Bab 9 belum siap

Dengan hati-yang berbunga-bunga pagi ini Diana sudah sangat bersemangat untuk melakukan aktivitasnya. Dengan cekatan gadis itu memasak menu sarapan yang spesial dari biasanya.

Namun di antara sibuknya kegiatan memasak itu Diana juga tampak senyum-senyum sendiri. Dia meraba bibirnya sendiri dengan malu-malu mengingat kejadian semalam yang membuatnya benar-benar tak akan melupakannya.

Untuk pertama kalinya dia merasakan apa itu berciuman. Awalnya Diana memang sangat tegang bahkan dia sampai meremas sprei dengan kuat. Namun perlakuan lembut Nico perlahan membuatnya relax.

Nico terus menyapukan bibir dan lidahnya dengan perlahan pada bibir kaku Diana. Sadar bahwa istrinya sedang tegang dan panik perlahan tangan Nico meraih jemari tangan Diana dan menggenggamnya lembut.

Setelah dirasa mulai relax barulah Nico mengusap tengkuk Diana perlahan. Bibir mereka saling beradu dan Diana mulai memberanikan diri untuk sedikit menggerakkan bibirnya.

Tentu saja Nico tak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat dia mencari celah untuk menerobos masuk kedalam mulut mungil itu. Mengabsen setiap inci yang ada dalam rongga mulut Diana dengan lidahnya.

"Enghh.." Diana yang sudah mulai terbuai tanpa sadar mengeluarkan suara rintihan pelan.

Nico semakin bersemangat untuk menjelajah lebih jauh setelah mendengar suara istri kecilnya yang tampak mulai menikmati.

Sementara Diana sendiri yang baru pertama kali merasakan apa itu ciuman begitu senang dan penasaran.

Nico semakin memperdalam ciumannya hingga membuat Diana kehabisan nafas. Gadis itu memukul-mukul pelan dada suaminya hingga akhirnya Nico menyadari dan langsung melepas ciumannya.

Namun bukannya berhenti Nico justru mengangkat tubuh Diana hingga berada di pangkuannya menghadap dirinya. Diana yang baru saja menghirup udara dalam-dalam hanya pasrah saja saat Nico kembali mel umat bibirnya. Ciuman panas itu terus Nico lakukan tak hanya di bibirnya.

Nico mencium pipi, dagu hingga pada leher Diana. Bagai tersengat listrik dengan tegangan rendah Diana pun mulai tersengal, dia panik sendiri kenapa bisa hanya leher yang diciumnya tapi bisa berefek ke seluruh tubuh.

Tangan Nico tak mau diam dan dia mulai meraba gundukan kenyal di dada Diana dari luar kaos yanng dikenakannya. Terasa padat dan pas di genggaman.

Namanya pria pasti semakin penasaran hingga akhirnya Nico memberanikan tangannya untuk masuk ke dalam kaos tersebut dan mulai meraba punggungnya mencari pengait bra yang dikenakan Diana.

Dalam sekali tarikan saja Nico langsung berhasil melepasnya. Kini tangannya beralih ke depan mengangkat kaos yang dipakai Diana hingga sampai di bawah leher.

Pemandangan indah terpampang seketika. Jika tadi hanya bisa merasakan dan membayangkan saja kini Nico benar-benar melihatnya secara nyata.

"Gila, Kecil-kecil tapi menantang juga. Kenapa gak dari kemarin-kemarin aku melakukannya?" batin Nico saat melihat bulatan sempurna dengan ujungnya yang masih berwarna pink muda itu.

Sadar akan tatapan suaminya yang tak teralihkan dari dadanya yang tak tertutup Diana pun reflek menyilangkan kedua lengannya di depan dadanya.

"K-kakak.. jangan dilihatin terus aku malu." gumam Diana dengan wajah yang sudah semerah tomat.

"Jangan malu sayang, kan dilihatin suami sendiri. Nggak akan dosa." Nico mengurai lengan Diana dan mulai menyentuh benda kenyal seputih salju itu.

"Aahhh..." Diana reflek mend esah saat Nico memainkan ujung dadanya dengan mulutnya.

"Apa-apaan ini kenapa aku semakin tersetrum? tapi kenapa rasanya geli-geli enak?" Diana semakin panik sendiri apalagi dia merasakan sesuatu mengganjal di bawah. Diantara paha Nico.

"K-Kak.. hentikan.." ucap Diana sambil menjambak rambut suaminya.

Nico terpaksa menghentikan kegiatannya padahal luar biasa nikmat untuknya. Namun saat melihat air mata di sudut netra Diana dia langsung tersadar.

"M-maaf, kakak kebablasan ya?" ucap Nico sambil menyeka air mata yang sudah mulai merembes.

Nico langsung membenahi pakaian Diana dan membaringkan tubuh istrinya di atas ranjang. Meraih selimut untuk menutup tubuh Diana.

Diana hanya bisa menatap Nico dengan perasaan bersalah. Sejujurnya dia masih takut untuk melakukan hubungan suami istri yang sesungguhnya.

"Istirahat ya dek, good night." Nico mengusap lembut puncak kepala Diana dan mengecup keningnya.

Pria itu pun akhirnya beranjak pergi meninggalkan kamar Diana. Sebenarnya ingin sekali dia tidur bersama Diana tapi Nico takut tidak bisa mengontrol dirinya apalagi saat ini dia sudah terlanjur turn on.

Setelah pintu tertutup Diana langsung berlari ke dalam kamar mandi. Melepas pakaiannya dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin berharap getaran di dadanya bisa mereda.

"Maafkan aku kak.. bukannya aku tak mau melayanimu, aku belum siap.. aku masih takut." Diana takut, jika saja dia sudah menyerahkan segalanya namun Nico belum sepenuhnya mencintai dirinya. Dia takut dikecewakan.

***

Lamunan itu buyar seketika saat sebuah tangan tiba-tiba memeluk pinggangnya dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Nico, suaminya.

"Kalau masak nggak boleh melamun sayang, tuh udah mendidih sayurnya." ucap Nico sambil tangan kanannya terulur mematikan kompor.

"K-Kak Nico sudah bangun?" Diana gelagapan. Rasanya masih belum terbiasa mendapat perlakuan romantis suaminya.

"Sudah.. gimana semalam tidurnya nyenyak nggak?" Nico hanya khawatir jika Diana merasa terganggu atas ulahnya semalam.

"Baru bisa tidur jam dua belas malam." ujar Diana jujur.

"Berarti begadang dong? pasti gara-gara ulah kakak kan? maaf ya. Kalau masih ngantuk tidur lagi aja." Bagaimana tidak semakin berbunga-bunga jika masih sepagi ini sudah mendapatkan perlakuan yang begitu manis.

"Kak.. maafkan aku ya, aku belum bisa jadi istri yang baik." Diana memutar tubuhnya dan mendongak menatap  wajah suaminya.

"Nggak apa-apa, kakak akan tunggu kamu sampai siap." ujar Nico sambil mengacak poni Diana.

"Makan yuk, terus kamu tidur lagi kalau ngantuk. Itu mata nya udah kayak panda" imbuh Nico.

Diana pun hanya mengangguk kemudian menyiapkan sarapan untuk Nico. Hal yang menjadi favoritnya saat ini adalah melihat bagaimana cekatannya Diana dalam melayani dirinya. Bahkan setiap masakan yang dibuat oleh istrinya itu selalu memanjakan lidahnya.

"Masaknya jago banget sih dek, siapa yang ngajarin?" meski hanya menu sederhana sayur sop, perkedel kentang juga ayam goreng lengkap dengan sambalnya namun sudah membuat Nico sampai menambah dua kali.

"Ibu, setiap hari bantuin ibu masak, cuma yang bikin beda sebagian besar bahan masakannya metik sendiri di kebun. Bapak suka nanam macam-macam sayur dan yang buat makan sendiri khusus yang organik." Rasanya Diana begitu senang jika menceritakan kegiatannya di kampung.

"Pantesan cantik banget kamu dek." puji Nico lagai.

"Kok cantik? apa hubungannya sama nanam sayur?" Diana mengernyit.

"Ya kan makan sayur itu bikin sehat, rambut jadi bagus, kulit juga mulus." saat mengatakan itu entah kenapa pandangan Nico terarah pada dada Diana.

"Hmmm.. nggak juga aku baru-baru ini aja pakai skincare, kan sayang sudah disiapkan di kamar nggak di pakai." Diana mengelak.

Tak berselang lama ponsel Nico berbunyi, teryata panggilan dari papanya.

"Halo, Pa.."

"Halo, Nico kamu sibuk tidak? tolong kalau tidak sibuk Papa minta kamu gantikan rapat di kantor ya, Papa masih mengurus administrasi mama kamu mau pulang ke rumah." ujar Papa Nathan tampak terburu-buru.

"Iya Pa.." mau tak mau Nico harus ke kantor padahal hari ini seharusnya dia masih dalam rangka cuti pernikahan.

"Kenapa kak?" tanya Diana saat mendapati wajah lesu suaminya.

"Papa minta digantikan meeting, kamu nggak apa-apa dek kalau kakak tinggal sendirian?" tanya Nico.

"Nggak apa-apa, barusan Mbak Hana juga ngirim pesan ini ngajakin buat jalan, boleh kan kak kalau aku keluar sebentar sama mbak Hana, tapi kalau nggak boleh nggak apa-apa." Diana ingat betul nasehat orang tuanya bahwa melakukan apapun harus atas seizin suami.

"Boleh dong sayang, nanti kakak antar ke apartemennya mbak Hana, kebetulan nanti meeting juga sama Kak Shaka kok." Nico mengecup kening Diana.

Akhirnya setelah keduanya bersiap kini Diana diantar ke apartemen kakak iparnya.

"Kak, nitip istriku ya. Jangan boleh ada yang godain dia." ujar Nico sebelum berpamitan pergi.

Diana hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat bagaimana posesifnya Nico. Namun dia senang artinya suaminya itu sudah mulai peduli dan menunjukkan keseriusannya.

Sementara Diana dan Hana sibuk berbelanja di mall kini Nico dan Shaka sibuk meeting. Dua jam berlalu akhirnya selesai juga.

Mereka sudah janjian untuk makan bersama di restoran yang kebetulan satu kawasan di mall tersebut.

"Maaf nunggu lama ya?" Nico langsung menghampiri Diana sementara Shaka menyambut Hana.

Saat asyik mengobrol berempat tak sengaja salah satu teman Nico yang bertemu dengannya menghampiri mereka.

"Nico, lo di sini juga? Eh ada Diana adek lo." sapa teman Nico.

"Adek?" Shaka mengernyit saat mendengar ucapan teman Nico.

"Iya kan, Diana kan adiknya Nico. Dia sendiri kemarin yang bilang." ujar pria itu.

Shaka langsung menatap tajam Nico, bisa-bisanya dia mengakui Diana sebagai adiknya bukan istrinya.

Sadar tatapan Shaka yang tajam membuat Nico maupun Diana merasa bersalah.

"A-aku bisa jelaskan kak, semua salah paham." Baru saja menjelaskan kesalahpahaman ini pada Diana kini Nico harus berurusan dengan Shaka.

"Kapok deh mau bohong-bohong lagai, urusannya bisa panjang."

...****************...

Terpopuler

Comments

Rizky Tria

Rizky Tria

hayoh loh nico urusannya panjang sama shaka 🤭

2023-12-06

0

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

Pelan pelan aja Nico. nyentuh diana nya dia kan masih polos belum faham soal hubungan suami istri

2023-12-06

0

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

hati² niko kalo berurusan sama shaka bisa habis kamu nanti 😁

2023-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bimbang
2 Bab 2 Sebuah keputusan
3 Bab 3 Hari pernikahan
4 Bab 4 tak diakui
5 Bab 5 menarik perhatian
6 Bab 6 sebuah rencana
7 Bab 7 cemburu
8 Bab 8 jujur
9 Bab 9 belum siap
10 Bab 10 go public
11 Bab 11 teman toxic
12 Bab 12 teori vs praktek
13 Bab 13 alasan apa
14 Bab 14 gara-gara lumpur l
15 Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16 Bab 16 omongan tetangga
17 Bab 17 posesif
18 Bab 18 Gara-gara jamu
19 Bab 19 mirip tikus kejepit
20 Bab 20 Akhirnya terungkap
21 Bab 21 memutuskan pergi
22 Bab 22 menyesal
23 bab 23 situasi sulit
24 Bab 24 rindu tapi gengsi
25 Bab25 kabar duka
26 Bab 26 Surat perpisahan
27 Bab 27 Takut kehilangan
28 Bab 28 ada yang ketahuan
29 Bab 29 musuh dalam selimut
30 Bab 30 Demam tinggi
31 Bab 31 diusir seketika
32 Bab 32 kecil cabe rawit
33 Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34 Bab 34 Diana ngambek.
35 Bab 35 menanggung akibatnya
36 Bab 36 kembali bermanja
37 Bab 37 obrolan dua sahabat
38 Bab 38 sebuah wejangan
39 Bab 39 Menarik perhatian
40 Bab 40 Yang jadi Prioritas
41 Bab 41
42 Bab 42 pusat perhatian
43 Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44 Bab 44 sebuah hadiah
45 Bab 45 berangkat
46 Bab 46 ternyata...
47 Bab 47 kejutan
48 Bab 48 fakta yang sebenarnya
49 Bab 49 tempat damai
50 Bab 50 biang masalah
51 Bab 51 orang dari masa lalu
52 Bab 52 melampiaskan kekesalan
53 Bab 53 sedih dan senang
54 Bab 54 belum siap memaafkan
55 Bab 55 Hamil?
56 Bab 56 kembali mesra
57 Bab 57 kecurigaan Evan
58 Bab 58 penangkal mual
59 Bab 59 Dimabuk cinta
60 Bab 60 pengganggu
61 Bab 61 Musibah dan kehilangan
62 Bab 62 Keputusan Diana
63 Bab 63 sama-sama terpuruk
64 Bab 64 dukungan dari sahabat
65 Bab 65 Memperbaiki diri
66 Bab 66 masih saling cinta
67 Bab 67 tawaraan pekerjaan
68 Bab 68 Saling merindukan
69 Bab 69 aku merindukanmu
70 Bab 70 fakta yang sebenarnya
71 Bab 71 Aku temani tidur
72 Bab 72 aku ingin pacaran
73 Bab 73 rumah impian
74 Bab 74 menunggu jawaban
75 Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76 Bab 76 masih dirahasiakan
77 Bab 77 Luka di masa lalu
78 Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79 Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80 Bab 80 Akhirnya direstui
81 Bab 81 Semuanya untukmu
82 Bab 82 pulang kampung
83 Bab 83 Kehangatan keluarga
84 Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85 Bab 85 Ya, aku menerimanya
86 Bab 86 mengikhlaskan
87 Bab 87 akhir bahagia
88 karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Bimbang
2
Bab 2 Sebuah keputusan
3
Bab 3 Hari pernikahan
4
Bab 4 tak diakui
5
Bab 5 menarik perhatian
6
Bab 6 sebuah rencana
7
Bab 7 cemburu
8
Bab 8 jujur
9
Bab 9 belum siap
10
Bab 10 go public
11
Bab 11 teman toxic
12
Bab 12 teori vs praktek
13
Bab 13 alasan apa
14
Bab 14 gara-gara lumpur l
15
Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16
Bab 16 omongan tetangga
17
Bab 17 posesif
18
Bab 18 Gara-gara jamu
19
Bab 19 mirip tikus kejepit
20
Bab 20 Akhirnya terungkap
21
Bab 21 memutuskan pergi
22
Bab 22 menyesal
23
bab 23 situasi sulit
24
Bab 24 rindu tapi gengsi
25
Bab25 kabar duka
26
Bab 26 Surat perpisahan
27
Bab 27 Takut kehilangan
28
Bab 28 ada yang ketahuan
29
Bab 29 musuh dalam selimut
30
Bab 30 Demam tinggi
31
Bab 31 diusir seketika
32
Bab 32 kecil cabe rawit
33
Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34
Bab 34 Diana ngambek.
35
Bab 35 menanggung akibatnya
36
Bab 36 kembali bermanja
37
Bab 37 obrolan dua sahabat
38
Bab 38 sebuah wejangan
39
Bab 39 Menarik perhatian
40
Bab 40 Yang jadi Prioritas
41
Bab 41
42
Bab 42 pusat perhatian
43
Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44
Bab 44 sebuah hadiah
45
Bab 45 berangkat
46
Bab 46 ternyata...
47
Bab 47 kejutan
48
Bab 48 fakta yang sebenarnya
49
Bab 49 tempat damai
50
Bab 50 biang masalah
51
Bab 51 orang dari masa lalu
52
Bab 52 melampiaskan kekesalan
53
Bab 53 sedih dan senang
54
Bab 54 belum siap memaafkan
55
Bab 55 Hamil?
56
Bab 56 kembali mesra
57
Bab 57 kecurigaan Evan
58
Bab 58 penangkal mual
59
Bab 59 Dimabuk cinta
60
Bab 60 pengganggu
61
Bab 61 Musibah dan kehilangan
62
Bab 62 Keputusan Diana
63
Bab 63 sama-sama terpuruk
64
Bab 64 dukungan dari sahabat
65
Bab 65 Memperbaiki diri
66
Bab 66 masih saling cinta
67
Bab 67 tawaraan pekerjaan
68
Bab 68 Saling merindukan
69
Bab 69 aku merindukanmu
70
Bab 70 fakta yang sebenarnya
71
Bab 71 Aku temani tidur
72
Bab 72 aku ingin pacaran
73
Bab 73 rumah impian
74
Bab 74 menunggu jawaban
75
Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76
Bab 76 masih dirahasiakan
77
Bab 77 Luka di masa lalu
78
Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79
Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80
Bab 80 Akhirnya direstui
81
Bab 81 Semuanya untukmu
82
Bab 82 pulang kampung
83
Bab 83 Kehangatan keluarga
84
Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85
Bab 85 Ya, aku menerimanya
86
Bab 86 mengikhlaskan
87
Bab 87 akhir bahagia
88
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!