#12
Setelah sebelumnya mampir di restoran untuk mengamankan perut yang lapar, perjalanan berlanjut hingga ke Penthouse yang dulu pernah mereka tempati berdua, walau hanya 2 bulan.
Dulu ia gak pernah sekalipun menginjakkan kaki di kamar luas ini, menatap pintunya saja Aya enggan. Tapi setibanya mereka di Penthouse, “jangan coba-coba melirik kamarnu yang dulu.” Darren langsung menurunkan ultimatum, melarangnya melirik kamar yang dulu ia tempati. Sebaliknya pria itu langsung menyeretnya menuju kamar utama yang biasa ia tempati.
“Mulai detik ini dan seterusnya, kamar ini milikmu, buat dirimu nyaman, bahkan kamu bisa merubah seluruh bentuk dan isinya sesuka hati, aku tak keberatan.”
“Mandilah duluan, aku mau menelepon Mas Dion.”
“Tapi aku harus ke kamarku yang dulu, baju gantiku ada di sana.”
“Pakai yang ada di kamar ini saja.”
“Maksudmu, aku pakai bajumu?”
Darren berdiri mematung di depan pintu, ia tertawa geli mendengar pertanyaan Aya, kemudian berbalik dan kembali hanya untuk memeluk istrinya. “Duh gemes banget sih Ayank ku … gigit boleh gak sih?”
Aya mencebik kesal, tak tahu pula dimana letak kesalahannya hingga Darren menertawakan dirinya. “Gak boleh!!”
Darren terkekeh mendengar jawaban istrinya, kemudian membawa Aya ke walk in closet, ruangan khusus berisi outfit milik Darren, mulai dari yang resmi hingga yang super duper santai untuk sehari-hari. Berbagai aksesori yang biasa Darren kenakan, Topi, jam tangan, sepatu, dasi, semua berjajar rapi seakan akan itu benda pajangan di etalase toko.
Darren membuka salah satu lemari pakaian, dan nampak di sana berbagai macam pakaian yang ia sediakan khusus untuk sang istri, “isinya belum terlalu banyak, karena aku tak tahu selera fashionmu seperti apa, setelah ini kamu bebas mengisinya sesuai keinginanmu.”
“Yakin?”
“Terlalu yakin, habiskan semua uang yang ada di kartu debit pemberianku, akan ku tambahkan kartu kredit bila perlu.”
Aya tersenyum, “Aku hanya bercanda, sudah sana keluar.” lanjut Aya, kemudian mendorong tubuh Darren menjauh dari walk in closet.
Tak perlu banyak waktu, jika hanya sekedar mandi dan mencuci rambut, Aya hanya memerlukan 15 menit, sementara Darren masih sibuk di depan laptop dengan ponsel yang membuatnya terurus terhubung dengan Dion.
Aya nyengir sendiri, membayang kan betapa lelahnya tubuh sang suami, ia baru saja mengendarai mobil cukup lama, dan kini masih berkutat dengan pekerjaan yang entah apa itu, jika 5 tahun yang lalu Aya bahkan tak peduli dengan apapun yang Darren lakukan, tapi kini Aya sungguh ingin tahu apa yang sedang Darren lihat di laptop nya.
Mengikuti kehendak hatinya, Aya pun duduk mengambil tempat di sebelah Darren, tanpa menghentikan percakapannya dengan Dion, Darren menunjuk layar monitor agar Aya melihat apa yang ada di dalam sana.
Ternyata Darren sedang mempelajari garis besar rencana resepsi pernikahan yang akan segera digelar, beberapa poin yang masih harus menjadi perhatian, serta persiapan apa saja yang sudah selesai dilakukan, jika saja Darren bersedia mengadakan acara resepsi pernikahannya di Twenty Five Hotel, maka semua kerumitan ini tak akan terjadi, karena sudah pasti pihak hotel lah yang akan mengurus semuanya hingga hal-hal terkecil sekalipun.
Tapi Darren teringat pesan Opa Alex di pertemuan terakhir mereka.
Flashback
“Opa … Aku ingin minta izin.”
“Untuk?”
“Kali ini aku tak ingin lagi menyembunyikan identitas keluarga kita.”
Opa Alex mengangguk dengan senyum menghiasi wajah nya, “Sejak awal Opa tak keberatan kamu melakukannya, tapi kamu menolak.”
“Saat itu aku masih terlalu muda, banyak hal yang ku takutkan, aku takut membuat Opa malu, bahkan Aku pernah menjadi NAPI, pasti Opa malu sekali jika saat itu orang-orang tahu aku adalah cucu dari Tuan Geraldy.”
Lagi-lagi Opa Alex tersenyum, “satu hal yang harus kamu tahu, jika saat itu opa mau, Kamu tak akan pernah merasakan dinginnya jeruji besi tahanan.”
“Maksud Opa?”
“Opa tahu semua yang menimpamu adalah sebuah konspirasi murahan yang diciptakan oleh seseorang, Opa beri bantuan pada pengacaramu secara diam-diam, karena kamu begitu keras kepala, tak mau meminta bantuan pada Opa, tapi oppa sengaja menumbalkan dirimu agar Opa bisa terus menggali informasi mengenai Baldi, sekaligus memberikan pelajaran pada seorang laki-laki yang berani merampas kehormatan seorang gadis.”
Darren menunduk semakin dalam, “Tapi sepertinya kemarahan Opa sudah diwakili oleh Daniel, dan kedua orang tuamu, jadi tugasmu selanjutnya, jaga keluargamu, seorang kepala keluarga tak seharusnya membiarkan istri dan anak-anak nya menangis seorang diri. Bahagiakan Aya, hingga dia lupa, bahwa pernah ada masa kelam dalam kehidupan kalian.”
“Tegakkan punggung mu, dan katakan dengan bangga bahwa kamu adalah seorang penerus Alexander Geraldy, Opa akan sangat bangga jika kamu bersedia kembali menggunakan nama belakang keluargamu.”
“Terima kasih Opa.”
Flashback end.
Karena itulah, daripada menggunakan fasilitas Hotel, Darren ingin memanfaatkan luasnya pekarangan Geraldy Kingdom, toh pada saat itu mereka akan sudah mengetahui, bahwa Darren Alexander adalah cucu dari Alexander Geraldy. Garden Party menjadi pilihan Darren, karena acara akan berlangsung cukup lama, jadi meminimalisir kejenuhan suasana, Dan kini ia tinggal meminta persetujuan sang istri.
“Gimana? kamu suka ideku?” Tanya Darren usai mengakhiri panggilannya dengan Dion.
Aya masih dibuat takjub dengan rencana dekorasi acara yang akan terselenggara di Geraldy Kingdom, Dari sore hingga tengah malam, mengingat banyaknya tamu undangan yang akan menghadiri acara tersebut.
“Padahal ini baru gambar, tapi terlihat seperti nyata,”
"Kamu suka?" Aya mengangguk, “Kalau kamu tak suka konsepnya, katakan saja, aku tak ingin kita bertengkar hanya gara gara konflik menjelang hari pernikahan, menurutku itu gak lucu sama sekali, jika kamu tak suka pilihanku, aku akan ikut dengan pilihan hatimu, selesai semua urusan.”
“Aku suka … ini cantik.”
“Benarkah? kamu suka?”
Aya mengangguk, “Aku suka semua hal yang kamu usahakan untuk membuatku bahagia.”
“Apa itu bisa diartikan sebuah kalimat cinta?”
“Menurutmu?”
“Bilang aja Ay… aku sabar menunggumu jatuh cinta padaku, tapi aku akan lebih senang kalau kamu mengatakannya langsung saat ini juga.”
“Sama aja boong dong, katanya sabar.”
“Iya… iya… iya… aku sabar, tapi…”
“Tapi apa lagi?”
Cup
“Cium gak papa kan?”
Cup, lagi-lagi Darren menciumi Aya, bukan hanya bibir, tapi juga seluruh wajah. “Aku bakal kangen banget.” Bisik Darren di sela-sela ciumannya.
“Lho ???”
“Besok setelah Fitting baju pengantin, aku akan sibuk, mungkin tak pulang sampai menjelang hari H, karena itulah aku membawamu ke sini, biar kita bisa berduaan tanpa ada gangguan.”
“Dasar modus… padahal gak di apartemen, gak di rumah mama, kamu tetep aja memonopoli aku, sampai aku gak enak hati sama mama.”
“Terlalu candu, bercampur rindu, jadilah semakin menggebu, padahal sudah setiap saat bertemu …”
.
.
“Nah … ini dia yang ditunggu.” Seru Aunty Emira ketika melihat kedatangan Darren dan Aya.
Mama Disya dan Mommy Bella pun nampak tersenyum menyambut kedatangan kedua nya.
“Maaf… kami terlambat, sudah lama nunggunya?” Ucap Aya serba tak enak, karena sudah membuat ketiga wanita luar biasa ini menunggu.
“Tidak kok… kami sekalian ukur diri sendiri dulu, trus setor ukuran para pria kami, ini lagi nunggu contoh kebaya terbaru yang sudah setengah jadi, nanti untuk akad nya.” Mama Disya menjelaskan panjang lebar.
Jika sudah berada diantara para wanita Darren hanya tinggal manggut manggut tanpa banyak bicara.
Tak lama contoh brokat untuk kedua mempelai pun tiba.
Ada 3 pasang model terbaru.
Semuanya berwarna senada, broken White, “kalian suka yang mana, kali ini Aunty dan uncle yang jadi sponsor untuk Dresscode mempelai dan keluarga.”
“Seriusan Aunty?”
“Iya dong … buat keponakan tampan ini, apa yang tidak serius? Kamu suka yang mana Ay? Kayanya Darren manut sama selera kamu deh.”
Aya menatap kagum ketiga pasang pakaian adat yang salah satunya akan ia kenakan, walau masih setengah jadi tapi ketiganya kelihatan memukau dalam pandangan matanya.
“Kok Aunty tahu?”
“Tahu lah… kelihatan dari wajahmu, kayak orang kebelet kawin.” Celetuk Aunty Emira.
Darren tersenyum kikuk, “makanya semalam di kurung di apartemen, kalian gak ngapa ngapain kan?” cecar Emira.
“Diiih Aunty kepo,”
“Gimana sudah dapet apa yang kamu mau sayang?” Tanya Mommy Bella ketika melihat Aya kebingungan.
“Semuanya bagus Mom … aku bingung.”
“Mau Mama bantu pilihkan?”
“Boleh Ma… kebetulan aku bingung.”
“Sejak tadi Mommy dan Mama suka sama yang ini.”
“Ya sudah, Aya ikut pilihan Mommy dan Mama saja, lagipula aku tak berpengalaman memilih kebaya.”
Pilih memilih kebaya, berlanjut ke gaun yang akan dikenakan ketika resepsi, dan segala pernak pernik yang akan menyertai nya.
Karena urusan pakaian sudah di pilih oleh para wanita, maka Darren pun pamit, tak lupa menitipkan istrinya. Sebenarnya berat meninggalkan Aya, tapi proyek ini harus selesai sebelum hari pernikahan, maka suka atau tidak. Darren harus merelakan waktunya saat ini demi terwujudnya proyek yang sangat ia idamkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dwi apri
belum akad lg aja q udah bilang wow
ikut bahagia deh
semoga lancar
2024-12-09
2
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
cepatlah bersatu 😍
2024-08-26
1
Rahmawati
saatnya aya bahagia
2023-12-23
1