Bab 6 sebuah rencana

Diana sedang sibuk menyuapi mama mertuanya dengan cheese cake. Keduanya tampak begitu akrab bahkan rasa-rasanya kini mama Vania hanya sibuk memperhatikan Diana daripada Nico dan Papa Nathan.

Namun hal itu dapat dimaklumi sebab Mama Vania sendiri sejak dulu sangat mendambakan memiliki seorang putri. Apalagi Diana begitu perhatian dan menyayangi Mama Vania seperti ibu kandungnya sendiri.

Namun sejak tadi Nathan memandang Diana dengan tatapan yang aneh. Sejujurnya dia masih terganggu dengan pengakuan Diana yang tadi mengatakan adik dari Nico, apa coba maksudnya, dan Nico sendiri tampak tidak memprotes.

Tak berselang lama suara dering ponsel Nico berbunyi, rupanya panggilan dari sekretarisnya.

"Pa aku angkat telepon dulu." ucap Nico.

"Ya.." jawab Papa Nathan.

tak lama Nico datang menghampiri semua orang di dalam ruang rawat inap Mama Vania.

"Maaf banget Nico harus ke kantor sekarang. Ada sedikit masalah, nggak apa-apa kan Diana kamu di sini dulu?" ucap Nico.

"Iya tidak apa-apa kak, selesaikan saja dulu pekerjaan kakak." ucap Diana kepada Nico.

Setelah Nico pergi kini giliran papa Nathan bertanya pada Diana, dia bukan tipe orang yang betah lama-lama memendam rasa penasaran sehingga dia harus segera tahu penyebabnya.

"Diana, boleh papa tanya sesuatu?" ucap Nathan dengan raut wajah serius.

"Iya pa.." Diana meletakkan piring ke atas nakas.

Mama Vania pun ikut penasaran dengan apa yang akan di tanyakan suaminya kepada menantunya itu.

"Tadi Papa nggak sengaja lihat kamu dan Nico sedang mengobrol dengan Dokter Dimas. Tapi kenapa kamu mengaku adik Nico? Papa tau kalian menikah bukan berlandaskan cinta tapi nak, jika kamu mengaku bukan istri Nico takutnya akan ada yang salah paham." ujar Papa Nathan akhirnya.

"Mengaku adik? yang benar saja Diana?" Mama Vania pun menyahut.

Melihat raut kecewa kedua mertuanya Diana pun hanya bisa menundukkan kepalanya. Tak disangka apa yang dilakukan ini justru menimbulkan kesalahpahaman.

"Diana.. apa kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini? apa kamu tertekan?" Meski Nathan selalu bersikap dingin terhadap semua orang namun ketika dengan Diana dia merasa hal beda, gadis itu seperti putrinya sendiri.

"Papa.. maafkan Diana, bukannya Diana tidak bahagia dengan pernikahan ini tapi Diana terpaksa melakukannya karena Kak Nico." Diana yang menundukkan wajahnya kini perlahan menatap papa mertuanya.

Nathan dan Vania terkejut saat mendapati menantu perempuannya sudah berlinang air mata.

"Sayang, apa yang terjadi sebenarnya?" Vania menghapus air mata Diana.

AKhirnya Diana pun menceritakan tentang Nico yang mengakui Diana hanya adiknya di depan teman-temannya.

"Dasar anak itu memang harus diberi pelajaran." geram Nathan.

"Paa.. tolong jangan bahas ini dengan Kak Nico, Diana tidak ingin nantinya Kak Nico malah membenciku." ucap Diana.

"Tapi Diana, dia harus tau posisinya. Kalian ini sudah menikah." Nathan tak terima.

"Kak Nico pasti punya alasan tersendiri kenapa melakukan itu, pa apa ada masa lalu kak Nico yang sulit dilupakan? karena tak salah dengar aku ingat salah satu teman kak nico membahas tentang move on." ujar Diana.

Baik Nathan maupun Vania tampak terdiam dan saling memandang. Haruskah dia menceritakan tentang masa lalu Nico dengan Bianca? tapi daripada Diana mendengar dari orang lain lebih baik dia tahu dari sumber yang benar.

"Diana, Nico memang pernah mencintai seorang gadis. Dia sudah lama menaruh hati kepada gadis itu. Namun kenyataannya gadis itu sama sekali tak membalas perasaan Nico justru dia memanfaatkan demi kepentingannya. Mama sudah memperingatkan untuk menjauhi dan melupakan gadis itu namun hatinya yang terlanjur dalam membuatnya sulit untuk move on." Mama Vania akhirnya menceritakan tentang masa lalu Nico.

"Apa ini termasuk alasan kenapa Mama ingin segera menikahkan kak Nico dengan wanita lain?" Diana berusaha menyimpulkan.

"Sayang.. maafkan mama. Mama tidak bermaksud memanfaatkan kamu." Mama Vania menjadi semakin bersalah, dia justru mengorbankan gadis muda di hadapannya ini.

Semakin menangislah Diana, kenyataan baru ini rupanya begitu menyakiti hatinya, jika saja sejak awal dia tak melibatkan perasaannya mungkin tak akan sesakit ini.

Ya, Diana sejak awal sudah menaruh perasaan cinta kepada Nico, dia adalah pria pertama yang berhasil merebut hatinya. Sejak pertemuannya di Bali Diana mulai mengagumi Nico dan semakin lama perasaan itu berubah menjadi cinta. dan Diana baru menyadari akhir-akhir ini.

Apalagi setelah memutuskan untuk menikah dia mulai memusatkan perasaannya pada Nico, dia ingin mengabdikan hidupnya menjadi istri dari pria itu. Terus belajar berusaha menjadi yang terbaik.

"Diana.. Apa kamu mencintai Nico?" tanya Nathan.

Diana pun mengangguk meski masih dengan kedua telapak tangannya menutupi wajahnya.

"Diana.. dengarkan Mama sayang, diantara Nico dan gadis itu tak ada ikatan hubungan apapun. mereka sudah selesai bahkan gadis itu sudah pergi jauh ke luar negeri. Dia juga terang-terangan tidak menyukai Nico karena dia tidak suka laki-laki." ucapan Mama Vania tentu langsung membuat Diana mengernyit.

"M-maksud mama.. "

"Ya, dia suka dengan perempuan, jadi jangan takut jika Nico akan berpaling." Mama Vania mengusap puncak kepala Diana.

Rasanya tak tega melihat menantu kesayangannya itu bersedih. Akhirnya Mama Vania menarik Diana dan mendekapnya dalam pelukan.

"Bersabarlah sayang, mungkin kisah kalian belum berjalan seperti yang kamu harapkan tapi jangan pernah menyerah. Mama Yakin kalian akan tumbuh menjadi pasangan yan luar biasa." Mama Vania berusaha menghibur Diana.

"Diana, Papa pikir ada untungnya kamu mengakui hal tersebut di depan Nico." ujar Papa Nathan yang langsung membuat Diana dan Vania menatapnya.

"Maksud Papa?" Diana mengernyit bingung.

"Manfaatkan saja kesempatan ini untuk mengetahui bagaimana perasaan Nico sesungguhnya. Tarik ulur perasaannya dengan membuatnya cemburu. Sebetulnya Papa melihat jika Nico mulai tertarik kepadamu namun dia masih bingung dengan hatinya. Buatlah dia menjadi penasaran denganmu dan buat dia merasa cemburu. Dengan begitu Nico akan mengetahui bagaimana perasaan dalam hatinya." ide yang diberikan oleh Papa Nathan rupanya cukup menarik.

"Begitu ya Pa? tapi bagaimana caranya membuat Kak Nico cemburu?" Diana yang masih polos dan tak pernah menjalin hubungan dengan siapapun tampaknya cukup kesulitan.

"Tenang saja, Papa akan membantu kamu." senyum tipis tersungging di wajah pria paruh baya tersebut.

*****

Nico baru saja sampai di rumah sakit. Masalah yang terjadi di kantornya baru saja terselesaikan jadi dia langsung bergegas kembali menemui keluarganya.

"Maaf ya, aku  tinggal darai tadi, ini baru selesai jadi langsung kesini." ujar Nico yang baru saja memasuki ruangan dimana Mama Vania dirawat.

"Kak Nico sudah makan?" tanya Diana.

"Belum, kamu?" tanya Nico balik.

"belum juga." Diana menggeleng.

"Kalian pergi makan siang dulu saja, di cafe rumah sakit ini saja lebih dekat." ujar Papa Nathan.

Diana dan Nico pun berjalan menuju cafetaria rumah sakit. Disana memang tersedia banyak menu makanan yang rasanya juga lumayan.

Saat menunggu makanan datang Diana tampak sibuk memainkan ponselnya dan tak lama kemudian Dimas datang menghampiri mereka.

"Hai Nico, Diana kalian disini juga rupanya?" tanya Dimas.

"Eh, Dokter Dimas. iya ini mau makan siang. Dokter Dimas sendiri?" ucap Diana dengan senyum ramahnya.

"Ini juga mau makan siang mumpung istirahat, boleh gabung nggak?."ujar Dimas.

"Boleh.. silahkan." jawab Diana cepat. Entah kenapa Nico tampak kurang suka saat Diana akrab dengan Dimas.

"Oh ya Diana, kalau boleh jangan panggil dokter dong, panggil nama aja biar lebih akrab." Dimas mulai mengajak Diana mengobrol.

"Hmm.. tapi kalau nama kurang afdol karena dokter Dimas usianya lebih di atas ku, gimana kalau aku panggil kakak.. Kak Dimas." jawab Diana.

"Uhhukk.. uhhukk.. uhhukk.." Nico yang sedang menyeruput orang juice langsung tersedak mendengar panggilan Diana kepada Dimas. Apa-apaan panggil kakak.

"Kak Nico pelan-pelan dong minumnya." Diana mengambil tissue dan memberikannya kepada Nico lalu dia kembali mengobrol dengan Dimas.

"Diana, kalau kamu butuh sesuatu selagi menemani mama kamu jangan sungkan-sungkan minta bantuan padaku ya." ujar Dimas. Sementara Nico langsung menoleh kepada DImas dengan wajah ketusnya.

"Iya kak makasih banyak. Tapi apa nggak apa-apa kalau aku ngerepotin Kak Dimas?" jawab Diana sambil diam-diam melirik Nico ingin tahu ekspresinya.

"sama sekali tidak apalagi membantu gadis secantik kamu." ujar Dimas menggombal.

BBRRAKK..

Nico reflek menggebrak meja karena tak tahan dengan interaksi dua urang di depannya. Apa-apaan ini...

...****************...

Terpopuler

Comments

Bhęª Hęrmªnsƴªh

Bhęª Hęrmªnsƴªh

kiw kiwww ada yang panas membara tapi bukan api...namun kalbu yang terbakar cemburu...

2024-01-01

0

Yellyati Iyel

Yellyati Iyel

cemburu ni yeeee🤪

2023-12-03

0

Lusi Hariyani

Lusi Hariyani

lm g up thor...klo bs rutin dong thor jgn kecewakan pembaca

2023-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Bimbang
2 Bab 2 Sebuah keputusan
3 Bab 3 Hari pernikahan
4 Bab 4 tak diakui
5 Bab 5 menarik perhatian
6 Bab 6 sebuah rencana
7 Bab 7 cemburu
8 Bab 8 jujur
9 Bab 9 belum siap
10 Bab 10 go public
11 Bab 11 teman toxic
12 Bab 12 teori vs praktek
13 Bab 13 alasan apa
14 Bab 14 gara-gara lumpur l
15 Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16 Bab 16 omongan tetangga
17 Bab 17 posesif
18 Bab 18 Gara-gara jamu
19 Bab 19 mirip tikus kejepit
20 Bab 20 Akhirnya terungkap
21 Bab 21 memutuskan pergi
22 Bab 22 menyesal
23 bab 23 situasi sulit
24 Bab 24 rindu tapi gengsi
25 Bab25 kabar duka
26 Bab 26 Surat perpisahan
27 Bab 27 Takut kehilangan
28 Bab 28 ada yang ketahuan
29 Bab 29 musuh dalam selimut
30 Bab 30 Demam tinggi
31 Bab 31 diusir seketika
32 Bab 32 kecil cabe rawit
33 Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34 Bab 34 Diana ngambek.
35 Bab 35 menanggung akibatnya
36 Bab 36 kembali bermanja
37 Bab 37 obrolan dua sahabat
38 Bab 38 sebuah wejangan
39 Bab 39 Menarik perhatian
40 Bab 40 Yang jadi Prioritas
41 Bab 41
42 Bab 42 pusat perhatian
43 Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44 Bab 44 sebuah hadiah
45 Bab 45 berangkat
46 Bab 46 ternyata...
47 Bab 47 kejutan
48 Bab 48 fakta yang sebenarnya
49 Bab 49 tempat damai
50 Bab 50 biang masalah
51 Bab 51 orang dari masa lalu
52 Bab 52 melampiaskan kekesalan
53 Bab 53 sedih dan senang
54 Bab 54 belum siap memaafkan
55 Bab 55 Hamil?
56 Bab 56 kembali mesra
57 Bab 57 kecurigaan Evan
58 Bab 58 penangkal mual
59 Bab 59 Dimabuk cinta
60 Bab 60 pengganggu
61 Bab 61 Musibah dan kehilangan
62 Bab 62 Keputusan Diana
63 Bab 63 sama-sama terpuruk
64 Bab 64 dukungan dari sahabat
65 Bab 65 Memperbaiki diri
66 Bab 66 masih saling cinta
67 Bab 67 tawaraan pekerjaan
68 Bab 68 Saling merindukan
69 Bab 69 aku merindukanmu
70 Bab 70 fakta yang sebenarnya
71 Bab 71 Aku temani tidur
72 Bab 72 aku ingin pacaran
73 Bab 73 rumah impian
74 Bab 74 menunggu jawaban
75 Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76 Bab 76 masih dirahasiakan
77 Bab 77 Luka di masa lalu
78 Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79 Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80 Bab 80 Akhirnya direstui
81 Bab 81 Semuanya untukmu
82 Bab 82 pulang kampung
83 Bab 83 Kehangatan keluarga
84 Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85 Bab 85 Ya, aku menerimanya
86 Bab 86 mengikhlaskan
87 Bab 87 akhir bahagia
88 karya baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 Bimbang
2
Bab 2 Sebuah keputusan
3
Bab 3 Hari pernikahan
4
Bab 4 tak diakui
5
Bab 5 menarik perhatian
6
Bab 6 sebuah rencana
7
Bab 7 cemburu
8
Bab 8 jujur
9
Bab 9 belum siap
10
Bab 10 go public
11
Bab 11 teman toxic
12
Bab 12 teori vs praktek
13
Bab 13 alasan apa
14
Bab 14 gara-gara lumpur l
15
Bab 15 Gara-gara lumpur ll
16
Bab 16 omongan tetangga
17
Bab 17 posesif
18
Bab 18 Gara-gara jamu
19
Bab 19 mirip tikus kejepit
20
Bab 20 Akhirnya terungkap
21
Bab 21 memutuskan pergi
22
Bab 22 menyesal
23
bab 23 situasi sulit
24
Bab 24 rindu tapi gengsi
25
Bab25 kabar duka
26
Bab 26 Surat perpisahan
27
Bab 27 Takut kehilangan
28
Bab 28 ada yang ketahuan
29
Bab 29 musuh dalam selimut
30
Bab 30 Demam tinggi
31
Bab 31 diusir seketika
32
Bab 32 kecil cabe rawit
33
Bab 33 Peringatan dari Kakak ipar
34
Bab 34 Diana ngambek.
35
Bab 35 menanggung akibatnya
36
Bab 36 kembali bermanja
37
Bab 37 obrolan dua sahabat
38
Bab 38 sebuah wejangan
39
Bab 39 Menarik perhatian
40
Bab 40 Yang jadi Prioritas
41
Bab 41
42
Bab 42 pusat perhatian
43
Bab 43 ucapan tak menyenangkan
44
Bab 44 sebuah hadiah
45
Bab 45 berangkat
46
Bab 46 ternyata...
47
Bab 47 kejutan
48
Bab 48 fakta yang sebenarnya
49
Bab 49 tempat damai
50
Bab 50 biang masalah
51
Bab 51 orang dari masa lalu
52
Bab 52 melampiaskan kekesalan
53
Bab 53 sedih dan senang
54
Bab 54 belum siap memaafkan
55
Bab 55 Hamil?
56
Bab 56 kembali mesra
57
Bab 57 kecurigaan Evan
58
Bab 58 penangkal mual
59
Bab 59 Dimabuk cinta
60
Bab 60 pengganggu
61
Bab 61 Musibah dan kehilangan
62
Bab 62 Keputusan Diana
63
Bab 63 sama-sama terpuruk
64
Bab 64 dukungan dari sahabat
65
Bab 65 Memperbaiki diri
66
Bab 66 masih saling cinta
67
Bab 67 tawaraan pekerjaan
68
Bab 68 Saling merindukan
69
Bab 69 aku merindukanmu
70
Bab 70 fakta yang sebenarnya
71
Bab 71 Aku temani tidur
72
Bab 72 aku ingin pacaran
73
Bab 73 rumah impian
74
Bab 74 menunggu jawaban
75
Bab 75 Maaf, perasaan tak bisa dipaksa
76
Bab 76 masih dirahasiakan
77
Bab 77 Luka di masa lalu
78
Bab 78 Perdebatan di pagi hari
79
Bab 79 Aku takkan melepaskanmu
80
Bab 80 Akhirnya direstui
81
Bab 81 Semuanya untukmu
82
Bab 82 pulang kampung
83
Bab 83 Kehangatan keluarga
84
Bab 84 Lebih cepat lebih baik
85
Bab 85 Ya, aku menerimanya
86
Bab 86 mengikhlaskan
87
Bab 87 akhir bahagia
88
karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!