Kenalkan, Abi

Ponselnya bergetar terus sedari tadi di atas meja, Dea melirik. Sebuah panggilan dari ibunya. Dea pun meraih handphonenya dan membawanya ke toilet.

"Assalamu'alaikum bu..." ucap Dea setengah berbisik

"Iya bu.. nanti saja dibahasnya kalau Dea sudah pulang. Maaf bu Dea sedang banyak pekerjaan. Dea tutup yah teleponnya. Assalamu'alaikum" lanjut Dea menutup panggilan dan memandangi ponselnya beberapa saat.

Indri dan beberapa marketing mencari keberadaan Dea. Pasalnya mendadak akan ada supervisor yang sebentar lagi datang untuk nanyain progress aplikasi pengajuan kredit. Namun mereka tidak menemukan Dea di manapun. Seperti hantu, menghilang begitu saja. Sampai akhirnya mereka berteriak hingga membuat orang-orang di ruangan itu menengok ke arah meja kerja mereka. Teriakan suka cita melihat Dea masuk ke dalam ruangan.

"Nah, itu dia anaknya." teriak salah satu marketing, melihat Dea berjalan santai memasuki ruangan.

"Dari mana aja sih? dicariin." tanya Indri berbisik

"Dari toilet kak."

"Ngapain?"

"Pipis."

Wajah Dea kebingungan, mengapa orang-orang menunggunya? Indri segera menarik Dea agar cepat-cepat duduk di kursinya ditemani Tia, sang leader. Buru-buru mereka menjelaskan tugas Dea yang harus segera dihandle ketika spv datang nanti.

"Aduh, maaf kak aku gak tahu bakal ada spv." Dea menjawab polos

"Oke sekarang lo perhatiin penjelasan gue sambil liat komputer." Tia segera menjelaskan apa yang harus dikerjakan olehnya.

Dea segera mengerjakan apa yang diperintah Tia. Sore ini mereka akan lembur karena permintaan supervisor yang meminta mereka untuk menyelesaikan beberapa pencairan VIP malam ini juga.

Dan sore itu menjadi sore yang sangat sibuk bagi staf admin dan marketing. Sesaat Dea dapat melupakan kegundahan dalam hatinya dengan setumpuk pekerjaan di depan mata yang baru saja dia selesaikan hingga malam.

"Yok.. pulang yook udah malam!" Anwar,si marketing paling bawel berdiri dari bangkunya membuat ruangan yang sudah sepi menjadi sedikit hidup.

Para staf marketing masih setia menunggu satu sama lain. Mereka saling bersenda gurau di akhir pekerjaan. Suara-suara lelaki dewasa yang keras dan menggelegar membuat ruangan yang besar itu masih terdengar ramai.

"De, kerjaan lo masih banyak?" Tanya Indri sambil mematikan komputernya

"Enggak kak, bentar lagi aku juga matiin komputernya. Kak Indri mau pulang?" jawab Dea

"Pulang bareng yuk, gue parno turun sendiri. Orang-orang udah pada pulang dari sore. Di sini tinggal kita sama marketing doang." Indri melihat seisi ruangan yang memang hanya tinggal beberapa orang saja

"Tungguin ya kak, bentar nih. " Dea buru-buru mematikan komputernya lalu berbenah.

"Woi cewek-cewek belom pulang?" seru Haykal salah satu marketing menggendong tas ranselnya Bersiap untuk pulang.

"Mau pulang nih kak." jawab Dea

"Indri, pulang ama gue aja yuk sayang." Haykal menggoda dan tertawa "He hehe"

"Sayang sayang peang, yuk turun yuk!" jawab Indri ketus mengajak semua teman-teman marketingnya untuk turun bersama.

Mereka memang terbiasa saling bercanda antar staf dan marketing. Bagi staf admin, marketing adalah sekumpulan lelaki-lelaki konyol yang banyak menghibur hari-hari lelah mereka. Meski badan mereka besar-besar, kekar dan gagah, tapi hati mereka layaknya helo kitty yang lemah lembut pada wanita dan pandai melucu. Sebaliknya bagi marketing, cewek-cewek admin adalah mesin pencetak uang. Dari pencairan-pencairan yang selalu dilakukan setiap hari, marketing akan mendapatkan pundi-pundi uang yang berasal dari komisi dealer atau perusahaan. Semakin banyak pencairan semakin sibuk para admin semakin banyak uang pula mereka. Simbiosis mutualisme.

Dea, Indri, Ratih dan Putri pun keluar menuju lift bersama Haykal dan Anwar. Pintu lift hampir menutup lalu terbuka lagi ketika seseorang menyusul masuk.

"Eh, Abi.. lembur? jam segini baru pulang lo." Haykal menepuk pundak lelaki yang baru saja masuk dan berdiri di depannya.

Dea terkejut, benar-benar terkejut. Ternyata apa yang dia temui kemarin di pintu exit bukan halusinasinya. Lelaki ini benar-benar nyata dan sekarang jantungnya nggak aman, berdebar-debar sangat kencang, tidak percaya. Matanya membulat melihat ke arah lelaki itu.

"Iya nih. Kalian kompak banget pulang bareng." Jawab Abi tersenyum

"Ya dong.. eh Bi kenalin nih temen baru kita." Indri tiba-tiba menyenggol pundak Dea yang masih mematung memperhatikan Abi.

"Oh, ini anak baru. Udah liat kemarin siang kok di exit." jawaban Abi membuat Dea gugup "Hay, aku Abi" dia pun menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Dea" jawab Dea singkat

"Ehem,,hm." Anwar berdecak " Dari tadi ada yang nggak kedip matanya ngeliat si Abi nih" Anwar menggoda sambil memalingkan wajahnya ke langit-langit.

"Cie.. Dea merhatiin Abi ya?" Indri menyusul.

"Enggak..." kata Dea salah tingkah.

Abi hanya tersenyum. Dia ingin ikut menjawab bahwa dia melihat Dea di tangga darurat kemarin siang lumayan lama. Namun niatnya urung karena pintu lift pun terbuka.

Mereka berpisah di lobby kantor. Anwar dan Haykal masuk ke mobil yang sama. Indri sudah dijemput ojek online di halaman, tinggallah Dea yang memang harus berjalan kaki menuju stasiun KRL yang jaraknya hanya beberapa puluh meter dari kantornya.

Dea berjalan sendiri menggantungkan tas kecilnya di satu pundaknya. Abi memperhatikan langkah kaki gadis di depannya. Rupanya mereka menuju tempat yang sama. Sampai di stasiun mereka pun berdiri di peron yang sama. Keduanya terdiam, hanya saling melirik sesekali namun tidak saling menyapa. Sampai akhirnya kereta yang mereka tunggu datang. Lagi-lagi mereka pun masuk ke gerbong yang sama.

Gerbong terlihat cukup penuh orang-orang yang baru saja pulang kantor. Beberapa terpaksa berdiri, termasuk Dea dan Abi. Abi tersenyum menyapa ketika berdiri berdampingan dengan Dea dan senyum pun terbalas. Seorang turun di stasiun berikutnya sehingga ada satu tempat kosong untuk duduk persis di depan Abi. Dengan tiba--tiba Abi menarik tangan Dea untuk duduk di tempat itu. Dea merasa terkejut dan menatap tajam mata Abi.

"Maaf, kaget yah. Buru-buru soalnya biar nggak keduluan orang." Abi meminta maaf dan tersenyum

"Iya, nggak apa-apa. Makasih mas." Balas Dea menatap mata Abi

Untuk beberapa saat mereka saling bertatap mata, lalu salah tingkah. Dea merasa lega karena bisa mendapatkan tempat duduk di Tengah gerbong yang cukup penuh ini. Pasalnya kaki dan pundaknya sedang terasa sangat lelah karena lembur malam ini.

"Mmm, Dea udah berapa lama kerja di kantor?" Abi memulai percakapan

"Baru dua mingguan mas" jawab Dea singkat

"Oh, kok nggak pernah liat yah."

"Emang mas Abi bagian apa?" Dea bertanya balik

"Aku operation di bagian pembiayaan, biasanya ngurusin cek, giro dan apapun yang berhubungan sama pembayaran dari customer, tapi emang sering keluar kantor si jadi mungkin jarang liat kamu yah"

"O,, kemarin aku juga diajak kenalan sama Kak Tia ke operation , tapi kayaknya nggak liat."

"O yah? Mungkin aku lagi nggak di ruangan waktu itu. "

Dea hanya mengangguk kecil lalu keduanya diam dan hening sampai waktunya berpisah.

"Aku duluan ya" Dea pamit dan berdiri untuk turun di stasiun tujuannya.

Abi mengangguk, tersenyum dan memandangi perempuan itu sampai tidak terlihat lagi. Dalam perjalanan Abi mengingat mata Dea yang bening saat mereka bertatapan tadi, lalu dia tersenyum sendiri.

Sesampai di kost, Dea melihat Cindy tengah berbicara sendiri di depan kaca lemari.

"Ya Allah kamar apa kapal pecah neng?" Kata Dea melepas tas dan cardigan hitamnya lalu meletakkannya di atas kasur.

"Dea!!!" Cindy berteriak dan memeluk sahabatnya itu "Hari yang ditunggu datang juga, besok gue presentasi di depan klien buat proyek yang cukup besar." lanjutnya kegirangan

"Waw..Selamaaaat!!!"

Mereka berdua melompat lompat sambil berpelukan seperti teletubbies.

"Aduuh,, gue deg-deg an banget takut belepotan besok"

"Inhale... exhale.. kamu pasti bisa!! Kan kamu udah biasa menghadapi klien-klien yang lain. Anggap aja dia sama kayak yang kain biar kamu nggak terlalu nervous" Dea menyemangati

"Bismillah, bismillah." jawab Cindy

"Ya udah lanjutin! Aku capek banget mau mandi dulu ya!" Dea menarik handuknya lalu masuk ke kamar mandi.

Dea berbaring melihat sahabatnya sibuk membereskan berkas untuk besok. Ingin sekali membantu, tapi tenaganya seperti habis malam ini. Ada sesuatu yang ingin dia ceritakan kepada Cindy, tapi ragu. Cindy melirik, sahabatnya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Kenapa lo liatin gue gitu?" tanya Cindy tiba-tiba

"Kamu masih inget mantan aku gak yang ituu.." Kata Dea dengan suara lirih

"Rey? "Jawab Cindy

"Iya, Rey. Dan aku seperti berhalusinasi." Dea memindahkan pandangannya ke langit-langit

"Ngomong apa si lo? gak jelas" Cindy masih sibuk menumpuk beberapa kertas di depannya lalu bersiap ke tempat tidur

"Kemarin aku seperti melihat Rey ada di sini. Di kantorku, miriiiiiiipppppp banget. Aku kira aku berhalusinasi. Ternyata enggak. Dia nyata. Baru pernah aku lihat ada orang bukan saudara kembar tapi mirip." Kata Dea dengan pandangan kosong

"Maksudnya ada orang mirip Rey di kantor lo?" Cindy penasaran

"Iya"

"Seberapa mirip?" Cindy mendekatkan wajahnya pada Dea

"85%, Bedanya cuma potongan rambut sama tinggi badan aja. Selebihnya itu mirip banget."

" Semirip itu? Gue kira mirip gitu cuma ada di film-film doang." Kata Cindy

"Aku kira juga gitu, ternyata di dunia nyata juga ada yang mirip banget." Suara Dea semakin lirih "Hmmh".

Cindy menyusulnya naik ke ranjang setelah semua berkasnya rapi masuk ke dalam tas hitam miliknya. Dia mematikan lampu kamarnya dan menyalakan temaram lampu meja. Tak berapa lama Cindy sudah memejamkan matanya, sementara Dea masih memandang langit-langit kamar.

Dea mengingat-ingat kembali moment bertemu Abi untuk pertama kalinya di lift hingga di dalam gerbong kereta tadi. Rasanya seperti tidak percaya dia akan bertemu orang yang sangat mirip dengan mantan kekasihnya yang seharusnya sudah ia lupakan. Dea menghembuskan nafas kasar lalu mencoba memejamkan mata.

***

Terpopuler

Comments

Ima Kristina

Ima Kristina

mungkin Ray dan Abi saudara kembar yg terpisah

2024-10-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!