Skakmat

Galih menoleh ke arah mantan istrinya setelah setahun keduanya bercerai ini adalah pertemuan pertama mereka. Galih juga terlihat sedang mendorong bayi yang di perkirakan berusia 6 bulan anak dari hasil perselingkuhan keduanya.

"Hay, Indira, kau apa kabar? Ternyata kau masih hidup, ya?" Tanya Gladis mengejek wanita itu.

"Hah! Kenapa dengan wajah mu? Kenapa wajah mu di perban? Apa kau sedang sakit?" lanjut Gladis ingin menyentuh pipi Indira yang langsung di tepis oleh wanita itu.

"Kenapa? kau kecewa karena aku masih hidup? aku pikir hanya hidup ku yang menyedihkan, ternyata kau lebih menyedihkan di bandingkan aku, karena hanya dengan cara merampas suami orang dan hamil, baru kau bisa memiliki keluarga kecil sendiri," sindir Indira membuat wajah Gladis berubah seketika. Wajah wanita itu menggambarkan kemurkaan.

Indira tersenyum miring kemudian merapatkan tubuhnya ke tubuh Gladis membisik wanita itu.

"Aku penasaran, bagaimana ya rasanya merebut suami orang?" Bisik Indira yang hanya bisa di dengar oleh keduanya.

Sedangkan Galih hanya diam memperhatikan penampilan mantan istrinya yang terlihat sangat cantik dan menggoda dengan body bohay meski setengah wajahnya di perban, tapi tidak bisa menutupi kecantikannya. Jujur saja Galih terpesona dengan kecantikan mantan istrinya yang sudah banyak berubah.

Gladis mengepal kedua tangan mengira Indira berniat merampas Galih darinya dengan mengandalkan kecantikannya. Tapi Indira salah, itu bukan tujuan Indira.

Pemikiran Gladis tentu saja di ketahui oleh Indira. Indira kembali menyeringai, "Tapi aku tidak tertarik dengan mantan, karena mantan itu tempatnya di tempat sampah, ups... Ralat, dia seharusnya di tempatkan dengan bahan organik, karena sudah tidak bisa di olah lagi" bisik Indira lagi sambil terkikik geli dengan ucapannya dan melihat ekspresi Gladis yang semakin marah.

Tadi Gladis berniat ingin merendahkan dan menyakiti hati Indira, tapi tak di duga malah dia lah yang emosi berhadapan dengan wanita itu.

Indira memeluk bahu Gladis, "Kau tahu? Ternyata menikmati malam panas dengan seorang yang usianya jauh di atas kita itu, jauh lebih nikmat dan membuat ku ketagih...." kata indira tersenyum.

"Apa maksudmu?" Tanya Gladis dengan perasaan berdebar-debar sedikit bisa membaca arah pembicaraan Indira

"Aku penasaran bagaimana jika sampai aku bisa memiliki seorang anak dari Daddy mu? Pasti akan sangat seru, apa lagi jika anak ku berkelamin laki-laki, sudah pasti hampir semua harta kekayaan Daddy mu akan jatuh ke tangan anakku," ucap Indira membuat jantung Gladis ingin meloncat keluar.

Deg!

Jika dulu Gladis yang membuat Indira terkejut atas pengakuannya, kali ini keadaan seolah berbalik, apa yang di rasakan Indira dulu, kini di rasakan oleh Gladis sang sahabat pengkhianat.

"Jika itu sampai terjadi, aku yakin, laki-laki yang sangat kau banggakan dan kau cintai itu, dia juga pasti akan membuang mu, seperti mana dia membuang ku dulu," Skakmat.

Lidah Gladis kelu dan tidak bisa mengeluarkan sepatah katakan pun lagi untuk menjatuhkan Indira yang mulai menjadi api perlahan akan membakarnya sedikit demi sedikit.

"Daddy ku tidak akan menyukai wanita murahan seperti mu!" Gladis mendorong tubuh Indira agar menjauh darinya.

"Kau yakin?" Tanya Indira tersenyum penuh arti dan menoleh ke arah Galih yang masih menatapnya kagum akan kecantikan mantan istrinya.

"Perempuan gila!" Teriak Gladis menggebu-gebu.

"Aku gila karena kau, sobat." Ujar indira beredar dari hadapan Gladis yang semakin di selimuti emosi.

Sebelum Indira pergi, ia mengedipkan satu mata indahnya ke arah Calvin dengan gaya centil menggoda pria itu. Calvin ternyata berada di sana berdiri tak jauh dari posisi mereka, ia juga memperhatikan putrinya dengan Indra. Calvin sengaja tak menghampiri keduanya karena di sana ada Galih, Calvin memang tidak menyukai menantunya itu dari pertama Gladis dan Galih menikah setahun yang lalu.

"Berhenti, kau!" Pekik Gladis ingin mengejar dan menjambak rambut Indira.

"Gladis, apa yang kau lakukan." Ucap Galih menahan lengan istrinya.

"Lepaskan aku! Biarkan aku memberi pelajaran pada p*l*r itu!" Gladis sangat marah.

Cih! Kau dengan ibumu yang p*lc*r, tapi kau malah meneriaki orang lain dengan gelaran yang pantas kalian sandang, cuih!. Batin Indira terus melangkah tak peduli dengan teriakkan dan cacian Gladis padanya.

,,,

Luka di wajah Indira sudah mulai membaik setelah melalui selama sebulan keluar masuk rumah sakit akibat ulah Zilva yang sudah melukai wajahnya.

Tapi jangan salah, luka di wajahnya itu tidak akan membuat seorang Indira jera dan berhenti dengan tekadnya untuk menjadikan Calvin suaminya dan berniat merampas semua harta kekayaan Calvin dari Zilva dan Gladis, ia berniat akan menghancurkan Gladis dengan mantan suaminya serta Zilva juga tidak lepas dari target wanita penuh obsesi itu untuk menundukkan keangkuhan Gladis.

Indira berdiri dengan kepala yang terasa pusing.

"Indira, kau tidak apa-apa?" Tanya pemilik Restoran tempat Indira bekerja sekaligus sahabat gadis itu.

Menggeleng, "Aku, tidak apa-apa. Hanya saja akhir-akhir ini aku merasa sering pusing, mungkin karena penyakit lambung ku yang sering kambuh." Jawab Indira memegang pelipisnya.

"Ya sudah, mari kita ke rumah sakit," Alpa memegang bahu Indira.

"Ada apa ini?" Tanya Sila (isteri Alpa) sambil melirik tangan suaminya yang memegang bahu Indira.

"Tidak ada apa-apa." Jawab Alpa menarik cepat tangannya dari bahu Indira. Karena Galih juga tahu istrinya tak menyukai Indira.

"Apa yang kau lakukan di sini, Mas? Kenapa tidak langsung pulang saja?" Tanya Sila berwajah sinis ke arah Indira.

Sebenarnya Sila tak mau jika Indira bekerja di Restoran suaminya, tapi karena Alpa memaksa, akhirnya dia hanya bisa pasrah. Tak jarang juga suami istri itu bertengkar semenjak Indira bekerja di sana. Apa lagi Indira wanita yang sangat cantik, jadi tak heran jika banyak yang sinis pada Indira yang berstatus janda muda.

"Ini juga baru mau pulang, sayang... Ayo.." Alpa menarik lengan istrinya untuk pergi dari sana.

"Jangan biarkan karyawan mu, selalu telat menutup Restoran ini, Mas. Siapa tahu saja mereka melakukan yang tidak-tidak di sini yang membuat tempat ini kotor seperti rumah bordil." Sindir Sila terang-terangan kemudian melangkah pergi.

Indira bukannya sakit hati, dia malah tersenyum menyeringai. Beruntung aku sudah mempunyai target, jika tidak, aku akan membuat mu menangis darah. Batin Indira tak mengambil hati sama sekali dengan sindiran Sila. Ia sudah terbiasa dengan sindiran-sindiran seperti itu, sudah seperti makanan sehari-hari untuknya.

Indira melangkah masuk ke dalam dapur berniat ingin mengecek apa saja yang kurang.

Tiba di depan pintu dapur, wanita itu tiba-tiba merasa mual saat mencium bau masakan dari dalam sana.

Indira mengurung niatnya ingin masuk ke dalam dan merasa perutnya seperti di aduk-aduk. Ia berlari cepat mencari wastefel saat merasa tak tahan lagi ingin memuntahkan makanannya.

"Uwek! Uwek!" Indira muntah-muntah.

Sebuah tangan kokoh mengusap lembut punggungnya.

"Kau, tidak apa-apa?"

Indira mengangkat pandangan melihat siapa gerangan yang mengajaknya berbicara sambil mengusap punggungnya.

Terpopuler

Comments

Lily Miu

Lily Miu

ealah pantesan ibu anak sama oh ternyata

2024-05-30

0

Erna Wati

Erna Wati

hamil ta?

2024-02-07

1

Ndut Nisa

Ndut Nisa

tokcer nih pak Calvin sekali ngadon langsung jadi kecebong nya

2024-01-19

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!