri dari tempat duduknya lalu menatap Devan dengan nyalang.

"Eh.. bro.. udah bro.." beberapa teman mulai melerai keduanya.

"Bener kan apa gue bilang, cewek-cewek cantik  modelan istri lo disini juga banyak, malahan bisa langsung dibawa pulang dua." Devan masih mengejek.

"Sebelum ngebacot mending lo ngaca. Gak semua wanita seperti apa yang lo pikirin. Ya kali kumpulan lo sama cabe-cabean mulu jadi terkontaminasi." tak biasanya Nico mengeluarkan kata-kata pedas. Namun kali ini dia benar-benar sudah muak.

Tak peduli lagi dengan ocehan Devan yang masih berusaha mencelanya kini Nico langsung meraih tangan Diana dan membawanya pergi. Sebelum itu dia mengeluarkan kartu debitnya dan membayar semua tagihan teman-temannya. Sekali lagi Nico tak sudi jika harga dirinya semakin di injak-injak.

Diana sendiri hanya bisa pasrah dengan kemauan suaminya. Dia kini paham kenapa kedua orang tua dan kakaknya sering menasihati perihal memilih teman.

Yang kelihatannya hidupnya selalu terjamin dan tak kurang apapun nyatanya tak jadi jaminan memiliki teman-teman yang baik. Kebanyakan dari mereka hanya datang untuk mencari keuntungan saja. MIris, namun itulah kenyataannya.

"Kak.. " Diana sendiri bingung harus berbuat apa. Dia melihat suaminya yang masih terbakar emosi tampak memukul setir mobilnya berkali-kali.

"Maafkan aku Diana, aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Mereka jahat dan menyebalkan." Nico masih geram.

"Aku nggak apa-apa.. " Diana mencoba mengelus lengan Nico. Berharap bisa meredam amarahnya.

"Kamu mungkin bisa nggak apa-apa. Tapi aku yang gak terima. Awas saja sampai berani menyentuh kamu, aku pastikan mereka nggak akan aman. Terutama si busuk Devan." ujar Nico dengan kemelut emosi.

Dengan sorot tajamnya Nico menatap Diana. Sebenarnya dia tak bermaksud memarahi Diana tapi caranya melampiaskan kemarahan itu membuat Diana semakin takut.

Perlahan Diana melepas tangannya dari lengan Nico. Percuma saja sepertinya tak mudah meredam amarah pria itu, atau memang Diana yang belum tahu bagaimana saja caranya.

Mobil melesat dengan cepat kembali menuju kembali ke apartemen mereka. Kemelut emosi masih tampak di wajah Nico namun tak sebesar tadi. Akhirnya Diana kembali memberanikan diri meraih tangan Nico dan menggenggam jemarinya.

Hangat sentuhan gadis itu ternyata cukup ampuh meredakan amarahnya. Nico pun mulai menikmati kedekatannya. Nico melirik istrinya yang tampak bersemu merah wajahnya. Dia tahu bahwa Diana tengah malu.

Selama berada dalam lift Diana tamppak Diam dan menunduk. Nico pun juga tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hingga akhirnya mereka sampai pada unit apartemen yang berada di lantai dua puluh itu.

Nico merebahkan tubuhnya pada sofa dan memijat panagkal hidungnya. Diana langsung mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada Nico.

"Sekarang aku mengerti kenapa kakak saat itu tidak mengakuiku. Jika saja sejak awal aku tahu bagaimana mereka maka akau tak akan sedih dan kecewa. Justru melihat kak Nico begini membuatku sedih." Diana duduk di samping Nico dan menatapnya iba.

"Apa semua teman-teman kakak seperti itu? lalu kenapa kakak masih mau berteman dengan mereka?" tanya Diana kembali.

"Ya tidak semua begitu, sebenarnya kakak juga nggak terlalu akrab banget. Hanya berusaha nimbrung biar nggak dikira sombong karena rata-rata mereka anak-anak dari kolega bisnis Papa." ujar Nico.

"Hanya satu yang paling bisa ngerti kakak yaitu Dion." Membahas Dion rasanya membuat Nico kembali sedih pasalnya sahabatnya itu masih terbaring koma di rumah sakit.

"Andai Dion sekarang sadar maka dia akan jadi teman kakak yang paling bahagia menyambut kamu. Dia juga yang sudah menasehati kakak supaya menerima perjodohan ini." Nico sudah bisa tersenyum lagi saat membicarakan tentang Dion. Namun dibalik senyum itu dia sedang merasakan kesedihan yang mendalam atas apa yang dialami oleh sahabatnya.

"Yaudah, kalau kakak nggak punya banyak teman baik aku mau kok temani kakak." celetuk Diana berusaha menghibur Nico.

"Temani apa dulu nih?" tanay Nico.

"Apa aja, kakak maunya aku jadi teman apa?" Diana mengulas senyum lebar.

"Kalau teman tidur gimana?" Nico pun menyunggingkan senyum menggoda. Masih berusaha memancing istrinya.

"Yaudah Ayo.." Diana langsung bangkit sambil mengulurkan tangannya.

"Beneran?" Nico langsung menyengir lebar.

"Beneran, mau di kamar aku apa di kamar kakak?" tanya Diana selanjutnya.

"Di kamar kamu aja deh, kamar kakak masih berantakan." ujar Nico.

Nico langsung bergegas menuju kamar Diana. Dia sudah tidak sabar meminta jatahnya malam ini.

Hingga setengah jam berlalu Diana masih berada di dalam kamar mandi. Sebenarnya Nico sudah begitu ingin menyentuh istrinya itu.

Selama ini dia hanya memainkan tubuh atas istrinya saja. Dia begitu penasaran dengan indahnya tubuh istrinya secara menyeluruh.

Hingga tak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok gadis cantik yang tengah mengenakan piyama lengan panjang.

"Maaf ya lama. " ujar Diana menyusul Nico di atas kasur.

"Nggak apa-apa. Sini sayang." Mico melebarkan tangannya agar bisa memeluk Diana.

Diana pun langsung mengambil posisi di samping Nico. Merebahkan tubuhnya lalu memejamkan kedua netranya.

"Loh, kok malah tidur sih?" protes Nico.

"Kan katanya kakak maunya jadi teman tidur." Jawa Diana entengnya.

"Astaga... polosnya istriku..." Nico hanya bis menepuk jidatnya sendiri.

...****************...

Terpopuler

Comments

Dia Amalia

Dia Amalia

nasibmu lh bg nico jgn kasi kode² langsung aja kepokok permasalahan nya aja🤣😂🤭
kalau ang mau MP 🤣😂🤣

2024-01-13

0

Rita Novrita

Rita Novrita

🤣🤣🤣🤣🤣teman tidur...

2023-12-23

0

𝘛𝘳𝘪𝘚

𝘛𝘳𝘪𝘚

tidur Nico tidur doank,,, /Facepalm//Facepalm//Facepalm/

2023-12-08

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bimbang
2 Bab 2 Sebuah keputusan
3 Bab 3 Hari pernikahan
4 Bab 4 tak diakui
5 Bab 5 menarik perhatian
6 Bab 6 sebuah rencana
7 Bab 7 cemburu
8 Bab 8 jujur
9 Bab 9 belum siap
10 Bab 10 go public
11 Bab 11 teman toxic
12 Bab 12 teori vs praktek
13 Bab 13 alasan apa
14 Bab 14 gara-gara lumpur l
15 Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16 Bab 16 omongan tetangga
17 Bab 17 posesif
18 Bab 18 Gara-gara jamu
19 Bab 19 mirip tikus kejepit
20 Bab 20 Akhirnya terungkap
21 Bab 21 memutuskan pergi
22 Bab 22 menyesal
23 bab 23 situasi sulit
24 Bab 24 rindu tapi gengsi
25 Bab25 kabar duka
26 Bab 26 Surat perpisahan
27 Bab 27 Takut kehilangan
28 Bab 28 ada yang ketahuan
29 Bab 29 musuh dalam selimut
30 Bab 30 Demam tinggi
31 Bab 31 diusir seketika
32 Bab 32 kecil cabe rawit
33 Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34 Bab 34 Diana ngambek.
35 Bab 35 menanggung akibatnya
36 Bab 36 kembali bermanja
37 Bab 37 obrolan dua sahabat
38 Bab 38 sebuah wejangan
39 Bab 39 Menarik perhatian
40 Bab 40 Yang jadi Prioritas
41 Bab 41
42 Bab 42 pusat perhatian
43 Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44 Bab 44 sebuah hadiah
45 Bab 45 berangkat
46 Bab 46 ternyata...
47 Bab 47 kejutan
48 Bab 48 fakta yang sebenarnya
49 Bab 49 tempat damai
50 Bab 50 biang masalah
51 Bab 51 orang dari masa lalu
52 Bab 52 melampiaskan kekesalan
53 Bab 53 sedih dan senang
54 Bab 54 belum siap memaafkan
55 Bab 55 Hamil?
56 Bab 56 kembali mesra
57 Bab 57 kecurigaan Evan
58 Bab 58 penangkal mual
59 Bab 59 Dimabuk cinta
60 Bab 60 pengganggu
61 Bab 61 Musibah dan kehilangan
62 Bab 62 Keputusan Diana
63 Bab 63 sama-sama terpuruk
64 Bab 64 dukungan dari sahabat
65 Bab 65 Memperbaiki diri
66 Bab 66 masih saling cinta
67 Bab 67 tawaraan pekerjaan
68 Bab 68 Saling merindukan
69 Bab 69 aku merindukanmu
70 Bab 70 fakta yang sebenarnya
71 Bab 71 Aku temani tidur
72 Bab 72 aku ingin pacaran
73 Bab 73 rumah impian
74 Bab 74 menunggu jawaban
75 Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76 Bab 76 masih dirahasiakan
77 Bab 77 Luka di masa lalu
78 Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79 Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80 Bab 80 Akhirnya direstui
81 Bab 81 Semuanya untukmu
82 Bab 82 pulang kampung
83 Bab 83 Kehangatan keluarga
84 Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85 Bab 85 Ya, aku menerimanya
86 Bab 86 mengikhlaskan
87 Bab 87 akhir bahagia
88 karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Bimbang
2
Bab 2 Sebuah keputusan
3
Bab 3 Hari pernikahan
4
Bab 4 tak diakui
5
Bab 5 menarik perhatian
6
Bab 6 sebuah rencana
7
Bab 7 cemburu
8
Bab 8 jujur
9
Bab 9 belum siap
10
Bab 10 go public
11
Bab 11 teman toxic
12
Bab 12 teori vs praktek
13
Bab 13 alasan apa
14
Bab 14 gara-gara lumpur l
15
Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16
Bab 16 omongan tetangga
17
Bab 17 posesif
18
Bab 18 Gara-gara jamu
19
Bab 19 mirip tikus kejepit
20
Bab 20 Akhirnya terungkap
21
Bab 21 memutuskan pergi
22
Bab 22 menyesal
23
bab 23 situasi sulit
24
Bab 24 rindu tapi gengsi
25
Bab25 kabar duka
26
Bab 26 Surat perpisahan
27
Bab 27 Takut kehilangan
28
Bab 28 ada yang ketahuan
29
Bab 29 musuh dalam selimut
30
Bab 30 Demam tinggi
31
Bab 31 diusir seketika
32
Bab 32 kecil cabe rawit
33
Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34
Bab 34 Diana ngambek.
35
Bab 35 menanggung akibatnya
36
Bab 36 kembali bermanja
37
Bab 37 obrolan dua sahabat
38
Bab 38 sebuah wejangan
39
Bab 39 Menarik perhatian
40
Bab 40 Yang jadi Prioritas
41
Bab 41
42
Bab 42 pusat perhatian
43
Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44
Bab 44 sebuah hadiah
45
Bab 45 berangkat
46
Bab 46 ternyata...
47
Bab 47 kejutan
48
Bab 48 fakta yang sebenarnya
49
Bab 49 tempat damai
50
Bab 50 biang masalah
51
Bab 51 orang dari masa lalu
52
Bab 52 melampiaskan kekesalan
53
Bab 53 sedih dan senang
54
Bab 54 belum siap memaafkan
55
Bab 55 Hamil?
56
Bab 56 kembali mesra
57
Bab 57 kecurigaan Evan
58
Bab 58 penangkal mual
59
Bab 59 Dimabuk cinta
60
Bab 60 pengganggu
61
Bab 61 Musibah dan kehilangan
62
Bab 62 Keputusan Diana
63
Bab 63 sama-sama terpuruk
64
Bab 64 dukungan dari sahabat
65
Bab 65 Memperbaiki diri
66
Bab 66 masih saling cinta
67
Bab 67 tawaraan pekerjaan
68
Bab 68 Saling merindukan
69
Bab 69 aku merindukanmu
70
Bab 70 fakta yang sebenarnya
71
Bab 71 Aku temani tidur
72
Bab 72 aku ingin pacaran
73
Bab 73 rumah impian
74
Bab 74 menunggu jawaban
75
Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76
Bab 76 masih dirahasiakan
77
Bab 77 Luka di masa lalu
78
Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79
Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80
Bab 80 Akhirnya direstui
81
Bab 81 Semuanya untukmu
82
Bab 82 pulang kampung
83
Bab 83 Kehangatan keluarga
84
Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85
Bab 85 Ya, aku menerimanya
86
Bab 86 mengikhlaskan
87
Bab 87 akhir bahagia
88
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!