Ciut

Glek!

Tanpa sadar Indira menelan salivanya melihat layar televisi yang menampilkan gosip hoax tentang dirinya. Tetapi balik lagi soal dia yang masuk ke dalam rumah b*rdil, itu benar-benar nyata dan bukan hoax atau editan semata.

Siapa yang sudah menyebarkan gosip palsu ini?. Batin Indira masuk ke dalam ruangan tempat temannya di rawat.

"Ada apa, Tante?" Tanya Mesa menangkap kekhawatiran di wajah wanita itu.

"Tante tidak apa-apa, Mesa." Tersenyum pada gadis polos itu.

"Beneran, Tante?"

"Iya." Jawab Indira tersenyum manis.

,,,

"Mas! Lihat apa yang di lakukan oleh wanita murahan yang kau nikahi itu, Mas! Ternyata dia juga seorang p*cur! Apa wanita dalam dunia ini sudah habis! Sehingga kamu memilih menikah dengan wanita seperti itu!" Zilva langsung menyembur suaminya sebaik saja pria itu tiba di rumah.

Calvin bukannya menjawab, ia hanya diam melangkah melewati Zilva begitu saja tanpa ingin peduli.

"Calvin! Aku sedang berbicara padamu!" Zilva semakin marah tak terkendali melihat acuh tak acuh Calvin padanya.

"Aku lelah, Zilva. Bisakah kau sedikit lebih bersikap dewasa?" Ucap Calvin.

"Seharusnya kau yang harus bersikap dewasa, Mas! Kenapa kau mau menikah dengan wanita seperti itu! Gosip tidak baik itu bisa saja menghancur kan karirmu! Apa kau tidak takut! Indira adalah ancaman terbesar bagi keluarga ini! Kenapa kau tidak ceraikan saja dia!" Pekik Zilva menggebu-gebu.

"Aku tidak masalah soal itu." Jawab Calvin.

Jawaban yang sangat sederhana tapi berhasil membeku kan bibir Zilva tak mampu berkata lagi.

Apa katanya tadi? Dia tidak perduli soal itu? Apa dia baru saja mengatakan jika dia tidak perduli dengan jabatannya? Santet apa yang sudah terkena dengannya? Apa janda itu menggunakan santet untuk memenangkan hati Calvin? Tidak! Ini tidak bisa di biarkan. Aku harus berbuat sesuatu. Batin Zilva cemas.

Indira yang sudah berada di depan rumah Calvin menarik nafas dalam menyiapkan diri apa yang akan di katakan oleh suaminya nanti setelah ia berhadapan dengan pria itu.

Mulai melangkah masuk ke dalam meski hatinya di selimuti kegelisahan.

Semoga saja dia tidak akan marah. Batin Indira meremas jemari tangannya terus melangkah masuk ke dalam.

"Akhirnya kau pulang juga!" Teriak Zilva berjalan cepat dan langsung menarik kasar rambut Indira.

"Lepas! Apa yang Tante lakukan!" Kata Indira berusaha melepaskan rambutnya dari tangan Zilva.

"Mampus, kau!" Semakin mengeras tarikannya.

"Jangan salahkan aku kalau aku menyakiti, Tante!"

"Arkhhh!" Teriak Zilva karena Indira benar-benar menarik rambutnya kuat.

"Apa yang kalian berdua ini lakukan!" Calvin datang menghentikan pertengkaran keduanya.

Indira dan Zilva melerai saat terdengar bentakan Calvin.

"Zilva! Masuk ke dalam kamar mu!" Titah Calvin menyorotnya.

Zilva yang melihat raut wajah marah Calvin akhirnya tak berani untuk membantah lagi dan langsung saja masuk ke dalam kamarnya.

"Indira! Ikut aku kekamar!" Suara tegas Calvin berhasil membuat Indira juga menciut.

Sial! semua ini gara-gara lampir itu aku pasti akan di hukum. Batin Indira menyusul Calvin ke lantai atas.

"Dari mana saja kau, Indira?" Tanya Calvin berhasil membungkam mulut gadis itu.

Tatapan mata Calvin yang tajam berhasil membuat Indira ciut seketika. Indira ayo lah Indira... Kemana saja keberanian mu yang penuh ambisi itu Indira... Kenapa sekarang kau malah menjadi pengecut dan seperti istri yang sedang kepergok berselingkuh, Indira. Batin Indira berusaha tenang sambil mencari alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Calvin padanya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***