Mira membuka pintu kamar saat mendengar seseorang mengetuk pintu kamar.
"Maaf, mengganggu waktu istirahat anda, Nyonya. Ini koper, Nyonya." kata pengawal yang membawa koper Indira dan di berikan padanya.
"Terima kasih, pak. Tapi tolong jangan panggil aku dengan sebutan 'Nyonya' itu kedengarannya sangat asing bagi ku. Dan aku merasa terlalu tua," Indira tak suka dengan panggilan pengawal itu.
"Tapi saya takut nanti di marah sama Tuan saat tidak memanggil anda, dengan sebutan Nyonya," kata pengawal.
Indira akhirnya memilih tak menjawab dan membiarkan saja pengawal itu memanggilnya dengan sebutan Nyonya. Kan tidak ada yang salah dengan panggilan itu. Tapi... Arh, sudah lah. Indira malah berdebat dengan dirinya sendiri.
"Terima kasih, Pak." mengambil kopernya.
"Sama-sama, Nyonya."
,,,
Saatnya untuk makan malam. Semua orang berkumpul di meja makan bersiap untuk menyantap makanan.
Terlihat wajah Gladis dengan ibunya yang kesal karena Indira belum juga turun dari kamarnya.
"Daddy! Istri muda, Daddy. Itu kemana sih! Aku ini sudah laper banget tauk!" Ketus Gladis mendapat tatapan tajam dari sang Daddy.
"Daddy, tidak pernah mengajar mu bersikap tidak sopan pada kedua orang tuamu, Gladis!" Tegas Calvin menatap putrinya.
Zilva menendang kaki putrinya di bawa meja sambil melototi putrinya yang tidak sopan pada Daddy-nya.
"Minta maaf sama, Daddy!" Zilva kembali melototi Gladis.
"Maaf, Daddy." Ucap Gladis terlihat bertambah kesal akibat ulah Indira yang telat ke meja makan ia berakhir di marahi dengan Calvin.
Ini semua gara-gara wanita jal*ng itu!. Gladis benar-benar geram.
"Maaf, aku telat." Kata seseorang yang di tunggu sejak tadi.
Gladis semakin menatap benci dengan Indira yang menunjukkan wajah tak bersalah karena ia begitu telat.
"Kenapa kau lambat sekali, Indira?" Suara Calvin terdengar sedikit dingin karena ia tahu pasti Indira sengaja turun terlambat agar gadis itu bisa mencipta keributan.
"Ah, maaf, sayang. Aku baru saja selesai memakai cream malam. Itukan juga buat kamu jika aku cantik, bukan buat brondong..." Ucap Indira menyindir tepat mengenai sasaran.
Zilva memegang erat sendok di tangannya saat mendengar sindiran Indira sembari menatap benci pada wanita itu.
"Duduk dan makan. Belajarlah bersikap dewasa." Calvin terlihat marah dengan sikap Indira.
Kau marah padaku? Baiklah, aku akan belajar bagaimana bisa bersikap dewasa. Batin Indira tersenyum tipis kemudian mengambil posisi duduk di dekat Calvin.
"Sayang, apa kau bisa makan udang?" Tanya Indira.
"Tidak usah sok romantis! Kau itu cocoknya jadi anak Daddy! Bukan malah menjadi istrinya dengan panggilan lebay mu itu!" Kata Gladis tak bisa mengontrol diri melihat tingkah genit Indira pada Daddy-nya.
Terlihat Indira mengetuk-ngetuk dagunya seperti sedang berpikir, "Tapi sayangnya aku tidak memiliki ibu lagi, ya sudah, lebih baik aku saja yang menjadi istri Daddy mu. Bukan begitu, sayang?" Tanya Indira pada Calvin yang sedang menikmati makanannya.
"Mungkin." Jawab Calvin hanya seadanya.
"Kalau pelakor memang tidak punya rasa malu." Sinis Zilva ikut terpancing dengan sikap Indira meskipun ia sudah berusaha menahan diri sedari tadi, tapi menghadapi Indira yang seolah menyalahkan api di tengah-tengah, siapapun pasti ikutan panas karena berada di sana.
Jujur saja, kehadiran Indira dalam rumah itu mulai mengguncang ketenangan penghuni-penghuni Mension tersebut. Dan para mereka tak tahu itulah yang di inginkan oleh Indira, gadis itu tak rela melihat kehidupan Gladis bisa kekal bahagia dengan tenang. Tapi Indira tak menyadari jika Calvin tahu isi otaknya.
"Di rumah ini banyak cermin, tapi kok orang-orang banyak tidak melihat dirinya, ya? Hahahaha" ucap Indira tertawa garing.
"Indira!" Terdengar suara Calvin menghentikan tawa gadis itu.
"Baik, sayang. Aku akan diam." Mengedipkan satu matanya dan mulai makan.
Percaya lah, Gladis bersama ibunya sudah terbakar api amarah melihat tingkah kurang ajar yang di tunjukkan Indira pada mereka berdua. Makanan yang berada di hadapan ibu dan anak itu terasa menjadi hambar seketika setelah kehadiran Indira.
Benar-benar wanita pembuat masalah, kau tunggu saja. Sebentar lagi kau pasti tidak akan bisa tersenyum seperti itu lagi. Batin Gladis tersenyum licik mengingat perhiasan yang sudah ia masukkan ke dalam koper Indira berniat ingin memfitnah wanita itu lagi.
Tiba-tiba saja Indira merasa mual lagi. Tapi ia berusaha menahan rasa mual-nya itu.
Selesai makan malam, Calvin langsung naik ke kamar. Ya tentu saja ia ke kamar istri mudanya, karena malam ini adalah malam pertama, eh, ralat. Malam kedua bagi pengantin baru itu.
"Indira!" Suara Galih yang memanggil nama mantan istrinya saat Indira berjalan menuju kamarnya.
Wanita itu menghentikan langkah kaki dan menoleh ke arah Galih, "Ada apa? Apa kau sedang memanggil ku?" Tanya Indira berpura-pura tak tahu.
"Apa pria dalam dunia ini sudah habis? Sehingga kau memilih menikah dengan Daddy istriku?" Tanya Galih terdengar nada tak senang.
"Tidak, tapi aku suka dengan laki-laki kaya," tersenyum tanpa dosa.
"Kau jangan bohong, Indira! Aku tahu kau menikah dengan Daddy istriku, pasti karena kau mempunyai tujuan, iya kan!" Tebak Galih.
"Kau terlalu kepo. Apa sebegitu pentingnya tentang diriku pada mu?" Sinis, "Seharusnya kau mengambil kaca dan bercermin lihat dirimu sendiri, daripada kau mengurusi sesuatu yang bukan urusan mu!" Sinis Indira melangkah meninggalkan Galih yang terdiam seribu bahasa.
Tak di nafikan, ada perasaan menyesal dalam diri pria itu karena sudah menceraikan Indira yang kini berlipat kali lebih cantik dari yang dulu.
Cklek!
Indira membuka pintu kamar. Ia melihat Calvin yang sedang duduk di atas sofa membaca surat kabar di tangannya.
Gadis itu mendekat dan duduk di sebelah Calvin.
"Om, belum tidur?" Tanya Indira kini kembali memanggil Calvin dengan sebutan 'Om' berbeda dengan panggilannya di meja makan tadi.
"Hm." Calvin hanya berdehem.
Ck!
Indira mengambil remote TV dan menghidupkan TV tersebut dengan suara besar untuk menarik perhatian Calvin.
"Indira." Calvin menegur istrinya yang membesarkan suara televisi.
Bukannya mendengar, ia malah menambah kebesaran suara TV itu.
Calvin menyimpan surat kabarnya dan melihat Indira yang sedang menahan tawa.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Calvin.
"Tidak, aku hanya ingin mengganggu, Om." Ucap Indira tersenyum manis.
"Seperti ini?" Calvin mendorong tubuh wanita itu dan menghimpitnya.
Keduanya saling tatap yang menimbulkan getaran dalam dada Indira.
Ada perasaan aneh yang ia rasakan saat melihat wajah tampan Calvin yang menawan berada sedekat itu padanya.
Calvin mengikis jarak di antara mereka, sehingga membuat Indira refleks menutup kedua bola matanya.
1.... 2.... 3...
Indira menyerjit saat ia tak merasa adanya sentuhan seperti yang berada di otaknya.
Saat netranya terbuka. Ia melihat Calvin yang masih menatapnya.
"Kenapa kau menutup mata mu? Apa yang kau harapkan?" Tanya Calvin berniat mengerjai gadis itu.
Blush..
Benar saja, terlihat merah muda yang tergambar jelas di kedua pipi putih Indira karena menahan malu.
"A-apa yang aku harapkan!" Indira mendorong tubuh Calvin kemudian berdiri dan ingin melangkah ke tempat tidur.
"Kau mau kemana?" Tanya Calvin saat melihat Indira berjalan ingin masuk ke dalam kamar mandi.
"Tidur." Jawabnya.
"Kau ingin tidur dalam kamar mandi?" Calvin berusaha menahan tawanya melihat Indira yang salah tingkah padahal ranjang begitu besar tapi ia malah tak melihat.
Bodoh! Kenapa kau menunjukkan kebodohan mu di hadapan pria itu!. Ketus Indira dalam hati naik ke atas ranjang langsung menutup tubuhnya dengan selimut hingga tak terlihat.
Calvin menggeleng dengan tingkah Indira. Lelahnya sedikit mengurang melihat istri mudanya yang menggemaskan.
,,,
"Daddy!" Teriak Gladis menggedor-gedor pintu kamar Daddy-nya.
"Daddy!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Ndut Nisa
mulai drama gladis
2024-01-19
5
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
hehehe...pelakon utamanya sudah naik diatas pentas, utk merealisasikan fitnah kpd Indira.... 😅😅🤭🤭
2023-12-18
2
Nar Sih
permainan gladis di mulai ,ayoo indira semgatt jgn klh dari ank tiri mu juga mantan sahabat durjana mu,lanjutt bunda👍🥰🥰
2023-12-04
2