"Aku sedang bertanya pada mu, Indira! Kau dari mana saja! Apa yang kau lakukan di rumah b*rdil itu? Ada keperluan apa kau sampai berani datang ke sana?"
Kembali terdengar pertanyaan Calvin saat Indira hanya bisa diam bingung bagaimana caranya agar dia bisa menjelaskan apa yang dia lakukan di rumah b*rdil itu.
Tiba-tiba Mira merasa kepalanya pusing. Ia langsung saja memegang kepalanya.
Calvin yang melihat itu menghampiri Indira, "Kau tidak apa-apa?" Nada Calvin yang tadinya terdengar menyeramkan kini berubah menjadi lembut seketika saat melihat Indira seperti sedang menahan rasa pusing.
"Aku tidak apa-apa..." Jawab Indira.
"Ayo kita ke rumah sakit," ajak Calvin.
"Tidak usah, aku baik-baik saja."
"Indira!" Suara tegas.
Akhirnya Indira hanya bisa mengangguk dan menuruti keinginan pria itu.
,,,
"Mas? Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Gladis pada suaminya karena ia menemukan pria itu berjalan keluar dari hotel.
Terlihat gelagapan, "T-tadi aku ada bertemu rekan kerja di sini sayang," jawab Galih beralasan.
"Oh. Kirain apa yang kamu lakukan di sini," Gladis percaya begitu saja apa yang di katakan oleh Galih tanpa curiga sedikitpun.
"Memang apa yang ingin aku lakukan di sini sayang... Tentu saja aku lagi ada keperluan," memeluk pinggang istrinya.
"Sudah selesai urusannya?"
"Iya sudah. Ayo kita pulang." Galih menarik tangan istrinya sambil bernafas lega.
Iya, ternyata Galih sudah beberapa bulan ini menyelingkuhi Gladis. Hanya saja wanita itu tak tahu jika sebenarnya suaminya tidak setia padanya. Tapi karena Gladis begitu mencintai si suami, ia percaya begitu saja apapun yang di katakan oleh Galih padanya.
Bruk!
"Arkh!" Teriak Gladis memegang lengannya kemudian menatap tajam pada seorang wanita yang berumur sekitaran 39 tahun.
"Apa kau buta!" Ketus Gladis pada wanita yang sudah berumur tapi terlihat masih begitu cantik.
"Maaf." Hanya satu kata yang keluar dari bibir wanita itu.
"Maaf, maaf.. Aku tidak butuh maaf mu! Makanya lain kali kalau berjalan pakai mata dong! Jangan malah melamun!" Gladis terus saja marah-marah dengan wanita itu.
"Sudah Gladis. Mari kita pergi." Ajak Galih mengehentikan istrinya yang terus memarahi wanita yang di perkirakan seumuran dengan mommy Gladis itu.
"Dasar! Gara-gara kamu! Mood ku jadi berantakan!"Gladis masih mengeluarkan umpatan-umpatan dari mulutnya kemudian melangkah pergi bersama suaminya.
Wanita itu hanya diam menatap punggung Gladis yang pergi sambil terus mengoceh tidak jelas.
"Anda tidak apa-apa, Miss?" Tanya seorang wanita Asisten dari wanita tadi.
"Aku tidak apa-apa. Ayo cepat, kita harus segera tiba di rumah client. Karena acaranya besok akan di langsung kan, malam ini juga kita harus bisa menyiapkan persiapannya." Kata wanita biasa di sapa Alya yang langsung mendapat anggukan dari Asistennya.
,,,
Calvin tersenyum bahagia setelah dari rumah sakit dan mengetahui istrinya ternyata sedang hamil dan sudah jalan selama 3 minggu lebih.
Indira melihat aneh ke arah pria yang sedang menyetir mobil itu. Ada apa dengannya? Apa dia sebahagia itu setelah mengetahui aku sedang hamil anaknya? Dari rumah sakit lagi dia terus tersenyum. Dia bahkan seperti melupakan pertanyaannya tadi pada ku... Hm... Aku malah merasa serem melihat pria ini. Batin Indira aneh melihat ke arah suaminya terus menerus.
"Ada apa? Dari tadi kau terus melihat ku?" Tanya Calvin melempar senyuman pada Indira.
Sungguh ekspresi di luar dugaan. Dia benar-benar aneh. Batin Indira masih sibuk dengan pikirannya tentang Calvin yang berubah aneh menurutnya, karena pria itu jarang sekali tersenyum sebelumnya, tapi saat mengetahui Indira hamil. Calvin berubah terus tersenyum membuat Indira malah merinding.
"T---" ucapan Indira terhenti saat melihat ada 2 orang wanita yang sedang mengecek mobilnya.
"Stop! Sebentar, Om. Sepertinya mobil mereka mogok deh. Mari kita lihat sebentar." Ajak Indira pada Calvin saat mobil pria itu sudah terparkir di pinggir mobil kedua wanita tersebut.
Calvin tak membantah, malah dengan senang hati ia langsung turun dari mobil mengikuti punggung Indira yang sudah berdiri di dekat wanita yang sedang memeriksa mobilnya.
"Maaf, ada apa dengan mobilnya, Mbak?" Tanya Indira sopan.
Wanita yang di tanya mengangkat pandangan melihat ke arah Indira dan Calvin yang sudah berdiri di sebelah istrinya.
DEG!
Tatapan mata Calvin bertemu dengan tatapan wanita itu.
"Calvin?" Bola mata wanita itu berkaca-kaca menatap pria yang sangat ia rindukan.
"Alya?" Gumam Calvin juga tertegun seperti tak percaya dengan apa yang dia lihat.
..._Flash Back_...
Plak!
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Calvin. Saat itu dia masih berusia 19 tahun dan masih kuliah.
"Bikin malu! Ayah mengantar mu kuliah untuk belajar! Bukan untuk mencoreng nama baik Ayah!" Marah Ayah Calvin menggebu-gebu.
Calvin memegang wajahnya, "Apa yang Ayah katakan? Memang apa yang sudah Calvin lakukan, Ayah?" Tanya Calvin kecewa dengan sikap Ayahnya yang tiba-tiba saja menamparnya tanpa sesuatu yang jelas.
Terlihat amarah yang semakin berkilat dari kedua bola mata pria paruh baya itu.
"Kau tanya kenapa? Kau lihat wanita itu! Wanita itu datang kemari dan memberitahukan pada Ayah jika dia sedang hamil anak mu!" Kata Rama menunjuk ke arah Zilva.
"Apa?" Calvin terkejut mendengar ucapan sang Ayah.
Calvin melihat ke arah Ibunya yang sudah menangis dan begitu kecewa dengan kelakuan putra satu-satunya.
"Apa yang sudah kau lakukan, nak? kenapa kau tega mempermalukan kami seperti ini?" Tanya ibu Calvin mengusap air mata.
"Zilva! Kau jangan mencoba untuk memfitnah ku, Zilva! Katakan sejujurnya pada Ayah dan ibu ku! katakan jika kau hanya berbohong, Zilva!" Bentak Calvin menatap Zilva dengan mata memerah.
Zilva menggeleng pelan dengan pipi yang di banjiri air mata, "K-kenapa kau tidak mau mengakuinya? Apa kau lupa jika kau yang sudah membuat aku hamil? Kenapa sekarang kau malah menyangkalnya?" Ucap Zilva berdusta.
Calvin di selimuti amarah. Ingin sekali dia menampar wajah wanita munafik itu.
"Kau jangan mencoba untuk memfitnah ku, Zilva! Aku tidak pernah meniduri mu! Lalu bagaimana kau bisa hamil anak ku!" Teriak Calvin marah.
"Cukup Calvin! Kenapa kau melakukannya jika kau tidak mau bertanggungjawab!" Ibu Calvin juga mulai angkat bicara berpikir jika putranya sedang berdusta.
"Dia itu yang berbohong, ibu... Percaya sama Calvin, Bu... Bukan Calvin yang menghamilinya..." Ucap Calvin terlihat putus asa menatap ibunya untuk memohon agar ibunya percaya jika bukan dia yang sudah menghamili Zilva.
Buk!
Terdengar suara jatuh dari arah pintu. Calvin dan yang lain melihat ke arah sumber suara jatuh.
"A-Ayla..." Ucap Calvin menyebut nama wanita yang sangat dia cintai dan mereka juga sudah menjalin hubungan selama keduanya masih duduk di bangku SMA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Lily Miu
oalah ternyata zilva emang kurang ajar.... kasian hidupnya calvin
2024-05-30
0
Lily Miu
dasar galih gila
2024-05-30
0
Memyr 67
𝗽𝗮𝗻𝘁𝗲𝘀𝗮𝗻 𝗴𝗹𝗮𝗱𝘆𝘀 𝗸𝗲𝗹𝗮𝗸𝘂𝗮𝗻 𝗸𝗮𝘆𝗮𝗸 𝗴𝗶𝘁𝘂, 𝗽𝗲𝗿𝘀𝗶𝘀 𝗶𝗯𝘂𝗻𝘆𝗮. 𝘁𝘂𝗸𝗮𝗻𝗴 𝘇𝗶𝗻𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝘂𝗸𝗮𝗻𝗴 𝗳𝗶𝘁𝗻𝗮𝗵.
2024-02-17
1