Kau Fitnah Aku, Ku Jebak Daddy Mu

Kau Fitnah Aku, Ku Jebak Daddy Mu

Awal bermula kehancuran

"Aku Galih Abdi. Hari ini juga aku menjatuhkan kamu talak 3, dan mulai hari ini, kau bukan istriku lagi!" Lantang Galih menceraikan istrinya sambil meletakkan di hadapan wanita itu surat penceraian yang ternyata sudah dia siapkan dari beberapa hari sebelum Indira melahirkan.

Kaget, sedih, kecewa, sakit, marah, bercampur menjadi satu dalam diri wanita berusia 20 tahun itu saat melihat surat cerai di hadapannya yang di letakkan oleh pria yang begitu ia cintai.

Belum hilang rasa sakit di bahagian kewanitaannya karena baru saja 30 menit ia selesai dan selamat melahirkan benih pria itu, bukannya mendapat kebahagiaan yang dia harapkan, tapi pria itu menceraikannya dengan nada lantang dan nyaring.

Tubuhnya bergetar mengambil lembaran kertas di hadapannya. Ia membaca seperti tak percaya dengan apa yang dia lihat, ternyata pria itu benar-benar ingin menceraikannya.

Mengangkat padangan dengan kedua pipi semakin deras di banjiri air mata, dadanya terasa begitu sesak saat melihat Gladis sahabat baiknya sedang memeluk lengan si sang suami terlihat mesra.

"M-Mas... A-apa maksudnya ini? Kenapa kau tega menceraikan aku, Mas? Kenapa? Belum 1 jam aku melahirkan buah hati kita, tapi kau sudah menceraikan aku, Mas. Kenapa? Aku salah apa padamu, Mas?"

"Dan ada hubungan apa, Mas Galih dengan Gladis, Mas?" Lanjut Indira dengan suara bergetar hebat.

Galih mendekati istrinya kemudian memperlihatkan foto-foto Indira bersama seorang pria yang terlihat begitu mesra, dan ada berapa foto-foto Indira yang tidur bersama Bagus salah satu sahabat Galih.

Indira menggeleng keras, "Tidak, Mas! Mas Galih jangan percaya dengan apa yang, Mas Galih lihat ini! Ini semua tidak benar, Mas! Aku tidak memiliki hubungan apapun dengan Mas Bagus, Mas! Tolong percaya sama aku...." Indira menangis dan berusaha meraih tangan Galih, tapi secepat kilat pria itu menarik tangannya untuk menjauh.

"Jangan menjadi wanita munafik dan merasa dirimu lah yang paling terzholimi." Sinis Galih.

"Kau tidak bisa mempercayai foto-foto ini begitu saja, Mas! Aku tidak pernah melakukan apa yang ada dalam foto ini! Ku mohon percaya padaku, Mas! Aku tidak pernah selingkuh dengan siapapun termasuk Mas Bagus... Tolong percaya sama aku, Mas!" Indira menangis semakin deras dan terus berusaha memohon pada pria itu.

"Cukup! Indira! Aku sudah mengatakan talak dari bibirku, itu artinya aku sudah menceraikan kamu! Dan tentang hubungan aku dengan Gladis, aku sudah menjalin hubungan dengan Gladis selama 6 bulan, dan saat ini Gladis sudah mengandung anakku."

"Aku memutuskan selingkuh saat mengetahui jika ternyata kau juga selingkuh dan tidur bersama laki-laki lain di luar sana, bahkan sampai kau hamil."

"Dan lagi, kau ambil saja anak haram yang baru setengah jam itu kau lahirkan, aku tidak ingin melihat, apa lagi sampai menyentuh anak haram itu!" Ucap Galih menghancurkan hati Indira sehingga tak berkeping.

Indira menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang dia dengar. Ternyata suaminya itu menganggap dia hamil anak orang lain, dan lagi pria itu juga terang-terangan memberitahukan padanya tentang perselingkuhannya dengan sahabat baiknya Gladis yang ternyata duri dalam daging.

Indira tak mampu mengeluarkan kata-kata lagi melihat semua fitnah yang telah Gladis lakukan itu.

Galih mengambil pulpen dari dalam sakunya kemudian memberikan pulpen tersebut pada Indira yang tak berdaya meski hanya untuk membela diri sedikitpun.

"Tandatangani surat penceraian ini, setelah itu kita berdua resmi bercerai. Dan ingat, kau jangan memperlihatkan wajahmu lagi di hadapan ku, setelah kita resmi bercerai, aku jijik melihat mu. Tidak ada nafkah lagi dariku, karena anak yang baru saja kau lahirkan itu bukan darah daging ku!"

"Aku juga mengharamkan sepeserpun uang untuk aku berikan padamu, dan juga pada anak haram itu!" Tegas Galih melempar pulpen tepat mengenai dahi Indira yang menyebabkan dahi gadis malang itu terluka.

Berusaha menegakkan hati yang terasa begitu rapuh atas tuduhan dan hinaan yang di ucapkan oleh Galih. Dengan tangan bergetar menahan sakit pada sekujur tubuhnya yang tak kalah sakit hatinya sehingga menjadi luka tak berdarah. Akhirnya wanita lemah itu menandatangani surat perceraiannya dengan Galih dan keduanya resmi bercerai.

Galih mengambil surat cerai tersebut tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi dan langsung keluar dari ruangan Indira di rawat. Gladis tak langsung menyusul Galih keluar, ia mendekati Indira dengan tatapan sinisnya.

Gladis tersenyum miring dengan angkuh mengangkat dagu Indira agar bisa melihat wajahnya.

"Mau aku kasih tau satu rahasia?" Ucap Gladis tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Ia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu dan berbisik, "Aku yang telah memfitnah mu, Indira. Kau yang terlalu polos atau memang terlalu bodoh, aku sudah lama mendambakan suami mu yang tampan itu. Dan......" Menggantung ucapannya dengan bibir semakin di dekatkan pada kuping Indira.

"Suara desahan yang sering kau dengar setiap malam, itu adalah suara desahan ku yang berasal dari kamar tamu setiap kali aku menginap di rumahmu. Tentu saja kau tahu aku melakukannya dengan siapa." Gladis tak lagi menyembunyikan semua kebusukannya pada Indira yang terdiam membeku mendengar pengakuan Gladis.

Iya, benar selama ini Indira sering mengadu pada temannya itu jika dia seperti selalu mendengar suara desahan dari arah yang dia sendiri tak tahu.

Dan rasa penasaran itu akhirnya terjawab setelah Gladis sendiri yang mengakui kelakuan tidak wajarnya pada Galih waktu itu masih status suaminya.

"Kenapa kau tega melakukan ini padaku, Gladis? Padahal kita sahabat baik sudah cukup lama. Tapi kenapa kau tega pada ku?" Suara bergetar dari bibir gadis itu bertanya pada Gladis.

Gladis mengangkat bahu acuh, "Singkat saja alasannya, itu karena aku menyukai dan mendambakan suami mu." Jawab Gladis membalik badan kemudian pergi begitu saja dari hadapan Indira tanpa rasa bersalah.

Indira menangis sejadi-jadinya tak pernah membayangkan akan seperti itu nasibnya. Ia tak menyangka jika Gladis adalah sahabat yang akan menghancurkan rumah tangganya.

Seperti itulah sebuah kehidupan, jika kita baik, kadang orang-orang memanfaatkan kebaikan kita, tapi jika kita jahat, maka orang-orang juga akan menjauhi kita. Hidup tidak ada yang sempurna, kadang ada suka, dan kadang ada duka.

Mempercayai seseorang itu bisa, tapi di cukupkan saja dengan porsi yang wajar, begitu pun sebaliknya, membenci seseorang itu juga bisa, tapi cukup dengan sewajarnya saja. Karena saat kematian menjemput, hanya pada orang-orang sekeliling kitalah yang kita harapkan untuk mengangkat jasad kita. Karena sepanjang sejarah, belum ada manusia yang mati dan menguburkan dirinya sendiri.

Tak sampai di situ, tiba-tiba saja ponsel Indira berdering.

Dengan tangan lemah ia berusaha mengangkat panggilan tersebut.

"Hello, Assalamualaikum, Indira." Kata seseorang dari seberang panggilan.

"Waalaikumussalam." Jawab Indira bersamaan alisnya mengerut sambil berusaha menahan tangisnya agar tidak terdengar oleh orang di seberang panggilan.

"Maaf, Indira. Tapi, Ayahmu baru saja meninggal akibat kecelakaan." Kata orang di seberang panggilan terdengar cemas.

Terpopuler

Comments

Lily Miu

Lily Miu

jahat banget

2024-05-28

0

Astrid Bakrie S

Astrid Bakrie S

Assalamualaikum aq mampir

2024-05-11

1

guntur 1609

guntur 1609

telat lah..sdh dijatuhkan talak 3 percuma saja

2024-02-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!