Menikmati Macet

Dea memicingkan matanya dan perlahan terbuka. Meli duduk di sampingnya menikmati seporsi cilok dengan saos pedas sambil menonton drakor kesukaannya lewat layar ponselnya.

"Minum dong." Lirih suara Dea terdengar oleh Meli

"Eh udah sadar lu. Mau apa?" tanya Meli mem-pause tontonannya dan meletakkan bungkusan cilok dari pangkuannya

"Minum." Dea mengulangi

Meli memberikan air mineral kepada Dea lalu membantunya duduk bersandar di tempat tidur.

"Masih pusing gak? Gue panggil perawat ya?" tanya Meli

Perawat datang memeriksa keadaan Dea.

"Gimana mbak?" tanya Meli melihat perawat melepas alat tensimeter dari lengan Dea

"Tadi waktu pertama datang tensinya rendah banget cuma 90, sekarang udah mulai normal jadi 100. suhu tubuhnya juga udah agak turun,"

"Udah boleh pulang belum mbak?" tanya Dea

"Emm, nanti ya. kita habisin dulu infusnya. Nanti saya cek lagi." kata perawat lalu meninggalkan mereka lagi.

"makasih ya mbak." Ucap Dea lemas.

"Mau gue beliin makan atau apa?" tanya Meli

"Gak usah, udah baikan kok. Cuma tinggal lemes aja." jawab Dea dengan suara yang masih terdengar lemas

"Syukurlah, kenapa si lu?? Makanya tadi siang gue bilangin suruh ke klinik nggak mau sih, jadi pingsan kan. Badan lu tuh tadi udah demam waktu gue pijit." Meli cerewet mengomeli Dea

"Nggak papa kok, aku cuma capek kayaknya akhir bulan ini banyak tagihan dari customer. Sorry ya udah ngerepotin." Dea mengusap tangan Meli

"Santai aja, gue nggak repot. Eh, lu tahu nggak siapa yang jagain lu tadi waktu lu nggak sadar?" Meli membuat Dea bingung

"Hah?" Dea memasang wajah tanpa dosa

"Keren banget lu tadi dijagain 2 cowok kerennya Lion Finance." Lanjut Meli

"Apa sih, aku nggak ngerti." Dea masih belum paham

"Iiih, Dea.. Lu ya emang polos banget. Tadi tuh waktu lu pingsan lu digendong ke sini sama Abi, gue liat tuh mukanya panik banget pas bawa lu e sini. Terus pas gue samperin lu ke sini, eh ternyata ada Rian juga barengan sama Abi nungguin lu." kata Meli menjelaskan dengan sangat antusias

"Ooh." jawab Dea singkat

"Kok ooh doang." Meli protes

"Ya emang aku harus jawab apa? aku harus bilang wow gitu. He he he." Dea tertawa kecil

"Ha ha ha ha. Kayaknya mereka berdua naksir elu deh." Meli melanjutkan meraih bungkus ciloknya yang sempat tergeletak di atas meja.

"Ngarang deh." jawab Dea

"Kere banget deh lu kalo sampe beneran disukai sama 2 cowok idamannya Lion. Selama lebih dari 5 tahun gue kerja di sini gue tuh sedikit paham cowok-cowok kantor kita."

"Terus?" Dea menanggapi singkat

"Nih, setau gue kalo si Rian tuh type cowok yang care, maco, dan setia. denger-denger kemarin dia diputusin sama ceweknya aja setelah mereka pacaran 3tahun lebih dan itu pun ceweknya yang mutusin. Kalo si Abi itu cool, kalem, tapi diem-diem menghanyutkan. Gue gak tahu si dia udah punya cewek apa belum. Kayaknya si belum soalnya dia anak kesayangannya divisi giro yang suka diledekin high quality jomblo, berarti dia masih jomblo." sepertinya Meli sangat mengerti karakter para staf kantor Lion.

"Terus?" Dea menanggapi singkat lagi

"Terus-terus aja lu. Pilih dong." Jawa Meli sambil menyuapi satu tusuk cilok ke mulut Dea

"Pilih apanya?" tanya Dea

"Pilih yang mana? Rian atau Abi? Kalo mereka beneran suka sama elu, lu harus pilih salah satu. Menurut gue si mending lu sama Abi aja deh, muka kalian agak mirip gue liat liat." Meli memandangi wajah Dea dengan seksama membuat Dea tersedak

"Uhuk..." Dea tersedak saos cilok gara-gara omongan Meli, "Males ah bahas begini. Aku tuh di sini mau kerja, bukan mau cari jodoh." lanjut Dea

"Eitz,, kerja boleh, tapi bagus lagi sambil menyelam buang air, ya nggak?" Keduanya tertawa bersama.

"Jam berapa sih?" tanya Dea

"Jam 4. Mendingan lu langsung pulang deh. Tanggung tinggal setengah jam lagi kantor bubar." Meli melihat jam tangan miliknya

"Tapi tas sama barang-barang gue masih di atas."

"Ntar gue yang ambilin deh sekalian gue juga mau pulang."

"Enak banget si resepsionis senior ini, dari tadi gak kerja tau-tau udah pulang."

"Yee,, enak aja, gue kerja. Tapi tadi lagi kosong kerjaan gue jadi gue titip ke Novi."

Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan kedatangan Abi.

"Abi? ngapain lu di sini?" Tanya Meli terkejut

"Gimana Dea? Udah baikan?" tanya Abi melihat ke arah Dea.

"Cie, yang khawatir, sampe ditengokin lagi."

"Tadi gue habis dari luar kantor jadi sekalian mampir."

"Oiya mumpung ada Abi di sini gue naik dulu yah ngambil tas lu." Meli pamit

"Mel.. " Dea mencoba mencegah Meli

"Sssst, udah lu diem di sini. Eh Bi, jagain bentar yah." Meli segera pergi kelura dari ruangan itu.

Hanya ada Abi dan Dea berdua. Dea merasa gugup berhadapan dengan Abi.

"Dea masih pusing?" tanya Abi basa-basi

"Udah enggak."

"Masih pucat. Kalo besok masih sakit nggak usah berangkat aja De."

"Enggak mas, besok akhir bulan pasti timku butuh kehadiranku."

Abi mendekatkan telapak tangannya dan menempelkan di kening Dea. Dea menatap wajah Abi yang semain dekat dengannya. Dadanya berdetak kencang, wajahnya memerah. Abi segera melepaskan tangannya saat kedua bola mata mereka beradu.

"Udah nggak sepanas tadi." katanya

"Iya, mas Abi nggak ada kerjaan?"

"Ada sih, hari ini mungkin mau lembur."

"Oooh. oiya makasih ya tadi udah nolongin bawa ke sini."

"Iya, tadi kenapa kamu tiba-tiba pingsan?"

"tadi tuh pusing banget. leher kerasa kaku terus keringat dingin."

"Kamu kecapekan yah?"

"Mungkin iya.."

"Oiya, kita udah kenal lama tapi belum tau nomer telephone kamu. Boleh aku tahu?"

"Boleh mas."

"Nih, ketik aja di sini." Abi menyerahkan HPnya

"Thanks yah."

"Iya sama-sama."

"Ciee.. udah tukeran nomer HP nih, bentar lagi ada yang chatingan nih pasti.." Meli datang meledek

"Udah nih barang-barang kamu di sini semua. Eh Bi, tadi lu dicariin bu Maria suruh ke ruangannya."

"Hah? seriusan? kapan?

"Iya beneran. Sekarang."

Abi melihat HP nya, "Oiya.. bener. Aku naik lagi ke kantor ya De."

"Iya.." Dea membalas dengan senyum

"hati-hati pulangnya, istirahat yah."

"Iya iya... udah sana!! He he he." kata Meli sedikit mendorong Abi keluar ruangan.

"Ciee... " Meli meledek Dea lagi

"Apaan sih cie-cie terus."

"Eh infusnya udah mau habis nih, gue panggil perawat dulu." Meli memanggil perawat

Setelah mengecek kembali tensi Dea, perawat melepas infusnya lalu membolehkan Dea untuk pulang.

"Lu mau gue anter?"

"Gak usah, gue pesen taksi online aja."

"Yakin? sendirian di taksi?"

"Iya, lagian rumah kita berlawanan arah. Di taksi juga gue bisa sandaran kok." Dea merogoh tasnya dan membuka HPnya.

Meski masih sangat lemah, Dea berjalan dengan bantuan Meli keluar dari ruang klinik. Meli mengantarkan Dea sampai teras kantor. Sambil menunggu taksi online datang mereka melanjutkan perbincangan.

"Kayaknya aku mau pindah kost deh, pengen cari yang lebih deket kantor. Biar kalo pulang lembur nggak kemaleman sampenya." kata Dea

"Bener tuh, nanti kau bantu cariin deh kost yang deket-deket sini yah?" jawab Meli

"Thanks yaah... kalo bisa jangan yang campur cowok cewek yah.. malu kalo campur-campur. " lanjut Dea

Sebuah mobil berhenti di depan mereka saat keduanya masih asyik ngobrol. Seorang pria keluar dari mobil dan menghampiri mereka.

"Dea mau pulang? Aku antar ya? " ternyata Rian menurunkan jendela mobilnya

Dea dan Meli saling berpandangan.

"Tapi aku udah pesen taksi online kak.'' jawab Dea

"Udah sampe mana drivernya? bisa dibatalin nggak?" Rian turun dari mobil dan menghampiri mereka.

"Emang lu mau kemana?" tanya Meli

"Gue mau ke kantor cabang Pasar Rebo, searah kan sama Dea?" jawab Rian

"Drivernya masih kejebak macet sih katanya." kata Dea memandangi aplikasi online nya

"Nah, dicancel aja. Kelamaan, kasian kamu masih pucat." Rian meyakinkan

"Ya udah De, lumayan tau. Gue juga lebih tenang daripada lu naik taksi!" bisik Meli

"Oke deh aku cancel aja drivernya. Duuh, maaf ya bang." Dea mengusap ponselnya meminta maaf pada profil driver.

"Yaudah yuk, masuk." Rian membukakan pintu mobil untuk Dea.

"Eh, ati-ati loh bawanya. Awas ya jangan diajak mampir-mampir." Meli berdiri menggandeng Dea yang masih lemas masuk ke dalam mobil Rian.

"Bawel!" jawab Rian tersenyum

"Bye Mel... aku pulang ya." Dea melambai dari dalam mobil kepada Meli

"Bye, cepet sehat yah. Mmmuach." Meli melambaikan tangan hingga mobil tidak terlihat.

Di dalam mobil Dea masih terdiam memandang lurus jalanan kota.

"Udah enakan badannya de?" tanya Rian mencoba menghangatkan suasana yang sepi

"Lumayan kak, cuma masih lemes aja dikit." jawab Dea

"Pusing nggak?

"Enggak kak,"

"Atau mau aku antar periksa ke dokter? Rumah Sakit?"

"Gak perlu kak, istirahat di kamar aja nanti juga baikan."

"Kalo besok masih sakit nggak usah berangkat aja."

"Nggak ah kak, besok udah tanggal 30, aplikasi GOL lagi banyak-banyaknya nunggu dicairin. Kalo nggak berangkat nanti kasian kak Indri sendirian."

"Iya resiko kita kerja di kantor finance begini emang tiap akhir bulan harus ekstra. Tapi Dea jangan lupa makan ya." kata-kata Rian sungguh lemah lembut membuat Dea nyaman.

"Makasih perhatiannya." jawab Dea tersenyum, " Emang kak Rian mau ke mana nih?" lanjutnya

"Aku ada urusan di kantor cabang Pasar Rebo, Dea kan pernah cerita kostnya di daerah sana juga kan?Makanya aku nawarin."

"Ooo. Iya,, "

"Kenapa Kostnya jauh banget? Nggak pengen pindah yang deket aja?"

"Pengen kak, tadi juga habis ngobrolin ini sama Meli. Dulu kan aku kost di sana sama temenku, tapi sekarang temenku udah pindah ke Bogor. Nanti Meli mau bantuin cariin kost yang dekat sih."

"Nanti aku bantuin cari yah." kata Rian

"Makasih." Dea tersenyum.

lalu keduanya diam, menikmati alunan musik di radio.

"Awal bulan kita ada gathering loh." Rian kembali membuka topik pembicaraan

"Iya,kan kak Tia udah bahas di meeting kemarin. Di Anyer ya katanya?" jawab Dea

"Iya, biasanya sih di puncak. Tahun ini pengen ganti suasana pantai. "

"Kamu suka pantai atau gunung?" tanya Rian

"Aku suka pantai." jawab Dea

"Aku tahu, pasti karna ada sunsetnya."

"Iya, kok tahu ?"

"Karna di kantor aja kamu suka liatin sunset dari jendela pantry. "

Dea tertunduk dan tersenyum. Rian memandangi senyum manis Dea yang membuat hatinya jedag jedug.

"Yaah,, macet parah nih kayaknya.Jam berapa sih?" Rian menggerutu melihat barisan kendaraan di depannya stuck tak bergerak.

"Baru jam 5 sore kak." jawab Dea melirik ke jam tangannya

"Duh, keburu nggak yah kantornya?" Rian menghembuskan nafas kasar

"Sabar kak." Dea mencoba menenangkan Rian yang tampak sedikit gelisah

Rian meraih ponselnya dari dasboard lalu memulai panggilan suara.

"Halo, bro. Gue kejebak macet. Lu di kantor sampe jam berapa?" terdengar Rian menelephone seseorang.

Dea memandangi laki-laki di sampingnya dengan seksama. Teringat perbincangan dengan Meli saat di klinik tadi siang bahwa Rian sepertinya menyukainya. Seketika Dea menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran itu. Dia takut menjadi canggung dengan Rian nantinya karena Dea merasa saat ini dia sudah mulai nyaman kalau berbincang dengan Rian yang memang ramah dan baik.

"Gimana kak? kekejar nggak?" tanya Dea memastikan

"Aman, mereka sampe malem katanya, Biasalah akhir bulan pasti banyak yang lembur. Huh." Rian menghembuskan nafas lega

"Syukur deh, jadi ikut tenang." Dea tersenyum ke arah Rian

Rian membalas senyum Dea dan memandangi wajah gadis itu sedikit lebih lama membuat jantungnya berdebar.

"Untung macet yah." Rian menggerutu lirih

"Hah?" tanya Dea tak terlalu mendengar jelas kata-kata Rian

"Iya.. untung macet." ulangi Rian

"Kok untung?''

"Ya untung, jadi punya waktu lebih lama berdua sama kamu." Rian menatap ke arah Dea membuat sedikit merona karna malu.

Dea hanya terdiam, tidak lagi punya simpanan bahan obrolan karena mendadak terserang malu. Rian mencoba mencairkan suasana dengan obrolan yang membuat mereka tertawa.

Sampai juga di kost.

"Tunggu, gue bukain pintu mobilnya." Rian buru-buru keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Dea

"Apa sih, kak. Repot-repot." Dea menolak halus tapi keburu Rian sudah membukakan pintunya

"Untuk tuan putri saya harus melayani dengan baik." jawab Rian menyilakan Dea turun dari mobil

"Terima kasih. "Dea tersenyum menyambut Rian, "Makasih banyak ya kak udah kasih tumpangan." lanjut Dea setelah keluar dari mobil

"Sama-sama, gue seneng bisa kasih cewek cantik tumpangan. he he he." rayu Rian, "Eh, maaf langsung aja yah udah sore banget nih harus ke kantor sana." kata Rian buru-buru masuk ke mobilnya."

"Iya kak hati-hati." Dea melambaikan tangan saat mobil Rian melaju dari depan rumah kostnya.

Rian melajukan mobilnya menuju kantor cabang yang dituju. Wajahnya begitu sumringah, hatinya berbunga-bunga seperti musim semi mengingat beberapa saat bisa bercanda dan berdua dalam satu mobil meski singkat tapi sangat berkesan.

Sepanjang jalan raut wajahnya sangat cerah. Ingin rasanya menghentikan waktu, agar bisa lebih lama bersama. Musik dari radio pun ia keraskan volumenya dan ikut menyanyikan beberapa lagi yang diputar sebagai ekspresi bahagia hatinya.

***

Terpopuler

Comments

Ima Kristina

Ima Kristina

sepertinya Dea hanya menganggap Rian Abang nya... kayaknya perasaannya lebih condong ke Abi....

2024-11-01

1

tenguyakuza

tenguyakuza

Rian dewasa banget kayaknya sih..JD bikin nyaman

2024-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!