#19

Semakin malam, tamu yang datang semakin membludak, Darren sendiri tak menyangka, banyak tamu yang awalnya tak bisa hadir, tiba tiba hadir di detik-detik terakhir. Darren bahkan kasihan melihat wajah pucat Aya, terlihat sekali istrinya sudah kelelahan tapi masih memaksakan diri tersenyum di depan para tamu undangan. 

“Duduk dulu Ay…” Darren mendudukkan Aya di pelaminan. 

“Aku kuat kok gak papa.” Tolak Aya ketika Darren memaksanya duduk. 

“Jangan ngeyel bisa nggak?” 

“Nggak bisa.” Jawab Aya dengan seringai di wajah. 

Darren berdiri dengan kedua lutut nya. “Nakal yah, minta di bungkus sekarang rupanya.” Bisik Darren gemas. 

Aya terkekeh, “dih bungkus… bungkus… emang aku gorengan.”

“Lebih nikmat dari gorengan pokoknya,” Balas Darren sembari melepas heels yang Aya kenakan. 

“Ish…” Jawab Aya dengan bibir mencebik. 

“Ay… kondisikan bibir Ay… kamu tahu, aku paling gak tahan lihat bibirmu menganggur.” 

“Modus aja kamu, emang cuma bibir, semua juga udah kamu embat.”

“Sayang untuk dilewatkan.” 

Obrolan ringan berbau 18 plus itu terus berlanjut sampai tamu berikutnya datang, hal sederhana yang cukup mampu membunuh rasa bosan, mengingat sudah berjam jam Mempelai berada di pelaminan. 

Hampir jam 11 malam, akhirnya Aya menyerah, dan menuruti keinginan Darren untuk kembali ke kamar, rasanya punggungnya hampir patah, serta betisnya sudah sekeras ikan kayu (ikan tuna yang diasap, hingga tekstur dagingnya sekeras kayu). 

“Lho… Oma belum tidur?” Tanya Aya ketika berpapasan dengan Oma Stella yang masih sibuk memberikan instruksi pada para asisten yang bertugas di dalam rumah. 

Maklum saja, hari ini Geraldy Kingdom kedatangan banyak tamu, jadi hampir semua kamar di rumah utama terisi penuh. Karena itulah, demi kenyamanan, malam ini Juga Darren mengajak Aya menginap di Apartemen saja. 

“Belum sayang, Oma belum ngantuk, apa kamu lelah?” 

Aya mengangguk dengan wajah di tekuk. 

“Biasa itu, dulu ketika resepsi, Oma juga istirahat duluan, dan Opa sendirian menerima tamu,” jawab Oma Stella mengingat kala iya masih menjalani masa pemulihan ketika resepsi pernikahannya dengan sang suami diadakan. “ya sudah istirahat lahlah, nanti jadi pulang ke Apartemen?” 

“Sepertinya begitu Oma, Darren ngotot ingin ke apartemen saja.”

“Ya sudah tidak apa-apa, Oma juga pernah muda.” Bisik sang Oma jahil, membuat wajah Aya memerah tak karuan bentuknya, sungguh malu sekali. 

Oma Stella tentu paham keinginan pengantin muda tersebut, privasi adalah segalanya, tak masalah, toh mereka sudah disatukan dalam ikatan yang halal, semoga berita baik segera datang mampir ke telinga. 

Setelah semua kehebohan pesta berakhir, Darren benar-benar tak membuang waktunya, bodo amat dengan kehebohan after party, ia hanya ingin segera memboyong Istrinya ke Penthouse. Bahkan sepanjang perjalanan Darren tak melepaskan genggaman tangannya. Pria itu sungguh bahagia, bayang-bayang indah menjalani pernikahan penuh romansa kini mulai berkelebat datang tanpa diundang. 

#Deuuuhhh othor ngontrak aja Dare, kayaknya gak ada tempat di apartemenmu buat othor nyempil diantara kalian. 

“kenapa pake tutup mata segala sih??” Tanya Aya ketika Darren menutup kedua matanyanya dengan syal. 

“Ada lah, pokok nya kamu tahu beres.” Jawab Darren. “Sini genggam tanganku, dan kamu cukup percaya padaku.” Darren membimbing langkah Aya menuju tempat yang Darren maksudkan. 

Suara handle pintu ditarik, pertanda mereka tengah memasuki kamar. 

Aya membuka kedua matanya, ketika Darren melepas Syal yang menutupi kedua mata nya. Ia sungguh terkejut dengan pemandangan yang tersaji di hadapannya. 

Kamar Darren sungguh berubah dari pada terakhir kali mereka menginap di ruangan tersebut. Kini kamar tersebut, telah dihias dengan taburan kelopak mawar merah diatas pembaringan dan di seluruh lantai ruangan, jangan lupa balon-balon dengan warna senada. 

“Niat amat bikin ini semua?” Tanya Aya dengan wajah merona. 

“Ini memang bukan kamar barumu, bukan kamar baru kita, tapi aku bersumpah, selain mbak Nita dan asisten yang membersihkan tempat ini, kamu adalah wanita pertama yang ku bawa masuk ke kamarku. Baik lima tahun yang lalu, atau pun saat ini. Aku sungguh sungguh menjaga diriku, demi membuktikan kepadamu bahwa malam itu murni sebuah jebakan yang Baldi siapkan untukku. Aku bersumpah hingga akhir nanti, seluruh raga ini hanya milikmu seorang. Maaf karena aku pernah merusak segalanya.”

Aya berbalik dan melingkarkan kedua lengannya ke leher Darren, ia berjinjit karena perbedaan tinggi badan mereka yang tak masuk akal. 

Cup

“Aku sudah memilih kembali padamu, maka semua noda di masa lalu kita sudah ku hapus tanpa sisa, kita mulai semuanya dari NOL, memulai cerita kita, semoga hanya yang indah indah, jangan lagi ada prasangka, apalagi dusta.”

Darren memeluk tubuh mungil tersebut, bahkan sedikit mengangkat nya agar tinggi mereka sejajar. “Terima kasih Ayank ku, I love You,” Hari ini entah berapa kali Darren mengatakan kata-kata cinta. 

Pelukan mereka terasa lebih hangat malam itu, padahal sebelum sebelumnya mereka kerap berpelukan diatas ranjang, bahkan melakukan lebih, walau tak sampai terjadi penyatuan tubuh, karena rasa ragu menghalangi mereka. 

Tapi kini gak ada lagi membuat mereka ragu, bahkan kini ikatan keduanya sah dimata hukum dan agama, Darren mengecup setiap inci wajah istrinya tanpa terkecuali, bahkan sesekali Aya terkikik geli ketika kedua tangan Darren mulai aktif meraba dan menjelajah tanpa jeda. 

“Ay  …  malam ini boleh? Aku ingin mencoba nya lagi denganmu.” bisik Darren dengan suara parau dan nafas yang mulai tak beraturan. 

Aya terdiam, ia menatap sepasang netra berkabut gai rah yang memandangnya penuh syahdu penuh rindu, lima tahun sudah peristiwa itu berlalu, bukan hal mudah bagi seorang pria untuk melaluinya. Tapi Darren mampu menjaga dirinya, melalui semuanya. Maka kini walau rasa tegang dan takut masih membayang, kala Aya teringat bagaimana rasa penyatuan pertamanya dahulu. Aya tak ingin Darren menundanya, akan menjadi dosa jika Aya menghalangi sang suami menunaikan kewajibannya menafkahi istrinya. 

“Kamu mau mencobanya lagi kan?” Tanya Darren penuh harap, “Tapi kalau kamu masih takut padaku, aku tak akan memaksa, aku akan lebih sabar lagi menunggu.” Sepenuh hati Darren berharap Aya tak akan menolaknya malam ini, tapi jika Aya menolak pun, Darren harus terima, karena dahulu dirinya lah yang menorehkan luka, maka kini ia pun harus bersabar membersamai proses penyembuhannya. 

Darren mengecup kedua tangan Aya yang mulai terasa dingin, yah mungkin benar, jika Aya memang masih takut jika mereka melangkah lebih jauh malam ini.

Aya melepaskan genggaman tangan Darren, Kemudian menangkup wajah tampan Darren, “Lakukanlah … aku tak ingin menunda hak yang memang seharusnya kamu dapatkan atas ku.” 

Kalimat sederhana, namun sarat akan ribuan makna, muara dari segenap rindu dan cintanya, Darren berharap ini bukan akhir dari penantian panjangnya, melainkan awal dari semuanya.

Terpopuler

Comments

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

akhirnya 🤭

2024-08-26

0

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

NNPAPALE🦈🦈🦈🦈

othor sama aku aja dipojokan sofa aku udah nyiapai es teh se teko sama bakwan mendoan pisang goreng, kita nonton live drama dalam kamar... 🤣🤣🤣😙

2023-12-11

1

Siti Ariani

Siti Ariani

dimulai dr nol y kak, kayak di SPBU 🤭

2023-12-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!