#7

#7

Pukul  05.00 

Pagi datang, mengusir galau datangkan senyum yang kian mengembang, rasa yang semalam masih abu-abu kian jelas terlihat ke permukaan.

Keduanya masih saling tatap dalam diam, enggan meninggalkan selimut yang semalam mereka bagi berdua. “Morning, istri…” sapa Darren ketika kelopak mata Aya mulai terbuka. 

“Morning, suami…” Balas Aya kemudian kembali menyembunyikan wajahnya di balik selimut. 

Semalam keduanya begitu sibuk, melakukan aktivitas berdua, walau hanya sebatas pelukan, sentuhan serta beberapa ciu m an panas, tapi cukup melenakan sebagai babak awal sebuah perkenalan. 

Entah semalam mereka tidur jam berapa, karena sesudah ciu m an pertama, Darren kembali mengulang yang kedua dan seterusnya. 

#🤧 hadeuuuhh dah lah emang anaknya Kevin beneran Darren mah, plek ketiplek. 

“Jangan ngumpet Ay… kan aku mau lihat wajahmu.”

“Nggak!! aku malu…” 

“Ish… pake malu segala, semalam mau-mau aja di cium.” 

“Kalau gitu, sekarang aku ganti mode nya.”

“Jangan dong, bisa rusak imajinasi para reader, ntar othor bulan lagi yang diteror, mana adegan Dareen dan Aya lagi mesra…” Kelakar Darren. 

“Bilang sama para reader, masih rahasia!!!” Jawab Aya tak kalah iseng. 

Darren hanya tersenyum simpul, ia tak pernah melihat sisi menggemaskan versi Aya, di mata Darren hanya terlihat sosok Aya yang pekerja keras, mandiri, dan smart. Dan kini Darren seolah menemukan modifikasi Aya versi baru. “Ya sudah aku cium sini saja.” Darren mengacak rambut Aya kemudian menciumi puncak kepala sang istri, sedikit aroma sabun dan shampo masih tertinggal disana. 

“Ay… kamu gak takut lagi berada di dekatku?” Tanya Darren ketika mengusap kepala Aya. 

Sunyi 

Tak ada jawaban, Aya pun terlupa pada ketakutannya pada Darren diawal-awal masa pernikahan mereka dahulu, “entah … sepertinya tidak,” jawab Aya. 

“Aneh … padahal dulu di kamar saja kamu sengaja mengambil jarak aman.” Kenang Darren teringat ketika ia memaksa tidur di kost an Aya. “Tapi aku harus bersyukur, itu artinya kebencianmu padaku sudah mulai memudar, aku janji akan menghapus semuanya, hingga bersih tanpa sisa, kemudian menggantinya dengan segenap cinta.” 

Dag

Dig

Dug

‘Jantung oh jantung … kondisikan detakmu, jangan terlalu nampak, karena aku malu’. Aya berteriak dalam hati memaki diri sendiri. 

“Ay … kok diem sih, kan aku kayak lagi ngomong sama manekin di toko.” Protes Darren karena Aya belum juga menampakkan wajahnya. 

Wajah Aya kembali menyembul dari dalam selimut, “Berarti kamu setengah…” Balas Aya sambil meletakkan jari telunjuknya di kening dengan posisi dimiringkan. 

“Makanya buka dong.” 

Akhirnya Aya pun membuka kembali wajahnya, sebagian helai rambut masih menutupi wajah nya. 

“Nah… begini lebih baik, kan jadi kelihatan kalau bibir kamu masih bengkak.” 

Blush… “Benarkah?” Tanya Aya panik, jemari tangannya meraba bibirnya, mencoba merasakan seperti apa rupa dan bentuknya saat ini usai semalam terasa tebal dan kebas akibat dieksploitasi pemiliknya.

“Hahaha … “ Darren tergelak, melihat kepanikan Aya. 

“Ih … kamu pasti bohong,” Sungut Aya kesal, sungguh terang terangan kalimat Darren, namun Aya tak sadar bahwa pria itu sedang menggodanya, semalam memang demikian adanya, karena Aya pun begitu semangat mempelajari hal baru, belajar menyenangkan suami. “Ah… ngeselin kamu,” Aya bangkit, hendak mencari keberadaan ponselnya. 

“Eh mau kemana? Ini masih terlalu pagi?” Cegah Darren. 

“Cari ponselku, mau buktikan kalo kamu bohong.”

“Nggak sumpah … serius aku gak bohong.” Jawab Darren dengan wajah kembali serius, hingga membuat Aya pun mempercayainya. 

Aya lupa tengah berhadapan dengan aktor ditambah mode suami banyak modus, “tuh kan masih gak percaya.” 

“Sini biar kamu percaya,” Darren kembali menarik Aya hingga tubuh mungil itu kembali merebah. 

“Eh mau apa?” Tanya Aya panik ketika Darren mendekatkan wajah mereka kembali. 

“Membuktikan bahwa aku tak bohong.” Jawab Darren, dengan seringai licik di wajahnya, lagi lagi ia berhasil memperdayai istrinya yang ternyata masih sangat polos. Lidah mereka pun kembali berdansa pagi itu, lu m atan serta kecipak lembut, diiringi desah-desah kecil saling bersahutan, walau sadar kembali dibohongi suaminya, tapi Aya tak bisa menolak. Darren benar-benar lihai membuatnya terbuai, bahkan tubuhnya merespon dengan baik setiap sentuhan tangan Darren yang menyusup kebalik piyama yang ia kenakan. 

Hingga beberapa saat kemudian, nafas mereka tere ngah namun bahagia, “tuh kan sekarang terbukti aku gak bohong.” 

Aya diam tak menjawab, ia hanya mencubit kecil pinggang Darren. “Ish… kamu banyak modusnya.”

“Boleh kan, modusin istri sendiri, lagian kamu juga gak nolak, ya aku makin seneng lah,  hahaha…” Jawab Darren puas,  namun wajah Aya semakin tertekuk, cemberut. 

“Jangan cemberut, karena mulai kini wajah dan sosok nyonya Darren tak boleh cemberut apalagi disembunyikan.” 

Kedua bola mata Aya membola, mendadak ia gusar dan hatinya gelisah, dulu saja ia pernah dirundung Delicious, hanya gara gara dekat dengan Darren, dan kini ia sungguh sungguh menjadi istri Darren, apa yang akan terjadi selanjutnya??

“Kok diem? Kamu gak suka ide ku??”

“Kamu yakin?”

Darren mengangguk, “yakin sekali, aku sudah sangat siap Ay… bila perlu aku akan meninggalkan dunia yang sudah membesarkan namaku tersebut.”

“Tapi itu cita cita dan impianmu.” 

“Iya… impian yang membuat ku menyakitimu, bahkan kehilanganmu dan anak kita, apa masih layak dipertahankan? Kita masih bisa cari jalan lain, yang jelas aku tak akan menafkahimu hanya dari uang saham keluargaku, karena itulah aku mendirikan SUN restoran.”

“SUN restoran?”

“Iya tempat reuni malam itu.”

“Oh My God… bahkan restoranmu dan cafeku letaknya berdekatan.”

“Bukankah itu artinya kita memang ditakdirkan bersama?”

“Semoga saja.” 

#mantu idaman nyak Leha woi, didoakan langsung langsung lewat jalur langit. 

“Tapi kenapa SUN nama restoran nya?”

Darren tersenyum, “seseorang pernah berkisah padaku, bahwa ia ingin bercahaya seperti matahari yang memberikan manfaat bagi seluruh alam semesta.”

Aya tertegun sesaat, “kamu masih mengingatnya?” 

Darren mengedipkan mata, membenarkan pertanyaan Aya. “Iya… SUN adalah namamu, Cahaya Dihyani yang memiliki arti cahaya matahari.”

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan pintu membuyarkan pembicaraan mereka, keduanya panik dan terkejut, bahkan tanpa sadar Darren melompat dari bed nya kemudian bingung mencari cari keberadaan remote pengunci pintu kamar tersebut. 

“Duh … kemana lagi perginya remote?”

“Kan semalem kamu yang pegang Dare?” Balas Aya. 

“Ya kan aku lupa, karena semalem buru-buru ngelonin kamu yank.”

“Ish… dasar laki-laki banyak modus.” 

“Biarin… modus membahagiakan, harus sering sering di lakukan, biar tetep awet muda.” Darren menjulurkan lidah di tengah kegiatannya mencari-cari remot. 

Seperti maling yang tertangkap basah karena kesiangan, keduanya kompak panik mencari cari keberadaan benda mungil yang ternyata Darren sembunyikan di balik sarung bantal. 

“Hah… akhirnya ketemu.” Ucap Darren girang, ia berjalan mendekati pintu, lagi-lagi terlupa bahwa ia tak perlu berjalan ke sana karena ia memegang remote, bukannya anak kunci. 

Rupanya Mama Disya yang mengetuk pintu, bahkan petugas dapur yang mengantar sarapan Darren pun menunggu di depan pintu, “silahkan bawa masuk sarapannya.” titah Mama Disya pada petugas dapur tersebut. 

Petugas tersebut mengangguk kemudian bergegas melakukan tugas pagi nya.

“Ehm…” Mama Disya berdehem, usai petugas dapur meninggalkan ruangan. 

Menatap bergantian anak dan menantunya, penampilan mereka kusut khas bangun tidur, dan jangan lupakan ranjang sempit yang acak-acakan tak karuan, wanita cantik itu tentu tahu apa yang terjadi semalam. Ia tak bisa marah, hanya gemas saja dengan tingkah mereka. 

“Kenapa di kunci pintunya??” Akhirnya lolos juga pertanyaan tersebut, sang Mama sungguh kepo dengan apa yang terjadi semalam. 

Tapi bukan Darren namanya kalau tak bisa menjawab, dia 11 12 dengan Daniel jika masalah keisengan. “Mama kayak gak pernah muda aja.” Celetuknya sambil cengengesan. 

“Tau gak mama tuh malu loh, perawat bilang, semalam mau masuk, cek tensi kamu, tapi ketok-ketok pintu gak di buka, kan mereka jadi berprasangka yang tidak-tidak, padahal kalian sudah menikah.”

Aya hanya tersenyum kikuk, mendapat teguran sang mertua. 

“Yaaa… namanya juga pengantin baru mah.” Jawab Darren lagi. “Kami gak pengen di ganggu.”

“Kalau begitu, jangan grasa-grusu resmikan dulu pernikahan kalian, biar publik tahu, dan gak ada desas-desus aneh di media, yang berpotensi menimbulkan fitnah.”  Celoteh Mama Disya. 

“Iya mamaku sayang…” Lagi-lagi Darren menjawab iya, semua perkataan Mama Disya. 

“Ya sudah… Mama mau visite pasien dulu, ini mama bawakan Sarapan untuk Aya,” Mama Disya menunjuk susunan box makanan yang ia kemas dari rumah untuk sang menantu. 

“Mama kerja dulu ya Ay… titip anak Mama yang manja ini, jangan kaget kalo dia kolokan seperti bayi.” Pamit Mama Disya pada Aya. 

“Iya Ma … Hati-hati kerja nya.” 

Mama Disya mengangguk kemudian pergi meninggalkan ruangan. 

“Ay… habis dari rumah sakit kita pulang ke apartemen ku yah?” Darren membuka kembali percakapan mereka usai sarapan pagi, plus kini ia tengah merebahkan kepalanya dengan nyaman di pangkuan Aya. 

“Nggak ah… aku mau pulang ke apartemenku saja.”

“Nggak mau Ay… kita gak boleh tinggal di sana.” Darren mulai merajuk. 

“Kenapa? Apartemenku kecil yah?” 

“Kalau soal itu, tak ada masalah, bahkan kita tinggal di kost an kamu yang dulu juga gak papa, asal aku dekat denganmu, tapi sungguh bukan karena itu…”

“Lalu?” 

“Ada Daniel di sana… nanti bukannya tenang… malah setiap saat dia nyelonong tanpa permisi.” Gerutu Darren dengan wajah cemberut. “Iya kalo kita lagi rapi, kalo lagi polosan??” 

Blush… memerah lah wajah Aya, lagi-lagi Darren mengatakan hal-hal yang membuatnya malu setengah mati. 

“Emang Daniel tahu password pintu?”

“Kamu pikir, beberapa hari lalu kami bisa membuka pintu apartemen kamu dengan apa?”

“Daniel pasang CCTV di depan pintu apartemennya, karena itulah kami tahu kombinasi pintu mu, dan rupanya kamu masih mengingat angka itu.” 

Lagi-lagi Darren melempar celetukannya, sepasang netranya menatap rona wajah Aya yang mulai berubah, seperti tertangkap basah. 

“Itu… karena aku… mmm aku… malas saja memikirkan kombinasi angka baru, jadi ya sudah kombinasi pintu mu saja yang aku pakai, gak boleh? minta royalty?”

“Nggak… justru aku suka, rupanya kamu masih mengingatku, itu saja sudah membuatku bahagia.” Jawaban yang sungguh di luar dugaan. “Makasih yah karena masih mengingatku, Love You…” 

Darren menenggelamkan wajahnya ke perut rata  istrinya, mengendusnya … sambil berharap semoga secepatnya Tuhan mengirimkan pengganti Genta dan Gempita. 

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Resmikan dulu baru nanti ada penggantinya 😁

2024-08-25

0

Khairul Azam

Khairul Azam

masih mendingan Dareen lah rd pada si aldy novel othor yg itu aku klo inget masih ikut jengkel, menjandakan istri demi Janda lain.

2024-08-23

0

Uthie

Uthie

dasar si Darren 😂

2024-01-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!