Berangkat piknik

And the day come.

Hari yang ditunggu seluruh karyawan akhirnya tiba. Jumat malam ini seluruh karyawan akan berangkat ke Anyer untuk acara gathering yang berlangsung sampai hari minggu. Dea berangkat dari kostnya membawa sebuah ransel besar di punggung. Ia meletakkan ransel itu di pojok ruangan dekat dengan lokernya. Tak hanya Dea, banyak karyawan lain yang juga sudah mempersiapkan membawa barang mereka pagi ini.

Suasana kantor penuh sesak. Banyak koper koper besar, ransel dan beberapa kardus berjejeran di sudut-sudut ruangan. Ya, mereka yang jauh dari kantor sudah membawa barang-barang mereka sekalian. Jadi nanti setelah pulang kantor mereka tak perlu pulang lagi ke rumah karena bus rombongan direncanakan akan datang pukul 10 malam.

Seperti hari-hari biasa, semua karyawan sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Menjelang jam istirahat siang, Juki datang dengan troli membawa setumpuk kaos seragam.

"Apaan tuh Juk?" tanya Haykal melihat Juki menumpuk kaos kaos itu di meja mereka

"Nih, kaos buat seragam berangkat nanti malam. Mana bu bos Tia nih keluar dulu atuh." Juki memanggil Tia dari pintu ruangannya.

Semua pun berkumpul mengerubuti Juki.

"Sabar.. sabar.. itu ada ukurannya. Sok lah dicoba dulu."

Benar-benar sudah tidak layak disebut kantor. Mereka menjajal kaos itu seperti layaknya beli di pasar. Juki kewalahan menanggapi teman-temannya yang menanyakan ukuran. Ada yang kebesaran, ada yang cukup. Ramai sekali.

"Ya itu yang cewek-cewek yang ukurannya kecil, yang cowok-cowok yang gedean dikit ukurannya." kata Juki

"Warnanya kuning. ha ha ha.. Udah kayak nanas nih gue kalo pake ini." Kata Anwar mencoba memakai kaos seragamnya.

"Iya nanas tinggal kasih sambel kacang jadi rujak lu." Sahut Indri

Keramaian yang sama terjadi juga di meja tim yang lain. Sama, mereka pun bersemangat menerima kaos seragam dan mencobanya di ruangan itu. Saling bersahutan.

"Dea lu udah dapet kaosnya?" tanya Indri membawa sebuah kaos di tangannya.

"Udah nih, kebetulan langsung dapet yang pas."

"Ih, enak banget lu. Gue dapetnya kegedean nih." Indri merengek membuka kaos di tangannya

"Coba kak dipake dulu." kata Dea menyuruh Indri memakainya

Indri memasang kaosnya menutupi kemeja yang ia pakai. "Tuh kan kegedean. Coba liat punya lu."

Indri meraih kaos milik Dea yang tergeletak di atas meja lalu mencobanya.

"Punya lu lebih pas di badan gue. Enak banget lu." Indri cemberut memegang kaos milik Dea

"Kalo Kak Indri mau tukeran aja gak papa sama punyaku." Dea menawarkan kepada Indri

"Beneran? Lu nggak apa-apa kalo tukeran.?"

"Iya, pake aja."

"Mmm.. makasih ya Dea." Indri memeluk gemas Dea

Pukul 4.30, jam kerja kantor berakhir. Ada yang masih mengerjakan pekerjaan sambil menunggu waktu berangkat, ada pula yang langsung pulang dulu untuk mengambil barang bawaanya.

Indri pulang lebih cepat karena belum membawa persiapan apapun. Rumahnya dekat, jadi dia tak perlu susah-susah membawa tas besar ke dalam kantor. Seperti biasa, Dea pergi ke pantry untuk melihat matahari sore. Dea mengambil tempat duduk menghadap jendela sendiri.

"Sore Dea!" Rian datang menyapanya

"Sore kak." Dea membalas tersenyum

"Nggak pulang dulu?"

"Enggak, aku udah bawa barang-barang dari pagi. Kak Rian nggak pulang atau udah bawa barang juga?"

"Udah.. daripada bolak balik pasti macet lebih baik bawa persiapan sekalian."

Rian menemani Dea menghabiskan sorenya di pantry hingga langit gelap.

"Udah makan belum?" tanya Rian

"Belum kak, nanti habis maghrib aku mau cari makan dulu."

"Makan sama aku yuk!"

"Hm?? berdua?"

"Iya, berdua. Emang sama siapa lagi?"

"Boleh."

"Sama gue!" tiba-tiba Abi datang di antara mereka

"Lu mau makan juga?" Tanya Rian melihat Abi duduk di sisinya

"Iyalah, masa cuma Dea yang ditawarin." Abi menjawab singkat dengan wajah datar

Rian tersenyum sinis ke arah Abi. "Oke.. ayok selepas maghrib kita makan."

"Ikut juga dong." Mereka bertiga menoleh ke arah Melu yang ikut bergabung.

Berempat, berjalan keluar kantor untuk mencari makan bersama. Dea melihat Abi dan Rian yang sangat akur. Tak jarang Rian membuat Abi dan dirinya tertawa dengan cerita-ceritanya. Mereka masuk ke sebuah warung tenda di seberang kantor. Warung lamongan dengan menu ayam dan bebek goreng.

"Udah mandi belum lu?" bisik Meli sambil meraup nasi dihadapannya.

"Ssst.. Belum. Hihihi." jawab Dea berbisik

"Sama. Hahahaha"

Dea duduk disebelah Meli, menghadap kedua lelaki itu. Beberapa kali Abi melirik ke arah Dea ketika dirinya menanggapi cerita dari Rian. Begitu sebaliknya Rian, sambil bercerita matanya tak pernah lepas dari Dea.

Pukul 10.00 malam, semua karyawan sudah berkumpul di halaman parkir. Ketua panitia berdiri di depan mereka semua memberi pengarahan melalui toa yang dipegangnya.

Tak berapa lama bus-bus itupun datang. Semua menaiki satu persatu sesuai nomor bus yang sudah dibagi-bagi. Tim admin mendapat bus yang sama dengan tim operation. Artinya Dea akan satu bus dengan Abi dan Rian.

Dea duduk di kursi paling depan bersama Indri. Ada Rian di kursi belakang Dea, sedangkan Abi memilih duduk di kursi paling belakang bus.

Bus mulai melaju menembus suasana tengah malam. Juki meminta kondektur untuk menyalakan karaoke di dalam bus agar suasana perjalanan mereka lebih mengasyikan. Diawali oleh Anwar yang menyanyikan sebuah lagu membuat semua orang di dalam bus tertawa karena suaranya yang sangat false.

Juki mengambil alih mic dari tangan Anwar dan menawarkan kepada yang lain jika ada yang mau menyanyi.

"Eh, Dea nih Dea mau nyanyi." Indri berteriak mengangkat tangan Dea

"Ih, enggak.. apaan si kak. Enggak ah." Dea tampak malu-malu.

"Nah, betul. Dea ayok maju. Nyanyi ayook. Suara lu kan bagus. " Juki menarik Dea agar berdiri.

Dengan malu-malu Dea pun berdiri dan menerima mic dari Juki. Menyanyikan lagu "Mantan Terindah" dari penyanyi Raisa, Dea membuat semua terpesona pada suaranya yang merdu.

Rian tak berkedip sedikitpun melihat Dea bernyanyi di depannya. Suara lembut Dea membuatnya semakin mengagumi Dea. Di bangku paling belakang ada Abi yang juga tak berkutik melihat Dea sedang bernyanyi. Tangannya ikut bertepuk saat Dea selesai menyanyikan lagu. Wajah Dea memerah karena malu. Dea kembali duduk di sebelah Indri.

"Suara kamu bagus." terdengar bisikan dari bangku belakang Dea, suara Rian.

Rian mencolek tangan Indri dan meminta ijin untuk bertukar tempat duduk karena Rian ingin duduk di sebelah Dea. Indri memperbolehkan dengan wajah terpaksa.

"Boleh kan aku duduk di sini?" tanya Rian pada Dea

"Boleh kak, tapi nanti kak Indri BeTe nggak?" jawab Dea menengok ke arah Indri

"Ahh, nggak apa-apa, Indri udah kasih ijin kok."

Sepanjang perjalanan mereka berdua pun terlibat obrolan yang seru. Hingga akhirnya Dea tertidur bersandar di pundak Rian saking ngantuknya. Rian tersenyum senang. Hatinya berdebar-debar bisa bersanding dengan Dea malam ini.

Sampai juga di tujuan.

Hari masih gelap saat mereka tiba di lokasi. Semua peserta memasuki fila masing-masing yang sudah dibagi. Sesampainya di fila, Dea dan semua teman-temannya melanjutkan tidur mereka. Mereka akan berkumpul lagi pukul 8 pagi untuk memulai seluruh rangkaian acara.

***

JANGAN LUPA FOLLOW N KOMEN YA

THANK YOU

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!