#4

#4

Sunyi setelah kepergian Daniel dan Luna, 4 orang yang tertinggal di ruangan tersebut terdiam sesaat, “ada yang ingin Papa dan mama sampaikan pada kalian,” 

Mendengar sang Papa angkat bicara, Darren tahu ini pasti berkaitan dengan kesalahannya beberapa tahun yang lalu. 

“Soal apa pa?” Aya memberanikan diri bertanya. 

Papa Kevin menghembuskan nafas sesaat, berat sekali memulai, karena apa yang akan ia sampaikan berpotensi melukai perasaan Darren, padahal Darren sedang berusaha keras memperbaiki kesalahannya di masa lalu. 

“Atas nama orang tua Darren, papa memohon maaf darimu Ay, sungguh papa malu mengakui bahwa lelaki ini adalah anak kandung papa. Papa merasa telah gagal menjadi orangtua, ketika mengetahui betapa bejat perbuatan anak papa. Seandainya papa adalah ayah kandungmu, mungkin papa akan menguliti Darren hidup-hidup.”

Sepasang netra biru itu menatap Aya dengan pandangan berkaca kaca, sementara Darren benar benar tertunduk semakin dalam, tak sanggup menatap ekspresi wajah sang papa yang begitu hancur menyesali sikap dan perbuatan anaknya. 

“Papa juga memiliki anak perempuan, tak bisa papa bayangkan betapa hancur hati Papa jika putri Papa mengalami apa yang pernah kamu alami.” 

Aya menatap kedua mertuanya secara bergantian, bahkan wajah Mama Disya pun tampak sembab, pertanda ia pun tengah menangis.

“Maaf Pa … Ma …” ucap Darren lirih.

“Jangan pada Mama dan Papa minta maaf nya, tapi pada Aya,”

“Maaf Ay …” Darren mendongak menatap Aya yang masih belum bersuara. “Aku benar-benar menyesali perbuatanku beberapa tahun yang lalu, kini izinkan aku memperbaiki salah dan khilafku.” 

“Ay … kamu masih bersedia jadi istrinya?” tanya Papa Kevin tanpa basa-basi. 

“PA !!” protes Darren, ia tak mengerti maksud pertanyaan sang papa, Jika Papa Kevin bertanya demikian, itu artinya keputusan final ada di tangan Aya, iya kalau Aya bersedia kembali, kalau ternyata Aya tetap memilih bercerai, bisa gagal total rencana Darren membangun masa depan bersama Aya, serta menepati janji-janji nya pada anak-anak mereka.

“Diam Darren, ini bukan semata mata tentangmu, tapi Aya pun berhak menyuarakan keinginannya, dan kamu harus menghargainya.”

Darren terdiam, pasrah, habis sudah harapannya, jika Aya memilih berpisah maka ia tak bisa melakukan apa-apa lagi, karena kedua orang tuanya pasti mendukung apapun keputusan Aya.

“Bicaralah sayang …” Mama Disya mengusap kepala Aya, “Mama dan Papa akan menghargai pendapatmu, kami ikhlas jika seandainya kamu tetap memilih berpisah dengan Darren, itu hak kamu, kami tak akan memaksamu kembali pada Darren, dan tak akan ada yang berubah diantara kita, sampai kapanpun Mama akan tetap menyayangimu seperti putri Mama sendiri.”

Hati Darren semakin hancur, ia menangis mendengar penuturan sang Mama, serasa ada yang meremas kuat dadanya, “Aku gak bisa mah,” gumamnya sambil menggeleng kuat.

Tapi kedua orang tuanya tampaknya begitu kukuh dengan pendirian mereka, termasuk menentang aturan dari Papi Alex yang melarang adanya perceraian bagi seluruh keturunannya. 

Aya pun menangkap kesedihan di wajah Darren, luar biasa bimbang, jika kembali menjalani bahtera bersama Darren, hati nya belum sepenuhnya bisa menerima, tapi Jika berpisah dari Darren belum tentu kelak ia bisa menemukan mertua sebaik Mama Disya dan Papa Kevin.

“Aku belum tahu Ma … Pa …”

“Ayo sayang … singkirkan ragu, yakinkan hatimu, jangan membuat keputusan hanya karena segan pada Papa dan Mama,” Mama Disya kembali meyakinkan kebimbangan hati Aya.

“Ay … kumohon jangan perpisahan … aku gak sanggup lagi kalau kamu pilih mengakhiri hubungan kita.” Mohon Darren dengan wajah sendu dan hati yang penuh pengharapan akan masa depannya bersama Aya.

“Aku menyayangi Mama dan Papa seperti menyayangi kedua orang tuaku, aku menghormati kalian sebagaimana aku menghormati kedua orang tuaku. Dan aku sangat egois Ma … Pa … Aku juga serakah karena tetap ingin memiliki Kalian sebagai orang tuaku. Jika kesempatan ini kulepas,  belum tentu kutemukan lagi orang tua sebaik kalian.”

Luruh air mata Mama Disya, begitupula Papa Kevin, Mama Disya memeluk erat Aya, tubuhnya bergetar menahan tangis dan rasa haru luar bisa. Sungguh luas hati Aya, tak memikirkan dirinya dan segala derita yang pernah menimpanya, “Keinginanku tak banyak Ma … Pa … Aku hanya ingin sebuah keluarga yang hangat, termasuk Papa dan Mama di dalamnya.” Imbuh Aya tulus tanpa sandiwara.

Sendu di wajah Darren seketika sirna bagai tersapu badai, yah … tak apa jika alasan Aya menerimanya kembali hanya karena kedua orang tuanya, Darren sudah sangat bahagia. Selanjutnya ia akan berusaha lebih keras lagi agar Aya mencintainya, hingga suatu saat nanti Aya tak bisa lagi jauh darinya, karena sungguh tak enak merasakan cinta sendiri.

Papa Kevin menyapu wajah Darren, yang kini tengah tersenyum dalam tangisnya, “Kamu dengar itu? betapa baik dan tulusnya hati Aya, Papa tak habis pikir bagaimana dulu kamu tega melecehkan dan menyakiti gadis sebaik Aya.” 

“Aku minta maaf Pa … sungguh dari hati terdalam, aku memohon maaf pada Mama dan Papa karena pernah mencoreng nama baik kalian, apapun alasannya perbuatan ku di masa lalu tak bisa di benarkan,”  

“Sekarang papa tanya padamu, seandainya tadi Aya memilih berpisah darimu, apa kamu akan sanggup menerima keputusannya?”

Darren menggeleng kuat, “Tidak pa, Aku tak akan sanggup, Aku sangat mencintai istriku Pa, Aku menyayanginya, Aku janji akan menjaganya seumur hidupku.” Jawab Darren lugas.

“Papa pegang janjimu … jangan pernah sia-siakan berlian seperti Aya, apalagi hanya demi batu kali yang tak berharga.” Jawab Papa Kevin, tanpa di sebut pun semua tahu, siapa batu Kali yang dimaksud oleh Papa Kevin.

.

.

Hari berganti.

Sore hari ini Darren sudah memberanikan diri jalan-jalan berkeliling ruangan, sejak pagi tamu-tamu terus berdatangan. Teman-teman dan rekan kerja nya di dunia entertainment, para staf rumah sakit, bahkan kunjungan Dion dan Nita, yang kebetulan juga sedang memenuhi jadwal pemeriksaan si jabang bayi yang akan segera menyapa dunia. Darren bersyukur karena kedatangan mereka bertepatan dengan Jadwal syuting Aya, jadi Darren tak repot mencari Alasan jika mereka menanyakan keberadaan Aya di ruangannya. Bukan bermaksud ingin menyembunyikan, hanya saja Darren belum menemukan waktu yang pas, tapi cepat atau lambat, ia akan segera mengumumkan hubunganya dengan Aya.

Aya sudah pergi sejak pagi, jika ditotal sudah 10 jam 25 menit dan 45 detik. tapi hingga sore hari ini ia belum menunjukkan tanda-tanda akan kembali, bahkan telepon Darren pun terabaikan, membuat Darren semakin resah gelisah, hendak duduk pun tak bisa. 

Darren berjalan mondar-mandir di depan ruangannya, wajahnya kusut, rambut pun carut marut. Ia tak peduli menjadi pusat perhatian para perawat, dan orang-orang yang kebetulan melewatinya, demi menunggu kedatangan sang kekasih hati. 

Tapi gundah dan gelisah nya sirna seketika, berganti rasa kesal dan cemburu tak jelas. Penyebabnya adalah  karena melihat Aya datang bersama seseorang yang sama sekali tak ia duga.

“Apa kabar Dare?” Sapa Cyrus ketika mereka berhadapan.

.

.

udah aaahhh besok lagi ✌️✌️✌️

Terpopuler

Comments

Sri Murtini

Sri Murtini

😡😡😡

2025-03-08

0

Ray Siddiq

Ray Siddiq

😤😤😤 ada bau gosong 😆😆😆

2025-02-02

0

Bunda Aish

Bunda Aish

panas' ya Darren ?! Sini ta kipasin /Chuckle/

2024-08-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!