Setelah kepergian Noland ke kamarnya, Ruz mulai membantu Julieta untuk naik ke atas dari kolam. Bu Susi pun mendekati mereka karena Tuan Mudanya juga sudah pergi, jadi dia tidak perlu sembunyi lagi.
"Nyonya, nanti sore anda juga harus ikut ke rumah sakit karena meskipun Tuan Martin sudah tidak ada, status terakhir anda dengannya adalah istri. Secara hukum anda juga akan mendapatkan beberapa harga yg mungkin akan disepakati oleh semuanya, kecuali jika surat wasiat itu sudah ada nama anda. Saya tidak tau siapa saja yg mendapatkan warisan karena Tuan langsung berhubungan dengan Pak Haris, pengacara keluarga Zimoli" jelas Ruz kepada Julieta yang sudah berbalut handuk yg dibawakan Bu Susi untuk wanita itu.
"Aku tidak peduli dengan harta itu, Tuan. Aku hanya ingin bebas dari keluarga ini" sahut Julieta dengan air mata yg bergelimang.
"Anda akan memiliki kekuatan jika mendapatkan sebagian harta, Nyonya. Untuk hidup terbebas dari sini. Dan jangan panggil saya Tuan, panggil saja saya Ruz" ucap Ruz.
"Saya akan memangilmu, paman" keputusan Julieta tak ingin berdebat.
"Baik, Nyonya" sahut Ruz.
Julieta pun berjalan ke kamarnya ditemani oleh Bu Susi. Wanita itu langsung masuk kamar mandi dan menguyur tubuhnya dengan air hangat untuk menghilangkan rasa dingin dari air kolam renang tadi.
"Aku akan menaklukan anak tiri itu. Aku akan membuatnya menyesal telah salah balas dendam kepadaku. Noland, aku tak akan kalah darimu" lirih Julieta dengan kegigihan mempertahankan hidup dan harga dirinya. Sebagai wanita cerdas, ia memiliki tekad kuad melawan pria meskipun jika dikasari atau disiksa secara fisik pasti dia akan kalah karena perbedaan tenaga.
"Aku akan memenjarakanmu dengan tuntutan percobaan pembunuhan serta kekerasan dalam rumah tangga, Noland" lanjut Julieta.
Wanita itu pun melanjutkan ritual mandinya sedangkan Bu Susi menyiapkan baju untuk wanita itu pakai pada pertemuan keluarga Zimoli di rumah sakit.
Beberapa saat kemudian, Julieta keluar kamar mandi dengan balutan handuk yg menutupi tubuhnya dan segera memakai baju yg berada di atas ranjang.
"Gaun hitam ini bagus. Bu Susi pintar sekali memilihkan baju untukku" ucap Julieta sambil melihat dirinya di depan kaca dan menyadari jika pipinya membiru karena tamparan Noland tadi.
"Anak tiri itu suka sekali membuat pipiku biru" kesal Julieta.
"Apa aku membiarkan pipi biru ini terlihat banyak orang agar aku bisa berteriak tolong lalu banyak orang yg menolongku? Tapi kalau aku berteriak dan membuat semua orang memperhatikanku, maka bisa jadi mereka tau aku istri Martin yg sudah tiada. Aku tidak mau jadi tersangka atas mati nya Martin di hari pertama pernikahan" lanjut Julieta sadar akan sesuatu.
"Ruz dan Bu Susi begitu peduli dan menjagaku hingga media dan orang luar tidak tau aku menikah dengan bos Zimoli Grup sebelumnya. Aku harus berterima kasih pada mereka" ujar Julieta dengan senyum tipis di bibirnya mengingat masih ada orang lain yg peduli padanya. Tanpa dia tau, Noland lah yg mengancam media untuk menyembunyikan fakta bahwa Martin sudah menikah lagi dengan wanita yg jauh lebih muda dan membuat pria itu mati di hari pertama pernikahan.
Akhirnya Julieta memutuskan untuk menutupi pipi birunya dengan makeup lebih tebal dengan foundation bedak lalu memberikan perona merah di pipi dan menggunakan lipstik merah maroon. Betapa mempesonanya Julieta saat ini. Tidak ada yg mengira jika dia adalah janda. Pasti semuanya yg melihat terpseona dengan kecantikan wanita berumur 25 tahun itu.
tok.. tok.. tok..
Ketukan pintu kamar Julieta terdengar.
"Permisi Nyonya, mobil sudah siap untuk pergi ke rumah sakit. Pak Haris, pengacara keluarga Zimoli juga sudah perjalanan" panggil Ruz.
"Baik, Paman. Aku akan keluar. Tunggu sebentar" sahut Julieta dari dalam kamar.
"Baik, Nyonya" balas Ruz yg mendengar sahutan dari dalam kamar.
Wanita itu pun dengan cantik dan anggun membuka pintu kamarnya dan melihat Ruz masih menunggunya di depan kamar.
"Anda cantik sekali, Nyonya" puji Ruz tidak bohong.
"Terima kasih. Seharusnya aku hidup lebih baik dan tidak dijual oleh ayahku sendiri dengan kecantikan ini kan paman?" ucap Julieta dengan senyuman smirk namun hatinya teriris.
Ruz pun tak bisa menjawab, ia hanya menundukan kepala agar tidak melihat wajah cantik yg berbalut kesedihan di wajah Julieta. Wanita itu pun mengerti jika semua ini bukan salah Ruz, namun memang takdir Tuhan untuknya.
Julieta lalu berjalan menuju keluar rumah diikuti oleh Ruz. Ketika melangkah kan kaki melewati pintu utama, Julieta seperti bisa bernafas lega karena seminggu ini dia tidak boleh keluar dari rumah ini.
"Aaah, segarnyaaa" lirih Julieta sambil menghirup dalam dalam udara bebas ini. Seperti keluar dari penjara saja, mungkin memang terasa seperti dirinya dipenjara tapi kelas eklusif.
"Nyonya bisa naik mobil ini. Tuan Noland sudah berangkat terlebih dulu tadi karena ingin bertemu dengan neneknya lebih awal" jelas Ruz.
"Aku tidak peduli tentangnya" sahut Julieta datar lalu ia berjalan masuk ke mobil melalui pintu yg telah dibuka oleh pengawal.
Lalu Ruz masuk ke mobil itu juga namun duduk di samping driver.
"Nenek? Berarti ibu Martin masih hidup?" batin Julieta penasaran dengan informasi Ruz tadi yg menyebut nenek Noland.
"ehmmm ehmmm.. Maaf paman, apakah anda bisa menceritakan siapa saja yg datang sore ini untuk mendengar kan warisan?" tanya Julieta.
"Bisa Nyonya. Hari ini yang datang ada 4 orang termasuk anda, karena Tuan Martin di Los Angeles ini hanya memiliki keluarga inti saja. Ibunya yg bernama Leoni masih hidup namun sebulan lalu ia kena stroke sehingga harus dirawat di rumah sakit. Ada Tuan Mike, dia adalah adik kandung Martin dan saat ini menjadi direktur sementara Zimoli Group hingga Tuan Muda Noland mau mengambil alih. Kemudian ada putra semata wayang Tuan Martin, yaitu Tuan Noland. Dan ada istri sah yg ditinggalkan" jelas Ruz.
"Baik, Terima kasih informasinya" sahut Julieta.
Wanita itupun berfikir keluarga orang kaya juga begitu berantakan. Banyak uang belum tentu keluarganya nyaman, hangat, dan dekat. Namun kurang uang sepertinya, juga membuat keluarga berantakan tanpa kasih sayang.
"Hidup seperti apa yang bahagia?" tanya Julieta dalam hatinya.
Mobil hitam sedan itu melaju ke rumah sakit Internasional LA selama 40 menit hingga sampai tujuan.
"Silahkan, Nyonya" ucap Ruz sambil membuka pintu mobil untuk Julieta.
"Terima kasih" balas wanita itu dengan senyum manisnya.
Sebelum turun mobil, Ruz tadi memberikan jaket hitam untuk dikenakan Julieta karena gaun yang dipakai wanita itu terlalu sexi dan terbuka di bagian bahu. Ya memang tadi Ruz menyuruh Bu Susi memilihkan baju gaun untuk janda dari bosnya itu karena akan menghadiri acara resmi pembacaan warisan yg bagi keluarga Zimoli adalah acara formal.
Tapi ia tidak mengira gaun yang dipilih Bu Susi cukup terbuka bagi wanita polos itu.
Noland tadi saja menggunakan setelan jas hitam dengan kemeja putih untuk datang ke rumah sakit.
Julieta tak menolak jaket pemberian Ruz, ia memakainya ketika akan keluar mobil. Mereka berdua pun berjalan menuju gedung yg terpisah dari rumah sakit utama dan lebih seperti hotel. Itulah gedung perawatan intensif bagi pasien berduit. Pelayanan sekelas hotel untuk perawatan terbaik.
Liona sejak sebulan lalu dirawat disitu dan biaya ditanggung oleh perusahaan Zimoli Group. Julieta sangat takjub melihat gedung intensif perawatan itu bak hotel bintang 5. Begitu indah dengan warna cream serta lampu mewah. Lobbynya aja udah kayak lobby hotel.
"Orang kaya mah bebas ya. Sakit aja dirawat di rumah sakit sebaik ini" batin Julieta.
"Ikuti saya Nyonya" tegur Ruz ketika wanita itu berjalan lambat dibelakangnya karena takjub dengan interior gedung ini.
"Baik" sahut Julieta lalu sadar dari rasa kagumnya dan berjalan mengikuti Ruz.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Bahrul Ulum
mampir lg thor, setelah lama tk tinggalkan... 😁🙏
2024-02-05
2