#20

#20

Darren mengecup kedua tangan Aya yang mulai terasa dingin, yah mungkin benar, jika Aya memang masih takut jika mereka melangkah lebih jauh malam ini.

Aya melepaskan genggaman tangan Darren, Kemudian menangkup wajah tampan Darren, “Lakukanlah … aku tak ingin menunda hak yang memang seharusnya kamu dapatkan atas ku.” 

Kalimat sederhana, namun sarat akan ribuan makna, muara dari segenap rindu dan cinta, Darren berharap ini bukan akhir dari penantian panjangnya, melainkan awal dari semuanya.

“Izinkan aku memulainya sayang.” Tanpa menunggu persetujuan Aya, Darren mulai mengabsen setiap celah bibir istrinya yang terasa manis sembari membimbingnya berbaring diatas ranjang, Dalam waktu sekejap saja ia sudah mampu menguasai tubuh Aya dalam kungkungannya.

“Apa aku menyakitimu?” Tanya Darren ketika ia merasa terlalu bersemangat mengawali perkenalan panjang mereka.

“Sedikit, tapi aman kok …” jawab Aya dengan wajah merona malu, ia sudah tak bisa menarik kembali kata katanya, walau seandainya tak nyaman, terlebih ketika ia melihat kilatan kabut gai*rah bercampur has*rat yang sulit untuk dipadamkan dari wajah suaminya. Aya yakin bahwa malam ini ia siap menyambut suaminya, menyingkirkan segenap rasa malu karena kini seluruh tubuhnya berada dalam jangkauan suaminya.

Indah, ketika kedua netranya menatap hamparan indah dengan pandangan memuja, Darren tersenyum lembut lebih dahulu sebelum kembali menc*ium dan mengabsen setiap titik tubuh Aya dengan cum*uan mematikan, sebagai tanda perkenalan, karena ini adalah perkenalan mereka setelah resmi kembali menikah.  

“Dare …” Aya mengusak rambut Darren dengan kedua tangannya, ketika suaminya semakin bersemangat membersamainya menjelajahi alam cinta.

“Panggil aku, sebut namaku sayang, jangan ditahan,  lepaskan semua.” Bisik Darren ketika suara Aya lirih terdengar, hingga berubah menjadi desah-desah manja yang kian memabukkan.

Aya terpejam ketika sesuatu yang asing itu menyapa tubuhnya, menyatukan keduanya tanpa batas, membuat sekujur tubuhnya bergetar penuh damba, hingga tanpa sadar Aya mencengkeram pundak Darren, dengan kuku kuku lembutnya.

Tanpa perlu banyak kata keduanya saling bergerak menemukan ritme nya masing masing, hingga terbang bebas melayang tanpa penghalang, begitu hangat, 5 tahun yang berlalu, dingin menemani setiap malam, hanya berteman sepi berbalut kerinduan, kini semesta seolah memberi mereka hadiah tak terlupakan, kelopak-kelopak mawar berjatuhan dari atas ranjang, serta remang-remang cahaya, seolah menjadi saksi ketika keduanya pecah berkeping keping dalam nikmatnya akhir sebuah penyatuan cinta, keduanya tenggelam dalam petualangan penuh cinta, yang mampu menembus batas nirwana. 

Wajah letihnya tersenyum mengangguk ketika Darren tanpa henti mengungkapkan banyak kata-kata cinta, Aya bahagia, karena akhirnya mereka bisa melewati malam indah ini dengan begitu manis. 

.

.

“Ay … kok diam?” bisik Darren, ketika melihat istrinya diam tanpa kata.

Aya berbalik dari posisi semula yang memunggungi suaminya, tubuh keduanya masih polos berbalut selimut usai petualangan panas mereka berlalu, “Nggak kok.” jawab Aya malu-malu.

“Kalo nggak, kenapa diam?” tanya Darren penasaran, ia kembali mengikis jarak dengan membawa Aya ke pelukannya, diusap nya pundak dan punggung istrinya yang masih lembab.

“Apakah aku menyakitimu?” tanya Darren lagi, takut kalau-kalau kelakuannya tadi membuat Aya merasa tak nyaman.

“Nggak papa kok, hanya sakit sedikit,” jawab Aya seraya memejamkan kedua mata nya, kemudian menyembunyikan wajahnya di pelukan sang suami.

Untung saja, tadi Aya sempat mandi air hangat sebelum meninggalkan Geraldy Kingdom, bahkan Darren pun terpaksa menuruti keinginan Aya yang menginginkannya mandi terlebih dahulu sebelum mereka pergi ke Penthouse. Dan benar saja, setibanya di Penthouse, Darren bahkan tak berkenan memberinya jeda sesaat, benar-benar suami tak sabaran.

“Makasih yah, karena mau berjuang hingga kita sampai di sini malam ini, Aku mencintaimu.” bisik Darren lagi, kemudian mencium puncak kepala Aya.

Aya kembali mengangguk dan merangsek masuk ke dekapan hangat suaminya. Raga nya sungguh lelah, seperti remuk dan hancur berkeping keping, hingga netranya tak sanggup lagi menyala.

“Ay … mandi lagi.” Darren memberi jarak agar bisa memastikan bahwa kelopak mata istrinya belum terpejam sepenuhnya.

“Nggak mau, aku ngantuk.” rengek Aya yang semakin mengeratkan pelukan, karena kedua matanya tak sanggup lagi terbuka.

“Tapi kalau nggak mandi, tubuhmu akan semakin lengket.” Bujuk Darren, ketika Aya mengabaikan perkataannya. 

“Besok saja.”

“Tidak ada besok, harus sekarang mandinya.” 

Darren tak peduli dengan kondisi Aya yang sudah teramat lelah dan mengantuk, sepanjang hari acara resepsi pernikahan mereka, dan di malam harinya mereka melakukan olahraga malam. Jika tak benar benar memiliki fisik yang kuat, mungkin dirinya pun akan tumbang seketika. Bertahun tahun melatih fisiknya untuk bekerja keras, kini Darren sedikit merasakan manfaatnya, tapi itu dulu. Kini ia berjanji pada dirinya sendiri, ia akan membagi waktunya dengan efisien, antara rumah dan pekerjaan, agar ia pun tak mati sia-sia karena mengambil keputusan konyol mengenai pekerjaan. 

“Aaaaawww… apa yang kamu lakukan?” Pekik Aya ketika merasa Darren yang mengangkat tubuhnya yang masih polos. “Aku lelah, barusan kamu seperti singa kelaparan. 

Darren terkekeh mendengar gerutuan istrinya. “Salah siapa coba aku begitu? Salahmu kan, karena pergi tak pulang-pulang.”

“Rasakan … siapa suruh jadi suami super menyebalkan, menjengkelkan, bahkan dulu kamu lebih mirip buldoser yang meratakan semua masalah.” Cerocos Aya ketika Darren menurunkan tubuhnya di bawah shower, kemudian mengatur suhu air hangat nya. 

Darren tak marah ketika sang istri mengeluarkan uneg-unegnya, ia justru merasa lucu mendengar omelan Aya. “Iya aku menjengkelkan, menyebalkan, dan entah apalah, tapi mulai sekarang dan selamanya aku tak akan mengulanginya.” Bisik Darren yang kembali menempeli tubuh istrinya. 

“Eh mau apa?” Tanya Aya curiga ketika Darren mendekat. 

“Ya ciumlah, kamu pikir ada lelaki di dunia ini yang memberikan service secara gratis?” 

Aya melongo mendengar penuturan Darren, hal itu tak Darren sia-siakan, ia bergegas menyambar bibir mungil tersebut. 

Aya gelagapan, ia tak siap menerima serangan mematikan tersebut, tapi suaminya sungguh lihai memainkan peran, ia baru berhenti ketika Aya kesulitan mengatur nafas. “Katanya mandi,”

“Iya kan kita sedang mandi.” Darren mengatakan demikian sambil menunjuk Shower yang kini mengeluarkan cairan hangat yang membasahi tubuh keduanya. 

“Mandi sambil modus?” 

“Dikit Ay … hemat waktu.”

“Hanya mandi yah?”

“Iya hanya mandi …”

Acara mandi penuh kedustaan itu, memang tak hanya sekedar memakai sabun lalu membilasnya, Darren justru memanfaatkan situasi, walau hanya lewat sentuhan dan candaan nakal. 

Hingga 45 menit kemudian barulah mereka kembali berpelukan dibawah selimut hangat. 

“Ay…”

“Hmmm.”

“Hari ini bahagiaku berlipat-lipat.”

“Aku juga.”

“Aku bisa membawamu kembali ke kehidupanku, aku juga bisa menepati janjiku pada Ibumu dan anak-anak kita.” 

“Kapan kamu berjanji pada Ibu?”

“Ketika di rumah sakit, kamu sedang terlelap, aku bicara banyak dengan ibu, termasuk ibu memintaku menjagamu, dan juga beliau memberikan sertifikat rumah padaku.”

Aya mendongak karena terkejut mendengar kata sertifikat rumah. “Sertifikat rumah?”

“Iya … mahar pernikahan kita dulu, rumah itu milikmu, karena itulah Ibu memberikan sertifikat rumah tersebut padaku, agar Mas Danu tidak bisa menyentuh rumah itu, karena ia sudah pernah menjual rumah itu untuk dirinya sendiri, dan aku yang membelinya untuk ku berikan lagi padamu dalam bentuk mahar.”

Aya menatap Darren haru, “bertahun tahun aku mencoba tak peduli dengan rumah itu, aku sudah menganggap itu rumah hilang,  tapi kamu bahkan masih merawatnya.”

Darren menoel hidung Aya. “Bodoh, itu mahar pernikahan dariku, itu milikmu, bukan milik siapapun.”

“Lalu?”

“Lalu apa? Tentu saja aku merawat rumah itu untukmu, aku meminta tolong pada Nyak Mumun untuk membersihkan rumahmu setiap berapa hari sekali.” 

“Kamu melakukan nya?”

“Iya … apa daya, hanya itu yang bisa kulakukan agar aku sedikit memiliki arti di hatimu.”

“Kamu sungguh mendatangi Nyak Mumun?”

“Dia sampai hampir jantungan, ketika suatu hari aku mengetuk pintu rumahnya.”

“Hahahaha …”

“Sekarang keputusan ada di tanganmu, entah akan kamu apakan rumah itu.”

“Nanti saja memikirkannya, sekarang aku lelah dan mengantuk.”

“Yah … yah … yah … kok sudah lelah, baru satu kali Ay … aku mau lagi.”

“Tapi aku tak nyaman, besok saja yah.” Aya mencoba mengajukan nego, karena sungguh ia masih teramat lelah.

“Aku saja yang bekerja, kamu cukup diam.” 

“T … Ta  …  tapi…”

Aya tak sempat lagi melakukan protes, karena Darren sungguh-sungguh melaksanakan niat nya kembali menjelajah alam cinta, menikmati madu pernikahan mereka, menghabiskan sisa hari, ups memulai hari ini dengan memadu kasih lagi dan lagi, hingga entah keberapa kalinya, othor tak tahu, karena othor sudah di usir dari kamar mereka, padahal sudah bekal kwaci sebaskom. 😤😤🥱🥱

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

duh bulan nih senengnya ngintip-ngintip

2024-08-28

0

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

makanya jangan ngintip 🤣

2024-08-26

0

Warungbunosh Sefood

Warungbunosh Sefood

astaga othor ngga boleh ngintip

2024-08-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!