Menyadari jika suaminya sudah tak bernyawa di atas tempat tidur, Julieta pun memikirkan akal supaya dirinya tidak menjadi tersangka pembunuhan karena ya semua ini terjadi dengan cepat. Serangan jantung tiba tiba bisa saja terjadi pada pria tua yg memiliki riwayat penyakit jantung dan darah tinggi.
Dengan pakaiannya yg sudah sobek, Julieta memiliki ide untuk memberikan alibi ke pada orang rumah yg setelah ini pasti akan mengurus tubuh Martin.
"Aku tidak membunuhmu. Kamu saja yg kena serangan jantung. Tapi aku berdoa, semoga kamu damai di langit, Martin Zimoli" batin Julieta.
Ia akan menghubungi Asisten Martin yaitu Ruz dan Bu Susi untuk segera datang ke kamarnya. Ide untuk terlihat tegar dengan wajah yang sudah lebam di kedua pipi karena tamparan Martin serta memperhatikan bajunya yg robek akan membuat dirinya mendapatkan simpati.
Julieta menelepon menggunakan telepon kamar dan menekan nomor lantai 1 untuk memanggil pelayan.
"Halo" sapa singkat Julieta canggung karena ini adalah telepon pertama nya dirumah Martin Zimoli sebagai nyonya rumah.
"Iya Nyonya, ada yg bisa saya bantu?" sahut Bu Susi yang sudah menyadari suara dari wanita muda yg baru saja menikah dengan majikannya.
"Panggil Asisten Ruz dan beberapa pelayan untuk mengurus tubuh Tuan Martin" ucap datar dan tak bersemangat Julieta karena ia juga menahan nyeri di sekujur tubuhnya apalagi wajahnya yg masih terasa tamparan keras suaminya yg sudah tak bernyawa.
Bu Susi masih belum bisa mencerna omongan Julieta, batinnya hanya berkata "kenapa tubuh Tuan?" namun tak terucap.
"Baik, Nyonya" ujar Bu Susi mengiyakan perintah Julieta.
Tak lama kemudian, terdengar ketukan pintu di kamar utama rumah itu. Pintu yg terkunci membuat Julieta harus berjalan untuk membukanya.
Ceklek, pintu terbuka dengan kondisi kamar yg gelap dan hanya ada sinar cahaya redup di nakas.
"Nyonya?" panggil Bu Susi dengan nada tak percaya melihat wajah Julieta sudah membiru dan bisa melihat pembungkus tubuhnya yg tipis sobek tapi masih dipakai.
"Aku tidak berbuat apa - apa. Dia tiba tiba memegang dadanya dan ambruk di atas tubuhku. Sepertinya, dia sudah tak bernyawa di sana" jelas Julieta dengan tatapan mata yg kosong dan datar membuat Ruz dan Bu Susi serta beberapa pelayan lainnya tak percaya.
"Permisi, Nyonya. Saya akan melihat kondisi Tuan Martin" sela Ruz yang sudah menjadi asisten Martin sejak 20 tahun lalu dan sudah tau jika bosnya itu memiliki penyakit jantung.
Julieta tak berkata apapun dan tetap berdiri di depan pintu kamar Martin. Bu Susi kasihan melihat kondisi wanita muda yg sepertinya sempat merasakan kekerasan. Tatapan kosong wanita itu terlihat pasrah dan menyedihkan. Kepala Asisten rumah Martin tersebut, menyuruh 2 pelayan untuk membawa Julieta ke kamar tamu dan membantunya membersihkan diri.
"Tuan sungguh kejam membuat wanita muda itu tersiksa. Tapi apakah dia benar benar mati?" batin Bu Susi lalu melangkah menyusul Ruz. Sebelum itu, ia menyalakan lampu utama kamar sehingga terang dan melihat tubuh Martin sudah diselimuti oleh pria yang berumur tak jauh dengannya, sekitar 50an.
Ruz yg mengecek kondisi bosnya yg sudah kaku diatas ranjang hanya menghembuskan nafas kasar.
"Tuan sudah tidak ada. Ia sudah tak bernyawa" ucap Ruz ketika sudah berdiri di depan tubuh Martin.
"Apakah Tuan benar benar kena serangan jantung, Ruz?" tanya Bu Susi memastikan.
"Sepertinya iya, karena kita tau penyakit itu beberapa minggu ini sering kambuh" jawab Ruz dengan nada penuh penyesalan.
Ruz adalah asisten pribadi Martin yang setia sejak awal bekerja. Ia tau kebiasaan buruk bosnya itu sejak dulu yaitu bermain wanita, mabuk mabukan, dan berjudi. Namun kemampuannya dalam berbisnis luar biasa hingga bisa membuat perusahaan keluarganya Zimoli Grup semakin jaya. Pria ini tidak menyangka bahwa bosnya akan kehilangan nyawanya di malam pertama bersama istri baru yg jauh lebih muda.
"Akan aku urus jenazah Tuan. Kamu urus saja Nyonya Muda, pasti dia syok dan peringatkan semua pelayan dirumah ini untuk tidak bercerita keluar bahwa Tuan Martin meninggal di kamar bersama seorang wanita muda yang menjadi istrinya. Itu akan membuat wanita itu mendapatkan masalah besar" jelas Ruz.
"Baik. Aku akan bertindak sesuai perintahmu" sahut Bu Susi lalu berjalan keluar keluar kamar dan memanggil beberapa pengawal di lantai 1 untuk membantu Ruz.
Setelah memastikan beberapa pengawal membantu Ruz untuk mengurus jenazah Martin, Bu Susi pun berjalan masuk ke kamar Julieta yg saat ini sudah berganti dress hitam dengan rambutnya yg masih basah. 2 pelayan tadi keluar kamar ketika nyonya mudanya ingin sendiri setelah memakai dress.
Kepala Asisten yang melihat 2 pelayan sudah keluar kamar Julieta pun masuk dan menutup pintu. Ia berjalan menuju wanita yg terduduk di tepi ranjang dalam keadaan melamun.
"Eta" panggil Bu Susi dengan nada keibuan yg membuat Julieta menoleh pada wanita disebelahnya.
"Bu Susi" sahut Julieta dengan tatapan datar. Ia tidak bisa menangis. Entah rasa sakit seperti apa untuknya hingga Ia tak bisa melampiaskan rasa sakit itu dengan tangisan apalagi melihat seseorang mati di depannya.
"Ibu boleh peluk?" tawar Bu Susi yang tau jika wanita muda di depannya ini dalam keadaan rapuh.
Julieta hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban boleh, lalu Bu Susi langsung memeluk erat tubuhnya.
"Ibu berusaha mengerti apa yg kamu rasakan sekarang, Julieta" lirih Bu Susi yang membuat Julieta yg tadinya terlihat kuat, tegar dan datar saat ini sudah mengeratkan tangannya di punggung wanita itu lalu tanpa berkata apa apa, Ia langsung menangis terseduh sedu di pundak Bu Susi.
"huhuhuhu... aku tidak membunuhnya" ucap Julieta sambil meraung raung dalam tangisnya. Bu Susi menepuk nepuk punggung Julieta untuk menenangkannya.
"Ibu mengerti, luapkan semua perasaanmu" sahut Bu Susi yang ikut membendung air matanya karena merasa tidak tega dengan jalan hidup wanita muda yg Ia peluk.
"huhuhuhu hiks hiks, dia mau memperkosa tadi" ucap Julieta lagi yg masih dengan idaman tangis yg menyayat hati.
"Pria tua itu memukulku, menarik bajuku, memaksa mencium tubuhku, aku merasakan jijik dengan tubuhku sendiri huhuhu" curahan hati Julieta.
Bu Susi tak henti hentinya mengelus punggung nyonya mudanya itu. Namun dengan tenang Ia pun mengatakan sesuatu kepada Julieta agar wanita itu tidak panik dan memberikan arahan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
"Julieta. Kamu tidak usah merasa bersalah. Dia memang suka menyiksa wanita wanita muda yg bermalam dengannya. Tuan juga memiliki penyakit jantung, sehingga mungkin saja ketika berusaha bermalam bersamamu, Ia tidak dalam kondisi baik dan membuat serangan jantung mendadak. Dari awal aku sangat iba melihatmu yg datang dengan pria tua itu. Aku juga heran, ayah seperti apa yg tega menjual putrinya pada pria tua hidung belang itu meskipun ia adalah pria kaya raya. Aku sudah menganggap mu sebagai anakku sendiri Eta. Tapi aku juga tak bisa membongkar kebejatan Tuan Martin karena dia sudah baik dengan keluargaku. Dia mengkuliahkan putriku sehingga aku tak bisa melawannya. Kamu harus kuat. Setelah ini aku akan berbicara dengan Ruz, apa yg akan kita lakukan untuk menyampaikan berita kematian Direktur Zimoli Grup. Tapi yang jelas, putranya akan datang. Kamu harus siap menghadapinya" jelas panjang lebar Bu Susi.
Julieta yg dalam keadaan terpuruk dengan tangisnya mencoba mendengarkan degan baik penjelasan dari Bu Susi.
"Putra? Apakah lelaki itu akan seburuk ayahnya?" batin Julieta dengan suara tangis yg mulai mereda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
ellyn
next ya ka
2023-11-25
1
Dede Dengah Rumayar
lanjut lagi thor
2023-11-25
1