Bab 7 cemburu

BRRAKK...

Nico yang tiba-tiba menggebrak meja tentu membuat Diana dan Dimas reflek berjingkat. Saat keduanya menatap Nico barulah pria itu salah tingkah.

"Kak Nico kenapa?" tanya Diana dengan wajah penasaran.

"Eh.. Anu.. Nggak kok tadi ada lalat." ucap Nico berbohong. Tentu saja dia sengaja berbohong karena tidak mungkin terang-terangan mengatakan tidak suka dengan ucapan Dimas.

"Diana cepat habiskan makanan kamu, setelah ini ayo cepat kembali pasti mama menunggu." ujar Nico lagi.

"Iya kak.." jawab Diana santai.

"Oh ya Diana kesibukan kamu apa?" Dimas kembali melanjutkan obrolannya.

"Sementara ini masih menunggu persiapan masuk kampus kak, kan aku baru lulus SMA." jawab Diana.

"Aduh imut banget sih, hati-hati nanti di kampus pasti jadi rebutan banyak cowok. Pacarnya banyak ini nanti pasti." Dimas sengaja menggoda Diana.

"Hmm.. Rebutan gimana? Aku aja pacaran belum pernah." jawab Diana dengan polosnya.

"Ha? belum pernah pacaran? Boleh dong kalau misalnya kakak daftar. Siapa tau bisa jadi yang pertama." mendengar ucapan Dimas tentu saja Nico langsung meradang.

"Diana ayo kita kembali. Mama sudah menunggu." Nico langsung berdiri dan meraih tangan Diana dengan posesif.

"Tapi kak.. makananku belum habis." Diana hendak menolak tapi tatapan Nico yang tajam membuatnya urung.

"Aku permisi dulu Dimas." dengan rahang yang mengeras Nico langsung mencengkeram tangan Diana sedikit kuat dan membawanya pergi.

"Aww.. Sakit kak." Diana mencoba melepas cengkraman Nico saat mereka sedang berjalan di koridor. Untung saja tempat itu cukup sepi.

Dengan sekuat tenaga Diana akhirnya berhasil melepaskan tangan Nico. Dia tampak meringis memegangi pergelangan tangannya. Nico yang tak sengaja melihat tangan itu tampak bekas merah.

"Sorry, kekencengan ya?" Nico berusaha meraih tangan Diana lagi namun gadis itu langsung menepisnya.

Tak ada ucapan apapun dengan kedua netranya yang sudah berembun Diana berjalan mendahului Nico.

"Diana.. Diana kakak minta maaf.. "Nico berusaha mendekati gadis itu namun Diana tetap berjalan tanpa menghiraukannya sama sekali.

"Ingat Diana.. Tetap mode ngambek biar kak Nico semakin penasaran." Gumam Diana dalam hati ketika mengingat tips yang diberikan papa mertuanya.

Sampai di dalam ruangan mama Vania kini Diana langsung duduk di dekat brankar ibu mertuanya.

"Loh, kok cepet sayang. Udah selesai makannya?" tanya Mama Vania yang barengan dengan Nico memasuki ruangannya.

"Belum selesai tapi ada yang ngajak balik. Katanya mama udah nungguin." Jawab Diana dengan wajah kesalnya.

"Loh, siapa yang nungguin sayang. Kalau kalian masih mau santai di luar nggak apa-apa. Pasti jenuh kan disini terus?" ucap Mama Vania.

Diana hanya menggeleng lalu menjatuhkan kepalanya di brankar Mama Vania. Melihat menantu kecilnya yang tampak kesal Mama Vania pun langsung mengusap lembut kepala Diana.

"Kamu apain Diana?" tanya Papa Nathan kepada Nico.

"Emm. Nggak kok pa, cuma tadi khawatir sama Mama aja. Mama gimana keadaannya?" Nico beralibi.

"Mama baik-baik saja kan dari tadi ditemani papa kamu. Nico mama pengen minum sari kedelai yang ada di depan rumah sakit deh.. Boleh nggak kalau mama minta dibelikan?" Mama Vania sengaja untuk membuat Nico pergi dulu karena penasaran dengan yang terjadi antara Diana dan putranya.

"Iya Ma.. Diana disini saja ya temani Mama." Nico sengaja tak mengajak Diana keluar karena khawatir akan ada Dimas yang menggoda istrinya lagi.

Sementara di dalam ruangan Mama Vania mereka bertiga terkikik semua. Lagi-lagi semua itu karena rencana Papa Nathan.

Tak berselang lama Dokter Dimas datang untuk mengecek kondisi Mama Vania. Dia tampak biasa saja bahkan sama sekali tak menggoda Diana.

"Diana maaf jika tadi ucapanku sedikit kelewat batas. Om Nathan dan Tante Vania maafkan saya." ucap Dimas sungkan.

"Tidak apa-apa dokter Dimas. Maaf juga saya sudah melibatkan anda untuk masalah ini." ujar Papa Nathan.

"Jika itu bertujuan baik maka saya akan melakukannya dengan senang hati. Saya harap hubungan Diana dan juga Nico segera membaik." ucap Dimas.

Papa Nathan memang sengaja meminta bantuan Dimas untuk mengetes bagaimana reaksi Nico jika Diana didekati oleh pria lain.

Diana juga sudah mengakui tentang hubungan dengan Nico yang sebenarnya. Dia bukanlah adik Nico melainkan istri sah dari Nico.

"Melihat bagaimana reaksi Nico sepertinya dia memang sudah cemburu tapi belum mau mengakuinya." Dimas berujar sambil tersenyum.

Setelah berbincang-bincang tak lama kemudian Nico kembali membawa minuman yang diinginkan Mama Vania.

Namun pandangannya langsung tertuju pada Dimas. Sungguh kesal sekali melihat pria itu. Niat hati ingin menghindarkan Diana dari pria itu justru malah bersama di ruangan mamanya.

"Dimas ngapain kesini?" tanya Nico sinis.

"Aku sedang memeriksa tante Vania." jawab Dimas sambil mengulas senyum.

"Kak Dimas terimakasih ya sudah memeriksa Mama." ucap Diana sebelum Dimas berpamitan pulang.

Kedua netra Nico seketika membola saat mendengar Diana yang terang-terangan berucap manis kepada Dimas.

Dimas pun hanya menanggapi dengan senyuman namun kedua netranya seolah terus menatap Diana dengan penuh arti.

Karena tak terima Nico pun menyusul Dimas yang sudah keluar ruangan.

"Dimas bisa kita bicara." Nico menghentikan langkah Dimas.

Sejenak Dimas melihat jam di tangannya lalu mengangguk.

"baiklah, silahkan Nico." jawab Dimas santai.

"Jangan disini. Ayo ikut aku." ucap Nico ketus kemudian mereka berjalan menjauh dari tempat itu.

Sementara di dalam ruangan Diana tampak gelisah. Dia takut jika Nico membuat masalah dengan Dimas.

"Pa, bagaimana kalau nanti kak Nico dan Kak Dimas bertengkar?" Diana khawatir.

"Tidak akan, Nico tak pernah bertengkar. Kamu tenang saja ya." Papa Nathan mencoba menenangkan Diana.

Dia pun beranjak membantu Mama Vania membersihkan diri. Menyeka tubuh ibu mertuanya juga menyisir rambutnya.

"Ma, rambutnya rontok makin parah." ucap Diana lirih.

"Ya nggak apa-apa sayang itu efek kemo." jawab Mama Vania yang seolah tegar meski dalam hati dia juga merasa sedih.

Diana pun langsung memeluk Mama Vania dari belakang sambil menitikkan air mata.

"Mama harus kuat, mama harus sembuh biar bisa temani Diana sampai lama." mendengar ucapan Diana hati Mama Vania pun rasanya semakin teriris.

Harusnya dia bahagia mendapatkan menantu cantik dan baik seperti Diana. Harusnya dia bisa menghabiskan waktunya dengan jalan-jalan atau liburan bersama bukannya menjadi rawatan di rumah sakit begini.

"Mama mu wanita kuat Diana, mama pasti sembuh." Ucap Papa Nathan berusaha menguatkan keduanya.

Sementara di taman rumah sakit kini Nico sedang menatap Dimas dengan tajam.

"Apa maksud perkataanmu tadi Dimas? Kamu mau mendekati Diana?" tanya Nico dengan kesal.

"Memang apa salahnya? Bukannya dia adikmu?" Dimas masih terlihat santai.

"Bukan.. Dia bukan adikku, tapi istriku asal kau tahu." Nico mengeratkan rahangnya.

Dimas tampak tersenyum sambil memutar kedua bola matanya.

"Tapi melihat kalian sama sekali tidak seperti suami istri. Diana gadis yang cantik. Dia juga sangat baik. Atau jangan-jangan kalian memang menikah karena terpaksa?" kini Dimas bergantian bicara.

"Bukan urusanmu tentang pernikahanku." jawab Nico sinis.

"Nico, begini saja. Jika kamu tidak mencintai dan tak bisa membahagiakan Diana lebih baik relakan saja dia padaku. Aku bisa kok membahagiakannya." Dimas berdecih.

"Kau.. Jangan harap bisa menyentuh istriku atau mau aku buat perhitungan padamu." Nico yang tersulut emosi langsung meraih kerah baju Dimas.

"Hahahahaha... Kau sangat lucu. Mengungkapkan perasaanmu saja tak berani tapi kau tak terima orang lain mendekati Diana. Jangan egois Nico, jika kamu ingin mempertahankannya maka beri dia cinta dan kasih sayangmu. Karena wanita jika sudah memutuskan untuk menikah maka dunianya hanya terpusat untuk suaminya" Dimas tertawa sinis.

Nico seketika melepaskan kerah baju Dimas. Ucapannya memang benar. Selama ini dia tak pernah serius menganggap Diana tapi saat gadis itu didekati pria lain hatinya terasa marah.

"Apa aku mulai jatuh cinta padanya.?"

...****************...

Terpopuler

Comments

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

ᵗⓂ༺ᵐʸ𝕬𝖓𝖌𝖌𝖎༻

kan kan.... giliran Diana didekati pria lain langsung deh emosi tapi selama menikah kamu tidak pernah bersikap sebagai seorang suami bahkan tega menganggap diana adik di depan teman²mu

2023-12-03

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bimbang
2 Bab 2 Sebuah keputusan
3 Bab 3 Hari pernikahan
4 Bab 4 tak diakui
5 Bab 5 menarik perhatian
6 Bab 6 sebuah rencana
7 Bab 7 cemburu
8 Bab 8 jujur
9 Bab 9 belum siap
10 Bab 10 go public
11 Bab 11 teman toxic
12 Bab 12 teori vs praktek
13 Bab 13 alasan apa
14 Bab 14 gara-gara lumpur l
15 Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16 Bab 16 omongan tetangga
17 Bab 17 posesif
18 Bab 18 Gara-gara jamu
19 Bab 19 mirip tikus kejepit
20 Bab 20 Akhirnya terungkap
21 Bab 21 memutuskan pergi
22 Bab 22 menyesal
23 bab 23 situasi sulit
24 Bab 24 rindu tapi gengsi
25 Bab25 kabar duka
26 Bab 26 Surat perpisahan
27 Bab 27 Takut kehilangan
28 Bab 28 ada yang ketahuan
29 Bab 29 musuh dalam selimut
30 Bab 30 Demam tinggi
31 Bab 31 diusir seketika
32 Bab 32 kecil cabe rawit
33 Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34 Bab 34 Diana ngambek.
35 Bab 35 menanggung akibatnya
36 Bab 36 kembali bermanja
37 Bab 37 obrolan dua sahabat
38 Bab 38 sebuah wejangan
39 Bab 39 Menarik perhatian
40 Bab 40 Yang jadi Prioritas
41 Bab 41
42 Bab 42 pusat perhatian
43 Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44 Bab 44 sebuah hadiah
45 Bab 45 berangkat
46 Bab 46 ternyata...
47 Bab 47 kejutan
48 Bab 48 fakta yang sebenarnya
49 Bab 49 tempat damai
50 Bab 50 biang masalah
51 Bab 51 orang dari masa lalu
52 Bab 52 melampiaskan kekesalan
53 Bab 53 sedih dan senang
54 Bab 54 belum siap memaafkan
55 Bab 55 Hamil?
56 Bab 56 kembali mesra
57 Bab 57 kecurigaan Evan
58 Bab 58 penangkal mual
59 Bab 59 Dimabuk cinta
60 Bab 60 pengganggu
61 Bab 61 Musibah dan kehilangan
62 Bab 62 Keputusan Diana
63 Bab 63 sama-sama terpuruk
64 Bab 64 dukungan dari sahabat
65 Bab 65 Memperbaiki diri
66 Bab 66 masih saling cinta
67 Bab 67 tawaraan pekerjaan
68 Bab 68 Saling merindukan
69 Bab 69 aku merindukanmu
70 Bab 70 fakta yang sebenarnya
71 Bab 71 Aku temani tidur
72 Bab 72 aku ingin pacaran
73 Bab 73 rumah impian
74 Bab 74 menunggu jawaban
75 Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76 Bab 76 masih dirahasiakan
77 Bab 77 Luka di masa lalu
78 Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79 Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80 Bab 80 Akhirnya direstui
81 Bab 81 Semuanya untukmu
82 Bab 82 pulang kampung
83 Bab 83 Kehangatan keluarga
84 Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85 Bab 85 Ya, aku menerimanya
86 Bab 86 mengikhlaskan
87 Bab 87 akhir bahagia
88 karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Bimbang
2
Bab 2 Sebuah keputusan
3
Bab 3 Hari pernikahan
4
Bab 4 tak diakui
5
Bab 5 menarik perhatian
6
Bab 6 sebuah rencana
7
Bab 7 cemburu
8
Bab 8 jujur
9
Bab 9 belum siap
10
Bab 10 go public
11
Bab 11 teman toxic
12
Bab 12 teori vs praktek
13
Bab 13 alasan apa
14
Bab 14 gara-gara lumpur l
15
Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16
Bab 16 omongan tetangga
17
Bab 17 posesif
18
Bab 18 Gara-gara jamu
19
Bab 19 mirip tikus kejepit
20
Bab 20 Akhirnya terungkap
21
Bab 21 memutuskan pergi
22
Bab 22 menyesal
23
bab 23 situasi sulit
24
Bab 24 rindu tapi gengsi
25
Bab25 kabar duka
26
Bab 26 Surat perpisahan
27
Bab 27 Takut kehilangan
28
Bab 28 ada yang ketahuan
29
Bab 29 musuh dalam selimut
30
Bab 30 Demam tinggi
31
Bab 31 diusir seketika
32
Bab 32 kecil cabe rawit
33
Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34
Bab 34 Diana ngambek.
35
Bab 35 menanggung akibatnya
36
Bab 36 kembali bermanja
37
Bab 37 obrolan dua sahabat
38
Bab 38 sebuah wejangan
39
Bab 39 Menarik perhatian
40
Bab 40 Yang jadi Prioritas
41
Bab 41
42
Bab 42 pusat perhatian
43
Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44
Bab 44 sebuah hadiah
45
Bab 45 berangkat
46
Bab 46 ternyata...
47
Bab 47 kejutan
48
Bab 48 fakta yang sebenarnya
49
Bab 49 tempat damai
50
Bab 50 biang masalah
51
Bab 51 orang dari masa lalu
52
Bab 52 melampiaskan kekesalan
53
Bab 53 sedih dan senang
54
Bab 54 belum siap memaafkan
55
Bab 55 Hamil?
56
Bab 56 kembali mesra
57
Bab 57 kecurigaan Evan
58
Bab 58 penangkal mual
59
Bab 59 Dimabuk cinta
60
Bab 60 pengganggu
61
Bab 61 Musibah dan kehilangan
62
Bab 62 Keputusan Diana
63
Bab 63 sama-sama terpuruk
64
Bab 64 dukungan dari sahabat
65
Bab 65 Memperbaiki diri
66
Bab 66 masih saling cinta
67
Bab 67 tawaraan pekerjaan
68
Bab 68 Saling merindukan
69
Bab 69 aku merindukanmu
70
Bab 70 fakta yang sebenarnya
71
Bab 71 Aku temani tidur
72
Bab 72 aku ingin pacaran
73
Bab 73 rumah impian
74
Bab 74 menunggu jawaban
75
Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76
Bab 76 masih dirahasiakan
77
Bab 77 Luka di masa lalu
78
Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79
Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80
Bab 80 Akhirnya direstui
81
Bab 81 Semuanya untukmu
82
Bab 82 pulang kampung
83
Bab 83 Kehangatan keluarga
84
Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85
Bab 85 Ya, aku menerimanya
86
Bab 86 mengikhlaskan
87
Bab 87 akhir bahagia
88
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!