Hari yang menegangkan akhirnya dilalui Dea dan semua teman-teman timnya. Mereka berhasil menghadapi pengecekan dari audit dengan baik. Seperti biasa, komplotan marketing datang mencerahkan suasana dengan membawa beberapa makanan dan minuman untuk merayakan hari yang melelahkan ini.
Beberapa staf divisi lain ikut menyaksikan betapa ributnya mereka. Ruangan itu memang cukup besar dan berisi beberapa staf dari beberapa divisi. Jadi mereka bisa berbaur satu sama lain.
"Eh denger-denger bagian Operation mau pindah ke sini ya?" tanya Anwar sambil meraup snack di piring
"Operation itu termasuk bagian pembiayaan sama bank checking kan?" tanya Haykal
"Iya. Tuh nanti tempatnya disitu." kata Tia menunjuk satu pojok kosong dengan telunjuknya
"Yang bener ka?" Indri tak percaya
"Iya bener, katanya si biar kita enak koordinasinya gak perlu jalan jauh-jauh. Nanti yang geser divisi legal tuh tukeran tempat pindah ke ruangannya giro." Tia menjelaskan seirus
"Waah, ada yang bisa makin deket nih sama anak giro." Indri meledek sambil melirik ke arah Dea yang tidak merespon
"Hah? siapa? ada yang lagi deket ama giro?" Anwar kepo
Indri melirik ke arah Dea dan menyenggol pundaknya.
"Apaan si kak Indri." jawab Dea malu-malu
"Emang kamu lagi deket sama siapa De?" Tia ikut penasaran
"Eng...enggak mbak. Ngarang aja nih kak Indri." Dea gelagapan
"Sama Abi ya?" celetuk Oko
"OO kamu pedekate ama Abi?" Tia melanjutkan
"Enggak" Dea dengan keras melambaikan tangannya ke arah Tia
"Abinya yang suka ama Dea." Indri santai, menyedot es buble rasa cappuccino di tangannya
"Kamu suka nggak?" tanya Anwar
"Enggak kak,, enggak ada yang lagi deket sama siapa-siapa." Dea mencoba meluruskan tapi malah justru semakin membuat mereka semua meledeknya.
Beberapa lantas menjadi mak comblang dadakan untuk membuat Abi semakin dekat dengan Dea. Dea hanya bisa tersenyum malu.
Langit sudah gelap. Hari ini Dea kembali melewatkan sore hari di jendela pantry karena langit masih saja mendung walau tidak hujan.
Abi berjalan bersama Rian menuju lift lalu keduanya berpisah di lobby. Tampak olehnya Dea sedang duduk sendiri di teras kantor sibuk dengan gadgetnya.
"Dea, belum pulang? nungguin apa?" suara Abi sedikit mengejutkan Dea
"Eh, iya ini mau pulang mas." jawab Dea gugup
"Naik apa?"
"Naik KRL aja."
"Jalan yuk?" Ajak Abi membuat Dea sedikit melongo
"Hah? Jalan?" Dea memastikan ajakan Abi
"M.. maksudnya jalan bareng ke stasiun." lanjut Abi gugup
"Oo.. boleh." pikiran Dea salah sudah curiga lebih dulu
"Dea tinggal di mana?" Abi memulai berbasa-basi
"Di belakang Politeknik" jawab dea singkat, tangannya sibuk memelintir ujung kemejanya
"Udah kerasan kerja di sini?"
"5 bulan di sini lumayan sih mas, orangnya lucu-lucu." Dea sedikit mengatur nafasnya yang memburu
"Iya emang banyak yang lucu, apalagi marketing kamu tuh lucu-lucu semua."
Mereka terlibat obrolan hangat. Dea merasa tegang dan kacau harus berjalan bersama Abi. Bayang-bayang Rey selalu menempel di hati dan matanya ketika dia bertemu Abi. Apalagi dalam perbincangan seakrab ini, seolah-olah de javu. Memorinya tertaut pada Rey dan Rey.
Begitupun Abi, jantungnya selalu berdebar tiap kali berjumpa bahkan ngobrol dengan Dea. Gadis ini terlalu menarik baginya, ingin selalu bertemu setiap hari dengannya. Meski hatinya begitu senang bisa berjalan berdua dan duduk bersama sepanjang perjalanan pulang dengan kereta, Abi tetap cool menyembunyikan kembang api yang meletup letup di dadanya.
Keduanya berpisah saat Dea meninggalkan Abi di gerbong kereta malam itu. Berjalan pulang dengan berkali-kali menghembuskan nafas kasar.
Abi menghadapkan kepalanya ke langit-langit kamar. Memutar kembali moment mereka berjalan berdua hingga berbincang akrab di kereta. Sesekali senyumnya terbit sangat lepas, lalu tangannya menutupi wajahnya sendiri karna malu. Bayangan Dea sangat lekat di pikirannya. Jantungnya berdebar kencang bila dia membayangkan gadis manisnya itu. Tapi ada satu hal yang mengganjal di pikirannya. Abi merasa sikap Dea seperti tak nyaman bila dekat dengannya. Seperti ada batas tebal yang Dea rasakan.
"Apa sebenernya dia sebel sama gue ya? kok dia kaku begitu, beda kalo dia lagi ngobrol sama Rian. Ah Rian!! Kenapa si lo harus suka juga sama Dea!!" Abi bergumam lalu membuang bantal yang ada di kepalanya ke arah tembok.
"Sohib sendiri suka sama gadis yang gue suka juga. Hsssssh." Abi menggosok kasar wajahnya lalu memalingkan tubuhnya.
********
"Pagi Dea!" Sapa Rian melihat Dea berjalan di Lobby
"Eh kak, Pagi." Dea menebar senyum manisnya
"Eh, Dea, Dea!" suara Meli, si resepsionis memanggil Dea ketika dia melewatinya
"Ya?" Dea melambaikan tangan kepada Rian lalu menghampiri Meli
"Ini ada paket buat kamu. " Kata Meli sambil mengeluarkan beberapa amplop coklat besar dari lacinya
"Ya Allah Mel, pagi-pagi kamu udah kasih kerjaan sebanyak ini?" gerutu Dea
"He he, sorry De, soalnya ini semua dateng kemarin sore pas aku udah mau pulang, jadi aku simpan dulu." Meli sibuk mencatat satu persatu
"Kebiasaan customer, kenapa si suka banget numpuk kalo mau akhir bulan!" Dea menumpuk amplop amplop itu lalu mengangkatnya
"Bisa gak De bawanya?" tanya Meli
"Susah si, tapi yaudah lah pelan pelan" tiba-tiba amplop-amplop itu merosot dari tangannya lalu berceceran ke lantai
"Astaghfirullah!" teriak Dea
"Yah, kan jatuh semua." Meli hendak membantu Dea tapi urung karena suara telephone dari mejanya berbunyi.
Dea berjongkok memunguti amplop itu satu persatu.
"Hati-hati Dea"
Dea melihat sebuah tangan membantunya menumpuk para amplop itu.
"Makasih ya." Dea melihat Abi membantunya, lalu berdiri bersama
"Sini aku bantu bawa ya? Kan sekarang kita satu ruangan. Jadi sekalian." kata Abi
"Makasih ya mas." jawab Dea singkat
Mereka memasuki ruangan bersama disambut oleh beberapa pasang mata yang mengikuti setiap gerak gerik mereka
"Kenapa si pada ngeliatin gitu?" tanya Dea kepada beberapa marketing yang sedang berkumpul di meja kerjanya
Abi jadi gerogi,
"Aku taruh di sini ya Dea." kata Abi lalu segera pergi
"Iya mas, makasih banyak ya." jawab Dea
"Cieeee." lalu suara manusia-manusia yang dari tadi menaruh mata padanya dan Abi pun sangat kompak meledek membuat Dea celingukan
Pipinya merona, malu rasanya. Abi hanya tersenyum kecil lalu duduk di meja barunya.
"Wuii.. beneran pedekate nih anak gadis kita bang!" Kata Anwar menepuk pundak Haykal yang sedari tadi duduk memperhatikan mereka
"Aku si yes!" jawaban Haykal membuat suasana semakin ramai, beberapa marketingpun bergantian meledek Dea
"Apaan sih..." kata Dea menutupi wajah merahnya
"Yaaah,, mukanya merah banget tuh kaya udang." Kata Oko
"Eh, Abi.. jangan kelamaan lo! Nanti di sikat orang nyaho lo!" Teriak Haykal ke arah meja kerja Abi membuat seisi ruangan saling bersahutan tak henti-henti .
"Eh, ada apaan nih rame bener." tanya Indri yang baru saja datang
"Kepo!" jawab Anwar lalu menggandeng teman-temannya bubar dari sana
"Yee,,, gak jelas lu pade ah.." Indri sewot, "Apaan si De rame-rame?" lanjut Indri bertanya kepada Dea yang ,masih menutupkan kepalanya kepada meja kerjanya
"Biasalah kak marketing suka gak jelas." jawabnya membetulkan wajah dan rambutnya.
Indri masih celingukan kebingungan. Kepalanya menengok ke belakang, melihat sudah ada beberapa staf Giro yang menempati meja baru di ruangan mereka.
"Eh, orang-orang operation hari ini mulai gabung yah? tuh udah ada kak Nina, Gita, sama Abi." kata Indri
"Iya kak udah mulai hari ini." jawab Dea
"Pagi semuanya, Indri, Dea kumpulin marketing kalian kita meeting hari ini 10menit lagi di ruangan kaca ya!" Tia datang dengan langkah tegasnya sambil melontarkan perintah
"Oke kak!" jawab Dea dan Indri bersamaan
Tak lama mereka pun berkumpul di ruang meeting lagi. Sedikit terkejut, Dea melihat Abi dan rekan sati timnya juga berjalan menuju ruangan yang sama, disusul oleh staf lainnya.
Tia berdiri di depan memimpin jalannya meeting.
"Pagi teman-teman. thank you udah mau kumpul. Gue gak akan lama kok ngomongnya. Oke, pertama gue mau ucapin selamat datang buat Tim Operation yang hari ini gabung di ruangan kita. Karena memang ruang sayap kiri ini lebih luas dari sayap kanan jadi kemarin direksi memutuskan untuk merombak posisi biar kinerja kita semakin gampang." kata Tia menjelaskan.
"Selanjutnya gue mau tunjukin alur kerja kita yang baru. Eh sebelumnya gue mau jelasin denah Ruang ini dulu ya." semua yang datang di rapat itu memperhatikan gambar yang Tia tunjukkan lewat proyektor
"Di awali dari ujung sini ada marketing kita yang langsung bersebelahan sama admin, karena mereka saling berkaitan jd nggak mungkin dipisahkan. lalu di belakang admin Ada bank checking, di sini Giro, di sini purchasing,............" Tia sangat berhati hati menjelaskan semuanya secara detail
Diam-diam Abi selalu mencuri-curi pandang ke arah Dea yang tampak serius menyimak meeting. Begitu juga Rian. Sama seperti Abi, dia pun beberapa kali melirik ke arah Dea. Rian menuliskan sesuatu di atas kertas notebooknya lalu ia sobek. Dengan senyum tipis kertas itu dilipatnya lalu ia masukkan ke dalam kantong kemejanya.
Setelah hampir 1 jam berlangsung, meeting pun selesai. Rian buru-buru berdiri dari tempat duduknya, berjalan melewati Dea yang masih betah di atas kursinya. Tangannya menaruh sesuatu di atas telapak tangan Dea yang menganggur di atas meja. Dea pun langsung menengok ke arah Rian dan dibalas sebuah senyuman oleh Rian.
Tak sengaja Abi melihat adegan manis itu di depan matanya. Abi melihat ke arah keduanya, lalu merasa kecut dalam hatinya.
"Hey bro!" sapa Rian menepuk pundak Abi lalu merangkulnya berjalan keluar ruangan.
Abi hanya terdiam tanpa menjawab.
Dea membuka kertas kecil yang Rian selipkan tadi saat semua orang sudah bubar.
Jika langit senja mampu mengeluarkan warna indah, wajahmu pun tak kalah indah
jangan terlalu sering cemberut, nanti cantikmu hilang
nanti kita ngeteh kala senja ;)
Kertas itu Dea sisipkan di cover notebook miliknya. wajahnya merona, tak berhenti tersenyum. Matanya melihat ke arah Rian yang sedari tadi rupanya memperhatikan dari meja kerjanya. Keduanya tersenyum, lalu Dea kembali duduk menghadap komputer miliknya.
***
AH RIAN BISA AJA..
YUK JANGAN LUPA KOMEN AND VOTE YAH...
THANK YOU!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ima Kristina
mug itu dari Abi kan Thor .....
2024-11-01
1