Hay, Rian!!

Berita tentang Dea dan Abi yang terjebak lift semalam sudah beredar ramai pagi ini. Baru sampai di meja kerjanya, Dea sudah dikerubuti teman-teman satu timnya yang penasaran cerita lengkapnya. Dea menceritakannya dengan sangat antusias sebelum mereka mulai bekerja.

Dea mengangkat ponselnya yang terus berdering. Panggilan yang selalu dihindari akhirnya dihadapinya. Dea mengusap tombol hijau pada layar, mendekatkan ke telinga namun mulutnya tak bersuara.

"Halo, De.. apa kabar. Aku di Jakarta, apa bisa kita ketemu?" suara seorang laki-laki dari pesawat teleponnya

"Di Jakarta??? emang kamu lagi di Jakarta?." tiba-tiba Dea merasa berdebar

"Iya, aku di Jakarta buat nyusul kamu."

"Tapi aku nggak pengen ketemu."

"Please, aku tahu aku salah. Aku ingin kita luruskan semuanya. Aku janji setelah pertemuan ini aku akan turuti keputusanmu De..."

"Maaf aku lagi sibuk, ini jam kerja." Dea menutup telephone nya.

Sudah kesekian kali telephone itu kembali berdering, namun Dea mengabaikannya. Dea hanya terdiam, matanya berkaca-kaca memandangi layar komputer kerjanya.

"Nanti aku hubungi lagi, maaf aku lagi kerja!" ucap Dea saat mengangkat kembali teleponnya lalu segera menutupnya kembali.

Dea menutup wajahnya lalu menempelkan kepalanya di atas mejanya. Indri melihat sikap tetangga mejanya seperti sedang menangis.

"De, lu gak papa? Kenapa sih? Cerita dong ama gue, barangkali gue bisa bantu." kata Indri mendekatkan kursinya ke arah Dea

Dea masih diam hanya menggelengkan kepala.

"Masalah pribadi ya?" tanya Indri lagi, "Atau kerjaan lo berat? biar dibagi deh ama gue."

"Enggak kok kak," Dea tersenyum ke arah Indri mengusap matanya yang basah, "Tadi mantan cowok aku, gak tahu si kita udah mantan atau belum. masalahnya rumit." Dea sedikit terbuka kepada Indri.

"Oh,, oke deh. Kalo lo butuh temen curhat bilang ya." kata Indri mengusap bahu Dea.

"Makasih ya kak." Dea membalas usapan tangan Indri.

Dea kembali menatap layar komputernya. Menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan kasar.

Siang ini Dea malas makan siang di kantin atau di luar seperti teman-teman yang lain. Dia hanya memesan lewat online dan memakannya di pantry. Otaknya blank, belum bisa berpikir mau berbuat apa. Pikirannya terbagi karena beberapa pesan dari Rey yang berkali-kali memintanya untuk bertemu.

"Mbak Dea, ini pesanannya." kata OB mengantarkan sebungkus nasi padang.

"Thank you Satria," jawab Dea tersenyum ramah.

Dea mecoba membuka lemari kabinet untuk mengambil piring, karena postur tubuhnya tak setinggi kabinet yang tertempel di dinding berwarna putih itu dia sedikit kesusahan mendapatkan piringnya.

"Kasian amat nggak nyampe." kata seorang lelaki membantunya mengambilkan piring

"Eh, Kak Rian. Makasih ya." jawab Dea

"Tumben makan di pantry." kata Rian mengambil tempat duduk di sebelahnya

"Lagi males keluar kak, capek." Dea memang masih merasa lelah berjalan pasca kejadian semalam.

"Banyak kerjaan ya? "

"Kerjaannya si nggak banyak, komplain pelanggannya yang banyak he he he." Dea mulai akrab

"Biasanya makan di exit sama cewek-cewek yang lain."

"Hari ini mereka janjian makan di luar, tapi aku males ikut. Lagi pengen sendiri."

"Eh, denger-denger tadi malem kejebak di lift?" Rian mengejutkan Dea

"Kok tahu?"

"Tadi di bawah satpam-satpam lagi pada cerita kenapa itu lift satu ditutup. Ternyata karena macet."

"Iya, tadi malem aku lembur, trus pas mau turun tiba-tiba liftnya anjlok dan macet. Ya Allah itu bener-bener menyeramkan." Dea menceritakan kembali untuk yang kesekian kali.

"Sama Abi terjebaknya?" Rian membuat Dea tersedak saat sedang meminum es tehnya, "Eh sorry sorry"

"Iya, sama mas Abi. kayaknya dia habis lembur juga." kata Dea melirihkan suaranya

"Serem amat bisa anjlok begitu yah. Untung kalian nggak apa-apa"

"Iya, makanya hari ini aku masih ngerasa capek banget. Mana marketing kalo minta data maunya buru-buru." Dea mencoba mengalihkan pembicaraan tentang jobnya.

Keduanya makin akrab bercerita tentang job masing-masing. Dea, si pribadi ramah yang memang mudah untuk nyambung dengan orang. Apalagi kalau orang itu juga sama-sama humble seperti Rian. Rian mampu merubah suasana hati Dea siang ini yang sedang gundah gulana.

Abi melihat tawa renyah Dea bersama Rian. Niat untuk menyapa Dea dan duduk di sebelahnya ia urungkan, takut mengacaukan suasana. Ia pun berbalik menuju pintu exit dan duduk di salah satu anak tangga darurat sambil menyantap makan siangnya.

Suapannya berhenti ketika Abi teringat waktu pertama kali melihat seorang gadis menangis sendirian di anak tangga ini. Penasaran, beberapa kali memang ia melihat mata Dea berair dan menyendiri di tangga exit ini. Masalah apa sebenarnya yang Dea hadapi.

Kepalanya menggeleng lalu menghabiskan suapan terakhir. Kakinya mencoba berdiri, kembali ke ruangan kerjanya.

Abi melihat Rian sedang duduk di meja kerjanya. Ia menghampiri temannya itu dan menepuk pundaknya.

"Hey,bro." sapa Abi lalu duduk di depan Rian.

"Hey, katanya tadi malem lu kejebak di lift sama Dea?" pertanyaan Rian membuat Abi gugup

"Mmh, iya. Dan lu orang kesekian ratus yang tanya begitu. Keren yah, kantor ini kalo ada berita tuh nyebarnya cepet banget. hahaha." jawab Abi

"Ya begitulah kalo wartawannya sebagian besar ibu-ibu. Kecepatan penyiaran beritanya gak ada saingannya. Eh, tapi kok gue baru denger dari Dea tadi ya?"

"Oh, lu habis ketemu Dea?" Abi pura-pura tidak tahu

"Iya, kebetulan tadi makan siang bareng di pantry. Asyik juga anaknya. Cantik lagi." Wajah Rian berubah merona.

"Hah?" Abi terkejut mendengar pujian Rian

"Iya, cantik ya? Cantiknya kaya nggak ngebosenin gitu. Gak perlu dandan yang tebel aja udah seger dilihat."

"Lu suka?" Abi bertanya dengan nada

"Iya nih, kayaknya gue mulai suka deh sama itu anak. Gimana menurut lo?" tanya Rian membuat Abi salah tingkah

"Maju bro!" Abi berpura-pura sibuk mencari sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa yang ia cari.

"Sibuk nyari apa sih lu?" Rian melihat temannya seperti orang kebingungan.

"Mencari cinta yang tak kunjung kudapati. eyaahhh. ha ha ha." Keduanya tertawa lepas.

"Eh, besok weekend nongkrong yuk. Lama gue gak nongkrong sama lu."

"Liat besok lah, kalo nggak sibuk yah."

Abi kembali ke meja kerjanya sedangkan Rian duduk menata komputernya. Nafas Abi sedikit tidak beraturan. Inhale exhale, begitu beberapa kali yang ia lakukan mencoba menormalkan perasaannya yang sedikit em,,, cemburu mungkin setelah mendengar Rian memuji Dea di depannya.

Ya, setelah perbincangannya dengan Rian tadi, Abi merasa cemburu. Apalagi dia melihat Rian dan Dea tampak sangat dekat saat di pantry. Sikap Dea yang sangat berbeda ketika bersamanya dan bersama Rian membuat Abi semakin cemburu.

"Kenapa jadi deg-degan gini sih." gumamnya dalam hati

"Jangan-jangan gue emang udah beneran suka nih sama Dea. Oh my God!" Abi melepaskan mouse dari tangan kananya lalu menyilangkan kedua tangannya ke atas kepala yang ia sandarkan pada bangku kerja.

Konsentrasinya terganggu. Pikirannya terbawa oleh gadis itu. Ditambah lagi, sahabatnya sendiri mulai memiliki perasaan yang sama.

"Masa gue mau saingan sama temen sendiri." lanjutnya dalam hati.

Sementara itu,,,

Dea begitu fokus pada handphonenya. Ratusan pesan yang sudah lama ia abaikan dibuka dan dibaca satu persatu.

"Aku menyusul kamu ke Jakarta. Ayo kita ketemu, kita luruskan masalah kita. Aku hanya punya waktu 2hari di sini. Sore ini aku tunggu jawabanmu."

Sebuah pesan terakhir yang ia baca.

Dea mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya kasar. Jarinya mulai menari merangkai kata-kata untuk membalas pesan tadi.

Selesai mengetik di ponse, Dea bersandar di bangkunya lunglai.

"Pizza....... pizza...." Sebuah seruan terdengar dari arah pintu masuk.

Rombongan marketing datang membawa beberapa bungkus makanan dan mengumpulkannya di meja panjang kosong milik staf admin. Semua staf admin dan marketing berkumpul. Hal seperti ini sudah biasa terjadi menjelang akhir bulan. Ini adalah salah satu ritual marketing untuk menarik hati para staf admin agar semakin giat menjalankan berkas-berkas aplikasi milik customer mereka.

"Ah, bau bau akhir bulan nih." Kata Tia menyuap sepotong pizza ke dalam mulutnya

"Yoi dong, nih satu bendel buat Indri, satu buat Dea." kata Anwar menyodorkan setumpuk kertas lumayan tebal.

"Lembur nih kita?" tanya Indri

"Iya dong, kan udah gue beliin makanan." jawab Anwar tengil

"Mmm, kak Tia, maaf kalo aku gak bisa lembur boleh gak? Aku ganti besok pagi-pagi banget deh berangkatnya. Soalnya kebetulan udah ada janji." kata Dea sedikit memohon pada Tia sambil melirik ke arah Anwar

"M,,, gimana ya?" Tia melirik arah marketing

"Oooo tidak bisa!!!" Oko menggoyangkan jari telunjuknya ke arah Dea

"Bolehin aja kak Tia, kasian dari kemaren Dea udah lembur sendirian." Indri membela Dea

"Boleh deh, kasian tau dia semalem habis kejebak di lift sampe malem." jawab Tia membuat para marketing kaget.

"Hah? masa? trus gimana sayang?" Haykal memasang muka sok peduli dan mendekat ke arah Dea.

"Sayang sayang, inget bini lu!!" tangan Anwar mengalihkan kepala Haykal dari hadapan Dea.

"Iya td malem mau pulang tiba-tiba liftnya macet sampe lama." Dea menjelaskan singkat.

"Tapi tenang, dia di dalem sama mas-mas superhero jadi aman." potong Tia membuat wajah para stafnya penasaran.

Semua mata tertuju pada Dea, menunggu klarifikasinya atas pernyataan Tia. Tapi Dea pura-pura menyibukkan diri di depan komputernya.

"Semalem terjebaknya sama Abi, anak pembiayaan. Jadi gak takut-takut amat ya De?" kata Tia meledek

"Cieee..." Indri menyenggol Dea dengan sikutnya

"Wah, nyolong start tuh anak." Celetuk Anwar

Ha. ha.. ha.. Atas desakan teman-temannya akhirnya Dea menceritakan kronologi kejadian itu. Mereka mendengarkan cerita Dea sambil menikmati makanan yang penuh berjejer di meja. Semua memasang wajah serius. Indri dan beberapa yang lainnya yang sudah mendengar cerita ini tadi pagi ikut mendengarkan lagi.

Di sela-sela bercerita, berkali-kali ponsel Dea bergetar. Beberapa chat belum sempat ia buka. Sampe akhirnya Tia menyilakan Dea untuk pulang duluan karena Tia sudah melihat Dea sedikit gelisah.

***

Terpopuler

Comments

Ima Kristina

Ima Kristina

makin seru bacanya Thorr

2024-11-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!