#3
Dengan telaten Aya membereskan seluruh perlengkapan makan yang kini sudah kosong, karena Darren memakan semuanya, tandas tak bersisa.
“Thanks Ay… yank…” Walau sedikit ragu, akhirnya terucap juga kata itu.
“Jangan ngelunjak…” Jawab Aya.
“Kenapa? Boleh kan aku memanggilmu begitu?”
“Tapi aku tak nyaman,” Jawab Aya datar.
Darren menangkap tangan Aya yang sedang sibuk di hadapannya, “Mulai sekarang biasakanlah, seperti aku yang akan mulai membiasakan diri dengan kehadiranmu lagi, menata hatiku, agar hanya ada cinta untukmu.”
“Gombal…” Aya menarik tangannya, walau tak kasar, tapi membuat genggaman Darren terlepas.
“Aku serius Ay…”
“Aku Akan buktikan,” Sambung Darren, yang langsung mendapat perhatian Aya, “izinkan aku ada di dekatmu,” Pintanya sungguh sungguh.
“Lihat saja nanti.” jawab Aya ketus, walau tak meledak amarahnya.
Darren kembali memupuk kesabaran, ini memang tak akan mudah, tapi setiap prosesnya teramat berharga.
‘Aku gak akan menyerah Ay… aku yakin suatu saat pintu hatimu pasti terbuka untukku’, monolog Darren.
Keduanya bebas bicara dari hati ke hati, karena Daniel dan Luna sengaja menulikan telinga, tak mau ikut campur.
“WHAT!!! Adhis?? Serius kalian ketemu Adhis??” Tanya Daniel tak percaya.
“Iya…” jawab Luna. “Kebetulan Adhis sedang di Jakarta, mengunjungi Om dan Tante nya, sekaligus calon suaminya.”
“Oh… My… God… “ Ucap Daniel tak percaya, jika gadis kecil mantan kekasih sekaligus tunangan tak jadinya Dean, kini sedang berada di Jakarta.
“Dan kamu tahu apa lagi kejutannya?” Sambung Luna dengan senyum smirk. “Tunangannya adalah Dokter muda yang semalam menjaga Darren di ruang intensif.”
Mendengar penuturan Luna, seringai Jahil tiba tiba menghiasi wajahnya, Daniel mencari-cari ponselnya, “Adhis ada rencana main kemari?”
“Sepertinya begitu, memang kamu mau apa?”
“Menghubungi Dean,” jawab Daniel santai.
“Memang Dean ada di Jakarta?” celetuk Darren.
“Iya, 2 hari lalu, sedang libur musim panas.”
“Sepertinya bakal seru nih.”
“Apa yang seru?” Aya mulai kepo, karena ia tak paham dengan pembicaraan suami dan saudara kembarnya tersebut.
“Adhis itu… mantan kekasih Dean,” Jawab Darren lembut.
“Hampir bertunangan Ay… tapi Dean menolak bahkan mengakhiri hubungan mereka.” Sambung Luna.
“Hei dimana kamu?”
“Kenapa? Merindukanku?” Tanya Dean balik, ketika Daniel menanyakan keberadaannya.
“Ke rumah sakit dong, masa di rumah terus.”
“Iya… ini sudah di tempat parkir…”
“Nah gitu dong, masa pak Dokter diam di rumah?”
Daniel pun mengakhiri panggilan, “seneng amat ngerjain orang.” Celetuk Aya.
Tapi kali ini tiga bersaudara tersebut kompak mengulum senyuman, “bukan hanya aku Ay, tuh kamu lihat sendiri, Darren dan Luna juga menantikan hal ini, kapan lagi bisa ngeprank si Casanudin.”
Aya tak peduli dengan keisengan 3 bersaudara tersebut, ia mengulik ponselnya, untuk memastikan jadwal syuting Super Chef berikutnya. “Eh… mau kemana?” Darren kembali menarik lengan Aya yang hendak mengambil jarak darinya.
“Mau duduk di sofa.”
Daren menatap cemberut, “aku sendirian dong.”
“Ya gimana, Pegel tau duduk di sini.” Protes Aya.
“Kamu baring di sebelah ku juga gak papa Ay…”
Semburat kemerahan pun nampak di wajah Aya, Darren terlalu vul gar menampakkan maksudnya.
“Eheeemmm… kami masih di sini loh.” Sindir Daniel.
Tok
Tok
Tok
Suara ketukan pintu disusul kemudian seorang gadis muda masuk ke ruangan VVIP tersebut.
“Sorry… aku ganggu?” Ujarnya dengan senyum dan laku lemah lembutnya.
“Woilaa … Adhisti … surprise banget ketemu kamu di sini.” Sapa Daniel.
“Apa kabar kak?” Adhis menjawab sapaan Daniel.
“Et dah… berasa kaya anggota DPR aja, pake di tanya-tanya kabar segala.” seloroh Daniel.
“Ya kan udah lama gak ketemu.” Balas Adhis.
“Iya … makin cantik aja Dhis? Bahkan Luna bilang kamu udah punya tunangan,”
Mahasiswi semester 3 tersebut hanya tersipu mendengar pujian Daniel, kemudian ia mendekat ke bed pasien.
“Apa kabar kak? Kapan nikahnya, kok aku gak pernah dapat undangan?”
“Coming soon…” Jawab Darren yakin, membuat Aya melotot tajam, tapi Darren abaikan, ia bahkan sengaja menyentil hidung Aya, “Iya kan Ay?”
“Tau ah…” Jawab Aya memanyunkan bibirnya dengan omelan tak jelas.
“Aku serius Ay… mumpung Adhis lagi di Jakarta, sekalian titip undangan untuk Om Bima.”
Aya diam … malas menjawab keabsurd an tingkah Darren.
Tok
Tok
Tok
Lagi-lagi suara ketukan pintu kembali terdengar, menampilkan wajah tampan berbalut pakaian casual lengkap dengan kacamata hitam dan topi yang belum ia lepas. Penampilan Dean memang selalu modis, pun seandainya ia hanya memakai karung goni. Sebuah kemampuan alami yang ia warisi langsung dari sang Daddy.
“Pada kangen aku gak??” Tanya nya penuh percaya diri, ia belum menyadari bahwa mantan kekasihnya berada di ruangan tersebut.
“Pe De banget jadi manusia, aku mau minta kamu gantiin aku jaga Darren.” Daniel menjawab sapaan Dean.
“Ish… gak asik, lagian kan sekarang ada kakak ipar… iya kan … Dare… ?” Kalimat nya tiba-tiba terjeda, ketika ia berbalik melihat gadis cantik yang entah sejak kapan berdiri di belakang nya. Dean menelan ludahnya dengan susah payah, dadanya bergemuruh tak jelas, terlebih sang mantan terlihat semakin cantik di usianya saat ini. Melihat seringai di wajah ketiga sepupunya, Dean hanya mampu mengumpat kasar dalam hati, karena ketiga saudara sepupunya telah sukses membuat dirinya terjebak situasi dengan seseorang yang pernah bersengketa hati dengannya beberapa tahun yang lalu.
“Apa kabar kak?” Sapa Adhis, jangan ditanya bagaimana perasaan Dean, kacau balau, bahkan wajah tampannya mendadak pucat pasi.
.
😜 bagaimana kisah Dean selanjutnya, nanti di buku Dean sendiri.
.
“Selamat sore,” Sapa Kevin pada para perawat yang bersiaga di bangsal VVIP, karena sejak pag ia dan sang istri sibuk, maka tugas menjaga Darren mereka limpahkan pada menantu sekaligus kedua anak mereka yang lain.
“Sore Dok … “ jawab kelima perawat tersebut dengan senyum hangat di wajah mereka.
“Apa istriku ada di dalam?”
“Iya dok, baru beberapa saat yang lalu Dokter Disya datang.”
Kevin mengangguk, kemudian bergegas menyusul sang istri ke ruang perawatan Darren.
Sepeninggal Kevin kelima perawat tersebut meringis, “Kenapa tidak sejak dulu saja aku tahu kalau Darren adalah putera Dokter Kevin?” Keluh salah seorang dari perawat tersebut.
“Padahal Wajah Darren sangat mirip dengan Dokter Kevin.”
“Memang kalau kalian tahu, mau apa?”
“Ya … gak papa sih, cuma gimana yah?”
“Eh … eh … tapi ada yang aneh,”
“Apa yang aneh?”
“Ku perhatikan ada Chef Chaca di ruangan Darren.”
“Ah … iya aku baru ingat, Chef Chaca Juri baru Super Chef, yang katanya teman sekelas Darren.”
“Lihat … ekspresi mereka ketika berhadapan? seperti ada sesuatu diantara mereka.” pandangan mereka tertuju pada lama Instagram yang memperlihatkan wajah Darren dan Aya ketika acara Super Chef berlangsung.
“Tapi kenapa di sini terus yah?…”
“Jangan jangan? mantan yang Darren maksudkan adalah ???”
“Oh my God …”
Kelima perawat tersebut, saling tatap dengan beragam praduga di kepala masing masing, yang jelas berita yang baru saja mereka simpulkan akan segera viral beredar dalam laman percakapan grup chat rumah sakit.
.
.
“Sudah bisa menggerakkan lengan?” tanya Papa Kevin sesaat setelah tiba di ruangan Darren.
“Sudah Pa … tapi belum leluasa, masih nyeri sedikit, untung sekarang ada yang suapin makan.” jawab Darren seraya menggerakkan lengan dan bahunya perlahan,
“Alasan aja dia pah … padahal aku juga bisa kalau cuma menyuapi makan, dasar manja !!”
Darren menjulurkan lidah ke arah saudara sulungnya tersebut, “Digerakkan pelan-pelan, kalau lengan kamu terlalu dimanja, malah semakin lama sembuhnya.”
“Iya pa …”
“Kondisi kamu gimana Ay … apa masih pusing dan lemas?” Tak lupa Kevin menanyakan keadaan menantunya tersebut.
“Sudah lebih baik Om … eh Pa … pa … barusan konsultasi langsung sama mama,” jawab Aya kikuk, karena belum terbiasa dengan panggilan baru tersebut.
“Syukurlah … papa senang mendengarnya, kalau memang masih pusing jangan di paksakan, Darren sudah besar, dia bukan bayi lagi yang harus di jaga 24 jam.”
“Tadi Mama juga bilang begitu Pa,” Celetuk Mama Disya, yang kini mengambil alih sendok dari tangan Aya, kemudian menggantikan sang menantu menyuapi Darren.
Darren meringis, karena tak bisa menyembunyikan apapun dari kedua orang tuanya.
“Ay … jangan merasa terbebani, kamu bisa kembali memenuhi jadwal kerjamu seperti biasa, dengan catatan kondisimu sudah membaik.”
“Paa …” Darren mulai mengajukan protes, yang langsung lirikan tajam Papa Kevin.
“Kamu sendiri bekerja di bidang yang sama, hanya beda jalur saja, Aya tetap harus menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak kerja yang ia tandatangani, jangan mentang mentang jadi suami, lalu kamu menghalangi apa yang menjadi tanggung Jawab Aya, lagi pula papa yakin jadwal kerja Aya tak sepadat jadwal kerja mu kan?”
Darren mengangguk dengan wajah ditekuk, sendu membayangkan Aya akan pergi beberapa Jam ketika melakukan kewajiban syutingnya.
“Jadi kapan jadwal syuting mu berikutnya?” Tanya Mama Disya, sementara tangan kirinya mengusap punggung Aya perlahan.
“Besok Ma …”
“Perhatikan kondisimu, perhatikan asupan makananmu juga,” pesan Mama Disya pada menantunya tersebut.
“Daniel … Luna?”
“Iya pa?” Jawab keduanya.
“Belilah makanan dan bagi bagikan pada para perawat dan Staf lainnya.”
Dua bersaudara itu mengangguk, cukup paham jika mereka memang diperintahkan kedua orang tuanya untuk keluar ruangan, karena mungkin ada pembicaraan yang tak boleh mereka dengar.
Setelah Daniel dan Luna meninggalkan ruangan, Papa kevin kembali menatap menantunya.
“Aya … ada yang ingin Papa dan Mama bicarakan denganmu.”
.
.
Sepi
Canggung
Sunyi
Sepasang mantan kekasih itu tengah berdiri bersisihan di koridor rumah sakit, "Adhis ... Aku ingin minta maaf padamu."
"Untuk?"
"Semua tentang kita di masa lalu."
Adhis tersenyum, ia menatap lalu lalang pejalan kaki yang melewati mereka.
"Tenang saja kak, aku sudah menutup buku kita di masa lalu, aku harap kaka juga begitu, berbahagialah dengan dirimu yang sekarang dan bahagiakan wanita yang saat ini mendampingimu."
"Kamu tahu?"
"Apa?"
"Kalau aku memiliki kekasih?"
Adhis tersenyum tanpa menatap Wajah Dean. "Tidak ... Aku hanya menduga saja, lagipula memang sepert itu kan kebiasaanmu sejak dulu, setiap minggu ..."
"Aku bukan yang dulu lagi." Protes Dean. "Aku sudah lama tak berganti kekasih, mungkin sudah 4 tahun ini." Aku Dean sembari membayang kan wajah sang kekasih yang saat ini juga tengah berlibur di negaranya.
"Syukurlah ... aku senang mendengarnya, aku harap kita bisa tetap berteman kak."
Dean mengangguk.
Akhirnya keduanya kembali bertatapan dalam jarak aman, tatapan mereka terputus ketika ponsel Adhis berdering.
"Aku pamit kak, sepertinya Mas Raka sudah menyelesaikan shift jaga nya."
"Mas Raka?" tanya Dean kepo.
"Tunanganku kak... Kebetulan dia jadi Dokter Residen di rumah sakit ini." Jawab Adhis dengan senyuman yang menampakkan kedua lesung pipi nya, senyum yang dulu memikat Dean, hingga berlanjut menjadikan mereka sepasang kekasih.
Tapi Dean harus sadar diri, apa yang sudah ia tinggalkan tak mungkin ia raih kembali, lagi pula kini ia punya seseorang yang menetap di hatinya.
.
.
1600 kata plus banyak tokoh pembantu di novel ini, hanya sekilas, sekaligus numpang promo untuk novel Dean dan Adhis.
.
Udah pada tahu kan, Ada di mana novel masa pacaran Dean dan Adhis?
.
Next kita ketemu Cyrus yang mengunjungi Rival di rumah sakit 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
pipi gemoy
😂😂😂😂😂😂😂😂
pasti kena mental si playboy
2025-01-28
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
modus 💞
2024-08-25
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sukses 🤭👍🤣
2024-08-25
0