A

Indira membuka pintu kamar untuk Gladis yang sedang menggedor-gedor pintu dari luar.

"Daddy!" Pekik Gladis menerobos masuk ke dalam sambil menubruk bahu Indira dengan kasar.

"Ada apa, Gladis? Kenapa kau teriak-teriak?" Tanya Calvin.

"Daddy, mana gelang ku yang Daddy berikan saat aku ulang tahun, itu?" Tanya Gladis memeluk lengan Daddy-nya manja mulai menjalankan aksinya.

Mengerut, "Kenapa kau tanya, Daddy? Bukan kah kamu yang ambil dan menyimpannya di kamar mu?"

"Itu dia, soalnya kemarin itu Gladis pake, tapi lupa Gladis nyimpannya di mana..." Tentu saja Gladis sedang berbohong.

"Lalu? Kenapa kau tidak cari dulu?" Tanya Calvin sambil bersiap-siap.

"Aku sudah cari di mana-mana, Daddy. Tapi aku tidak menemukan gelang itu..." Gladis terus merengek seperti anak kecil.

"Nanti, Daddy. Belikan lagi." Ucap Calvin malas memperpanjang masalah.

"Nggak bisa gitu dong, Daddy... Itukan hadiah ulang tahun dari Daddy..." terus memaksa Daddy-nya.

"Baiklah, terserah kau saja. Ayo, mau cari di mana?" Tanya Calvin.

"Di mana ya? Kita cari dulu saja, deh." Ucap Gladis.

Akhirnya sebagian orang-orang penghuni rumah itu mencari gelang yang di maksud oleh Gladis.

Hampir 1 jam mencari gelang milik Gladis. Tapi masih tidak bisa di temukan.

"Sudah, Gladis. Daddy mau berangkat dulu pergi bekerja, nanti kita cari lagi." Kata Calvin.

"Tidak bisa gitu dong, Daddy... Kita kan masih memiliki satu tempat lagi untuk di periksa," ucap Gladis membuat orang-orang mengerut.

"Tapi, Nona. Seisi dalam Mension ini sudah di cari, tapi tetap saja kita tidak bisa menemukan gelang, Nona. Mungkin Nona tidak sengaja menjatuhkan gelang, Nona. Di luar rumah," kata pengawal disetujui Calvin yang mengagguk pelan.

"Kita belum mengecek koper, Indira. Siapa tahu saja dia yang mencuri gelang itu," ucap Gladis langsung mendapat tatapan tajam dari Calvin.

"Jaga sikap mu, Gladis! Jangan suka mencari masalah." Calvin menegur sikap putrinya karena wanita itu terlihat mencoba mencari masalah dengan Indira istri mudanya.

"Mas, tidak bisa membela istri muda, Mas. Kayak gitu dong. Siapa tau saja apa yang di katakan Gladis itu benar," Zilva membela putrinya mencoba menyudutkan Indira.

Indira mengepal tangan menatap ibu dan anak yang berusaha memfitnahnya. Ternyata kau masih sama liciknya seperti dulu, Gladis. Aku tidak habis pikir, bagaimana dulu aku begitu bodohnya ingin berteman dan akrab pada seorang wanita picik seperti mu. Batin Indira menyadari jebakan yang di lakukan Gladis untuknya.

Indira hanya diam tak membela diri sedikitpun, ia tahu pasti Gladis sudah mengatur semua dengan matang untuk memfitnahnya lagi sebelum wanita itu masuk ke dalam kamar tadi.

Gladis adalah wanita jahat yang melakukan segalanya untuk mencapai tujuan. Ia tak peduli dengan dampak dari yang ia lakukan, menurutnya, yang terpenting dia puas. Sama seperti dulu saat dia memfitnah Indira dan merampas suami mantan sahabat baiknya itu.

Calvin melihat ke arah Indira yang terlihat tenang.

"Sebentar lagi Daddy akan berangkat bekerja, nanti saja kita bahas tentang itu. Lagi pula untuk apa Indira mencuri gelang mu, Gladis. Dia tidak kekurangan uang dari, Daddy." Kata Calvin memilih menghentikan kekacauan di pagi hari akibat ulah Gladis yang mengatakan gelangnya hilang membuat orang-orang mencari gelang itu.

"Tapi, Daddy! Kita cuma mau periksa saja! Apa susahnya sih!" Gladis kekeh mempertahankan keinginannya untuk memeriksa koper yang di bawa Indira.

"Apa susahnya sih, Mas. Tinggal di periksa saja kan sudah selesai. Kalau memang bukan Indira yang mencuri gelang Gladis, lalu untuk apa dia takut jika kopernya di periksa," Zilva membela keinginan putrinya.

"Periksa saja." Suara Indira mengizinkan mereka untuk memeriksa kopernya. Karena ia tahu, drama memuakkan itu tidak akan berhenti sampai Gladis mencapai tujuannya.

Terima kasih, sahabat. Karena kau sudah memudahkan pekerjaan ku. Batin Gladis tersenyum licik.

Pelayan masuk ke dalam kamar Indira untuk memeriksa koper wanita itu. Tentu saja di susul oleh semua orang tak terkecuali Galih.

Terlihat pelan menarik koper Indira dan mulai membukanya.

Gladis tersenyum bahagia tak sabar ingin koper itu terbuka. Sedangkan Indira masih terlihat tenang.

Zilva juga sama seperti putrinya yang tidak sabar ingin melihat reaksi Calvin si suami.

Saat koper terbuka, pelayan kaget karena di sana benar-benar ada gelang yang di cari.

"Nah, apa aku bilang! Istri, Daddy itu seorang pencuri!" Seru Gladis langsung menyerang Indira sebaik saja gelang itu di temui dalam kopernya.

"Cih! Ternyata kau bukan saja pelakor, tapi kau juga seorang pencuri!" Sinis Zilva memandang rendah Indira yang hanya bungkam.

Bukan ia tak ingin membela diri, tapi Indira tidak mau membuang-buang tenaga hanya untuk menghadapi kegilaan Gladis.

"Daddy, tunggu apa lagi! Ceraikan saja istri pencuri, Daddy Ini!" Ucap Gladis mendesak Daddy-nya.

Melirik sejenak pada Indira, "Ambil gelang mu itu, simpan di tempat perhiasan mu. Keluar lah," kata Calvin menyuruh semua orang keluar dari kamar Indira.

"What!!!! Setelah apa yang di lakukan oleh istri muda, Daddy. Daddy melepaskannya begitu saja! Apa Daddy masih sehat!" Gladis tidak habis pikir dengan jalan pikiran Daddy-nya.

"Mas, dikasi makan apa sama pelakor ini, Mas! Bisa-bisanya, Mas. Menutup mata dengan kesalahan yang terang-terangan dia lakukan!" Zilva tentu saja tidak akan membiarkan Indira terlepas begitu saja.

"Keluar, Zilva. Jangan sampai aku mengulangi ucapan ku untuk yang kedua kalinya." Calvin berucap terdengar tegas tak ingin di bantah.

Zilva dan Gladis mengeram saat Calvin seperti menutup mata dengan kesalahan yang di lakukan Indira.

Gladis keluar dari kamar sambil menghentak-hentak kan kakinya, sedangkan Zilva terlihat begitu marah dengan suaminya karena tidak mengambil tindakan apapun atas apa yang mereka temui.

Setelah semuanya keluar, Calvin melihat ke arah Indira. Pria itu mendekati istrinya dan bersimpuh di hadapan gadis itu kemudian mengecek kaki Indira yang terlihat memerah.

"Kenapa kau membiarkan kaki mu terluka seperti ini, Indira? Kenapa kau tidak mengobatinya?" Tanya Calvin terdengar lembut.

Karena tadi di kamar mandi kaki Indra tidak sengaja terhempas saat ia hampir terjatuh. Beruntung ia tidak benar-benar jatuh, karena itu bisa menyebabkan ia keguguran mengingat saat ini ia sedang hamil.

"Itu hanya luka biasa, tidak sebanding dengan luka hatiku." Ucap Indira menarik kakinya.

"Sini aku obati." Calvin berdiri ingin mengambil obat oles.

"Tidak usah." Tolak Indira.

"Aku tidak meminta izin, mu, tapi aku sedang memerintah mu."

"Ti---

"Satu persen." Calvin memotong ucapan Indira dengan mengancamnya.

Indira memilih patuh dan duduk di atas ranjang, Calvin mengambil kaki wanita itu dan menyimpan di pahanya sambil mengobati.

"Kenapa kau tidak membela diri? tanya Calvin.

"Siapa yang mau percaya!" jawab Indira mantap.

"Kau menganggap semua penghuni Mension ini sama?"

"Tidak, tapi tidak ada yang akan mempercayainya. hanya membuang-buang waktu saja."

"Aku."

Indira kaget mendengar ucapan Calvin.

Terpopuler

Comments

Ndut Nisa

Ndut Nisa

Calvin suami idaman

2024-01-19

6

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂

yesss jenderal Calvin seorg yg berwibawa dlm menangani sesuatu masalah yg timbul...tdk mudah terpengaruh dlm keadaan suasana yg tdk begitu baik buat istri mudanya Indira.

2023-12-18

2

charis@ŕŕa

charis@ŕŕa

next lnjut kn

2023-12-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!