Dua bersahabat itu memasukkan satu-persatu barang-barang yang sudah mereka kemas semalam ke dalam taksi online yang dipesan. Setelah selesai keduanya pun masuk dan mobil melaju perlahan. Iringan musik dari Andmesh menemani perjalanan mereka menuju kota Bogor.
Tidak lama, akhirnya sampai juga di kost baru Cindy. Dea memasang lampu tumbler di dinding dan menata beberapa pigura foto di atas sebuah meja kecil di samping jendela, tampak satu pigura berisi wajah mereka berdua saat SMA dulu. Kamar baru Cindy hampir seluas kamarnya dulu. Kali ini jendelanya tidak menghadap ke jalan, namun menghadap ke kebun belakang rumah kost. Jangan bayangkan kebunnya berupa rumput pendek yang rapih tercukur dengan beberapa pohon bonsai atau bunga-bunga taman nan indah. Kebun yang nampak ketika jendela kamar dibuka adalah kebun singkong yang berjejer rapi ditemani beberapa tanaman sayur milik tetangga.
"Asri banget kamarnya ya Cin." Dea tersenyum sinis seakan mengejek.
"Jangan nyindir lu, ini pemandangan dengan unsur budaya Indonesia. Kalau nanti gue laper gak ada lauk gue tinggal petik tuh daun singkong ama cabenya." Jawab Cindy ketus
"Sekalian aja buat lalapan nasi padang. Ha ha ha" ledek Dea
"Sialan lo!!" jawab Cindy
"Aku nginep di sini ah malam ini, boleh ya? mumpung malam minggu." kata Dea
"Ih nanti malem kita hang out yuk. Coba cari jajanan apa gitu,"
"Nggak sekalian aja nyari cowo?" tanya Dea
"Cieeee yang resmi jomblo udah gak sabar punya cowok lagi nih. Ha ha ha." canda Cindy
Berjalan-jalan di tempat baru memberi sebuah suasana baru untuk Dea. Tak ingin berlama-lama sedih, Dea menikmati weekend ini di kota Bogor bersama sahabatnya. Menjajal setiap tempat healing, mencicip makanan-makanan lezat yang mampu memberi rasa bahagia. Menghilangkan segala penat dan sedih.
"Nah, gitu dong dibawa Happy. Jangan nangis mulu karna cinta. Kayak nggak ada cowok lain aja." Kata Cindy melihat sohibnya bisa kembali tertawa lepas.
Weekend itu kalau dilalui dengan senang hati cepet banget terlewati. Tau-tau sudah hari senin lagi, beraktivitas lagi, macet-macet di jalan lagi dan tentu saja berebut kereta lagi.
Dea seperti mengawali Senin pertama dalam lembaran barunya yang kosong. Wajah yang biasanya sendu, sudah ceria. Langkahnya semangat menapaki gedung berlantai 10.
"Deaaaa!!" terdengar suara nyaring dari arah belakang saat Dea baru saja menekan tombol lift.
"Eh, kak Indri." Jawab Dea
Mereka berdua memasuki lift, datang beberapa orang memenuhi ruangan sempit itu.
"Hay, Dea." sapa Rian yang muncul saat lift hendak tertutup
"Hay, kak." jawab Dea ramah
"Yang disapa Dea doang nih." sindir Indri merasa dicuekin
"Hay Indri.." Ryan ikut menyapa Indri
"Ah telat lo Yan. Eh Abi!!!." Indri menyapa Abi yang juga muncul di belakang Ryan
"Hay," seperti biasa ekspresi Abi hanya ramah secukupnya.
Abi memperhatikan gerak-gerik Dea yang terlihat lebih ceria daripada beberapa hari kemarin. Hatinya berdebar setiap kali melihat gadis itu tersenyum dan tertawa.
Hingga sampai di meja kerjanya Dea masih ngobrol dengan Indri, matanya menangkap sebuah box coklat di samping komputernya bertuliskan:
Untuk Dea
"Selamat Menikmati Senja di Langit jakarta."
Dia angkat box itu lalu melepaskan pita coklat yang mengikatnya. Sebuah Mug. Dea mengernyitkan dahinya keheranan.
"Siapa yang kasih ini?" tanyanya dalam hati.
Dia hendak menanyakan kepada Indri tapi Indri keburu menghilang dari pandang matanya. Akhirnya ia letakkan mug itu di atas mejanya lagi. Bibirnya tersenyum melihat mug kecil lucu di hadapannya.
"Siapapun yang kasih, makasih yah." bisiknya pada benda keramik itu.
Hari ini Jakarta lumayan panas, musim hujan mulai menyerang. Dea si pecinta senja kehilangan moment menikmati keindahan warna langit saat matahari mulai pulang ke peraduannya karena sering tertutup awan kelabu. Meski begitu, Dea tetap suka duduk di depan jendela pantry sambil minum teh panas. Ditambah lagi sekarang Dea punya teman baru, mug cantik entah pemberian siapa, jadi favoritnya. Gerimis? not bad lah, masih enak dinikmati walaupun auranya jadi sedikit sedih.
"Dea, ikut gue yuk!" suara Tia memanggil Dea yang sedang duduk di pantry menikmati tetesan air hujan.
"Oke kak." Dea segera mengikuti Tia dan meletakkan mugnya di sana
Rian melihat Dea lewat di hadapannya lalu tersenyum ketika menoleh ke arah mug yang baru saja ia letakkan.
"Eh, yok kumpul di ruangan gue sebentar." Tia menepuk tangannya sebagai tanda attention kepada para staf dan marketing
Mereka berkumpul melakukan rapat mendadak di ruang meeting yang berdinding kaca bening. Semua orang di ruang kantor bisa melihat mereka karena ruangan itu cukup luas untuk dilihat dari segi manapun.
"Jadi temen-temen gue kumpulin di sini karena ada beberapa hal yang akan gue sampein. Pertama, minggu depan kita akan ada gathering karyawan ke Bogor, rundown acaranya nanti gue kasih menyusul. Nah di sana kita ada beberapa games yang membutuhkan kekompakan kita sebagai tim. Nah yang kedua ni yang penting banget. Besok kita akan di audit sama bagian audit, jadi kita harus persiapan nih guys....." Tia memimpin rapat dan disimak dengan penuh hikmat oleh semua staf.
Rapat berlangsung lumayan lama.
"Jelas guys? ada pertanyaan? Kalo nggak kita akhiri nih, " lanjut Tia
"Oiya Dea, nanti lo ke bagian pembiayaan lagi yah buat ngecek giro-giro yang tertahan di kita. Biar besok audit tanya kita udah bisa jawab." kata Tia lagi
"Harus saya kak yang ke Giro?" Dea merasa keberatan.
"Iya dong kan kamu adminnya, Indri nanti beda lagi tugasnya lebih berat karena dia senior. Oke Ndri? He he he." Tia melirik ke arah Indri
"Tidaaaaakkk." jawab Indri melawak
"Semangat kak Indri" Dea mengepalkan tangannya ke atas.
"Semangat Dea!! Semangat puyeng yah ngurusin giro." Indri meledek dan berjalan menuju kembali ke mejanya.
Dea pergi ke bagian pembiayaan seperti perintah Tia menemui Nina. Dengan penguh semangat Dea membawa sebuah map plastik berjalan melewati Abi. Abi melirik sedikit ke arahnya. Hatinya berdegup mendengar suara langkah melewati dirinya.
"Siang kak Nina, aku mau ngecek giro." Dea mengucap salam kepada Nina yang sibuk menatap layar komputernya
"Bentar ya Dea.." jawab Nina tanpa ekspresi
"Oke kak." Dea duduk di sebelah Nina,menunggunya selesai dari perbincangannya ditelepon.
"Aduh sorry banget Dea, gue dipanggil sama bu Maria nih, mmmm kamu ngecek sama Abi ya," kata Nina membuat Dea tercengang melirik ke arah Abi.
"Oh, oke Deh," Dea ragu-ragu berjalan ke arah Abi, hatinya berdebar.
"Mas, Abi." salam Dea kepada Abi
Abi menoleh, sedikit terkejut
"Eh, Dea. Ada yang bisa dibantu?" tanya Abi khas dengan sikapnya yang ramah.
"Iya, ini.. disuruh ngecek giro sama kak Tia." jawab Dea bernada lembut
"Oke, duduk De." Abi menerima map yang Dea bawa lalu mengarahkan Dea ke penjelasan di komputernya.
Dea merasa canggung, beberapa kali dia menarik nafas panjang. Berharap perasaan kakunya hilang ketika bertemu dengan Abi. Seperti ada perseteruan dalam hatinya. Di satu sisi ia ingin bersikap biasa dengan Abi seperti sikapnya dengan karyawan lain, di sisi lain ia merasa melihat Rey kalau sedang bersama Abi.
"Dia bukan Rey De, bukan. Bias aja pleease." bisiknya dalam hati.
Hingga adzan ashar berkumandang dari ponsel milik Abi keduanya masih belum selesai. Abi tampak mendekatkan dirinya ke arah Dea, sesekali melirik wajahnya yang manis.
"Ada lagi yang mau ditanya De?" tanya Abi mengakhiri penjelasannya.
"Udah cukup mas, kayaknya udah. Aku balik ke mejaku ya." Nafas lega dirasakan Dea bisa selesai meninggalkan Abi.
"Oke, Eh, Dea.." Abi memanggil Dea yang nampak buru-buru
"Iya mas?" Dea menoleh
"Handphone kamu ketinggalan."
Dea meraih ponselnya dari meja Abi dan buru-buru kembali ke ruangannya. Rasanya darah seperti kembali mengalir ke seluruh tubuhnya setelah beku untuk beberapa saat. Dea menghempaskan nafasnya kasar dan membanting tubuhnya di bangku.
"Hufh, akhirnya..." gerutunya
"Kenapa lo? pusing mikirin giro?" tanya Indri melihat Dea menempelkan keningnya di atas meja.
"Iya." Dea menunjukkan wajah manyun dengan akting menangis.
"Ha.. ha,. ha.. semangat ya sis. Malam ini kita lembur." Indri menyemangati
Jam kantor selesai, sebagian besar karyawan pulang on time, sebagian lagi harus lembur termasuk Dea dan tim nya. Dea teringat mug yang tadi siang ditinggal begitu saja di pantry. Buru-buru dia segera lari ke arah pantry.
BUk!! tubuhnya bertabrakan dengan seseorang dipantry
"Eh,, maaf maaf." kata Dea meminta maaf
"Dea, kenapa lari-lari?" tanya Rian, orang yang ditabraknya
"Maaf kak Rian gak sengaja, tadi buru buru. He he he." kata Dea tertawa tipis.
"Belum pulang Dea?" Rian bertanya sambil mengangkat tasnya yang terjatuh karna tertabrak tadi.
"Belum kak, mau lembur." jawabnya
"Ooh, jangan malam-malam ya De nanti capek." Rian tersenyum manis pada Dea
"Kak Rian udah mau pulang?"
"Iya, udah nggak ada kerjaan. Eh, ini buat kamu. Mau kukasih tadi siang tapi Dea lagi sibuk banget." Rian memberikan sebuah coklat kepada Dea
"Makasih." dengan senang hati dea menerimanya
"Duluan ya!"
Dea membaca sebuah tulisan di atas coklat yang diberikan Rian tadi:
"Selamat Menikmati Senja."
Dea bertanya-tanya dalam hati. Kenapa tulisan di coklat itu nada-nadanya kayak tulisan yang ada di mug tadi pagi. Apakah orang yang memberinya hadiah mug adalah Rian?
***
JADI HADIAH ITU DARI SIAPA?
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA GUYS....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments