Dia, Istriku

Dia, Istriku

#1

#1

...SEBELUM MEMBACA PLEASE SEMATKAN BINTANG 5 NYA DULU GAES 🤗...

...AH IYA, OTHOR SARANKAN BACA DULU ISTRI RAHASIA SANG AKTOR, SEBELUM MEMBACA CERITA INI...

...***...

Keluarga … didalamnya sana ada kasih

Ada cinta tulus

Kadang tak terkatakan

Namun nyata terasa

Menyeruak ke dalam jiwa, dan…

Menetap disana sampai kapanpun

Sejatinya sebuah keluarga dimulai ketika sebuah ikatan suci pernikahan terucap dari lisan seorang pria yang akan mengambil alih sang wanita dari tangan ayah kandungnya

Maka sejak saat itu

Baik dan buruknya istri

Saat sakit dan sehatnya istri

Saat istri sedih dan bahagia

Semua diambil alih oleh pria yang bernama SUAMI. 

Di ruang perawatan Aya, ketiga orang itu masih sibuk bercakap cakap, bahkan senda gurau belum juga mereka hentikan. Karena kini mereka bukan sekedar kawan biasa, mengingat pagi tadi Daniel dan Luna baru mengetahui bahwa kini Aya adalah saudara ipar mereka.

“Kapan kamu masak batagor Ay …?” tanya Daniel setelah mereka bertiga kehabisan bahan obrolan.

Aya tersenyum, ia melipat salah satu kakinya ke sofa, “Dengar, aku sedang dalam tahap persiapan meluncurkan beberapa menu baru di Pete Cafe, salah satunya batagor,”

Wajah Daniel seketika berbinar, “Oh iya …? Jadi kapanpun aku bisa ke sana dan makan batagor buatanmu?” tanya Daniel, yang diangguki oleh Aya. 

“Mulai deh … Jangan Ay … bahaya, bisa-bisa batagor malang itu habis dimakan Daniel sebelum sempat kamu jual, bahkan Cafe mu bisa bangkrut mendadak, kalau Daniel datang.” cibir Luna pada kakak kembarnya. 

Daniel melempar bantal sofa ke wajah Luna, “Sembarangan kalo ngomong, tapi mungkin bener sih … hahaha …” seloroh Daniel, di susul kemudian tawa berderai dari ketiganya. 

Entah kenapa ketiganya belum merasakan kantuk, seperti enggan memejamkan mata, bahkan Daniel beberapa kali menatap pintu, berharap Darren segera datang, karena sudah lebih dari 3 jam Darren pergi. jika hanya pulang ke apartemen dan mandi, tak akan selama ini waktu yang ia butuhkan.

Tanpa Daniel sadari Luna dan Aya pun merasakan keresahan yang sama, tapi keduanya sama sama berusaha menyembunyikannya.                

Ponsel Daniel yang sejak tadi menganggur di meja tiba tiba berbunyi, melihat nama yang tak biasa, Daniel segera mengangkatnya.

Daniel seketika berdiri dari duduk nyamannya di sofa. “PAMAN!!! Aku suka paman yang biasanya, jangan pernah bercanda,” Air mata Daniel mengalir begitu saja, sementara mulutnya terus memuntahkan amarah, baru saja Hans mengabarkan padanya bahwa sang adik kini dalam kondisi tidak sadarkan diri, setelah dada kanan nya di tembus dua buah peluru. 

“Katakan jika paman sedang berbohong!!! Aku tak suka kebohongan paman!!!” Wajah Daniel memerah menahan amarah. 

“Aku tidak bohong, jangan lupa bawa Aya bersamamu.” 

Panggilan itu terputus begitu saja, Hans menghubunginya ketika ia sedang dalam perjalanan bersama Ambulance yang membawa Darren ke William Medical Center. 

“Padahal tadi aku memberimu pistol, kenapa tak menggunakannya??” Sesal Hans, kala melihat wajah pucat Darren. 

“Berapa lama lagi kita tiba di rumah sakit?” Tanya Hans pada petugas yang berada di kursi  kemudi. 

“5 menit lagi tuan… semoga bisa dipercepat,”

Sementara itu Mama Gadisya masih menangis pilu di pelukan suaminya, mereka pun sedang dalam perjalananan ke rumah sakit setelah menerima berita dari Hans, “Darren akan selamat kan?” Bisik Mama Gadisya. 

“Iya… aku yakin dia akan selamat, sebaiknya kita berdoa dan meminta yang baik-baik saja, dan jangan berprasangka buruk.” Jawab Kevin seraya mengusap punggung sang istri yang kini terisak di pelukannya. 

Sementara pasangan suami istri lain yang ada di barisan depan pun tak mampu berkata apa-apa, benar apa yang Papa Kevin katakan, mereka cukup berprasangka baik, dan berharap yang baik saja. 

Mereka tiba di rumah sakit sesaat sebelum Darren dibawa ke ruang operasi, beberapa menit yang lalu Darren menerima pertolongan pertama, akibat luka yang ia alami. 

“Emira…” Sapa papa Kevin. 

“Oh… kalian sudah tiba,” Balas Emira seraya mengusap air mata nya. 

Wajah Ibu 2 anak ini pun memerah, begitu pula dengan kedua matanya yang saat ini masih berkaca kaca. 

“Kakak ipar yang sabar yah… Darren anak yang kuat, aku yakin dia bisa berjuang melewati ini semua.”

Adik dan Kakak ipar ini saling berpelukan dan menumpahkan tangis, sementara Bella pun tak kuasa menahan tangisan, beberapa tahun yang lalu, ia pun merasakan perasaan ini ketika Danesh menderita luka tembak. Satu lagi fakta tentang para laki-laki di keluarga Geraldy, keberanian mereka tak perlu lagi dipertanyakan, tanpa pikir panjang mereka akan bertaruh dengan keselamatan mereka sendiri demi sebuah kebenaran. 

.

Daniel, Luna dan Aya tiba satu jam kemudian, karena mereka tak bisa meninggalkan Aya begitu saja, maka Daniel mengambil keputusan Aya di bawa pulang paksa, karena Dokter yang menangani Aya pun tak menyarankan rawat inap. 

Lagipula nanti di William Medical Center, ada Mama Gadisya, yang pastinya akan lebih perhatian pada menantunya.

Aya menatap dua saudara kembar yang kini berjalan cepat di hadapannya, dirinya pun cemas, tapi Aya tahu dua bersaudara itu lebih cemas lagi, mereka seperti kehilangan separuh nyawa, padahal dirinya sendiri pun istri Darren, walau belum tahu perasaan seperti apa yang bisa ia berikan pada sang suami, karena cinta sama sekali belum ia rasakan untuk pria yang menikahinya 5 tahun silam tersebut. 

Aya menatap dari jarak aman, bagaimana Daniel menangis di pelukan sang papa dan Luna menangis di pelukan sang mama, keluarga kecil itu saling berpelukan, dan saling memberi dukungan, lagi-lagi Aya merasa iri melihat betapa harmonis keluarga suaminya, Aya yakin di dunia ini tak ada ikatan kuat melebihi kuatnya ikatan keluarga. 

Tanpa sadar air mata Aya menetes, tak ada lagi keluarga dalam hidupnya, setelah sang ibu meninggal, bahkan kakak kandungnya tak pernah bersikap hangat seperti layak nya pengayom keluarga. 

Tapi Aya tak menyadari, jika kini ia pun memiliki keluarga baru, Aya suka atau tidak, suaminya adalah keluarga barunya, bahkan Aya masih memiliki Papa dan Mama mertua baik, Opa dan Oma, bahkan Paman dan Bibi yang sudah menganggapnya anak kandung. 

Tiba-tiba pandangan semua orang tertuju pada Aya yang masih mematung seorang diri di ujung lorong, tapi wanita baik itu berjalan mendekatinya, wajah ayunya tampak sembab karena air mata itu tak henti mengalir. 

Mama Gadisya memeluk sang menantu dengan erat, rasa bersalah yang sekian lama terpendam, kini menemukan muaranya, “Terima Kasih karena kamu mau kembali nak … Maafkan mama dan papa karena telah gagal mendidik Darren, maaf untuk semua yang Darren lakukan padamu.”

“Iya tante … aku sudah memaafkannya …” Jawab Aya lirih.

Mendengar jawaban Aya, Mama Gadisya melepaskan pelukannya, “kenapa masih panggil tante?” tanya nya.

Wajah Aya mendadak kikuk, serba salah, “heh …?”

“Panggil mama Ay …” Celetuk Luna dari arah belakang sang Mama.

Aya menggaruk kepala nya yang tak gatal, kikuk, gugup, serba salah sudah pasti, karena tiba-tiba harus menyematkan panggilan Mama untuk seseorang yang semula ia panggil tante, tapi Mama Gadisya tersenyum senang di tengah tangis sedihnya. “Terima Kasih sudah datang ke keluarga kami menantuku.” 

Deg… 

.

.

Jagat pemberitaan tanah air benar benar heboh, mengingat Baldi adalah cucu dari aktor senior Rocky Morgan, dan sepupu dari Clara Larissa sang model kenamaan. Lalu Darren tak perlu diragukan lagi ketenarannya. 

Malam itu juga berita penangkapan Baldi beserta kawanannya yang tengah melakukan transaksi, serta ada Darren yang tanpa sengaja tertembak, menjadi tranding topik pembicaraan. William Medical Center pun tak luput dari pemberitaan media, puluhan bahkan ratusan wartawan kini memadati pelataran parkir serta lobi  rumah sakit, demi mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi sang aktor pasca menjalani operasi pengangkatan peluru yang bersarang di Tendon (otot penghubung antara bahu ke tulang). Secara otomatis para petugas keamanan yang bersiaga di rumah sakit pun kewalahan, hingga anak buah Hans disiagakan agar para pasien yang datang untuk berobat tetap merasa nyaman walau suasana rumah sakit sedang sangat ramai. 

Dan kini suka atau tidak, Black Shadow pun terseret pemberitaan membuat sang pemimpin Black Shadow geram bukan kepalang, transaksi gagal, barang disita pihak berwenang, kini keberadaan kelompok mereka pun sedang dalam penyelidikan. 

“Martin… siapkan Helikopter kita kembali ke pulau sekarang juga.” Perintah sang pemimpin pada salah seorang tangan kanannya. 

Pria bernama Martin itu mengangguk, paham dengan perintah sang atasan. 

Pagi Hari yang tenang, karena masa kritis Darren pasca menjalani operasi sudah berlalu, namun Darren belum sadarkan diri dengan alat-alat penopang hidup yang masih menempel di tubuhnya, tak ada yang lebih merasa sakit selain sang Mama, bahkan sejak keluar dari ruang operasi, Mama Disya tak bisa jauh dari pintu ruang intensif, padahal ia meminta suami, anak-anak, serta menantunya untuk beristirahat. 

Entah sudah berapa ratus kali Mama Disya mengusap linangan air matanya, rindunya selama bertahun-tahun kini harus dihadapkan pada kenyataan bahwa salah satu puteranya kini dalam kondisi belum sadar dari pingsannya. 

“Istirahat Ma …” sura dan pelukan di pundaknya membuat Mama Disya tersadar dari lamunannya. 

Mama Disya menoleh ke sisi kirinya, beradu pandang dengan netra biru sang suami, “Papa sudah mandi yah?” Tanya Mama Disya sambil meletakkan telapak tangannya ke pipi Papa Kevin.

Pria yang tak lagi muda itu mengangguk dan tersenyum kearah sang istri,”Ayo ke ruangan Papa, Mama juga perlu istirahat.” bujuk Papa Kevin, karena sungguh kasihan melihat guratan rasa lelah di wajah sang istri.

“Nanti Pa … Mama nunggu Darren sadar.” Tolak Mama Disya.

“Ada Anak-anak yang menjaga Darren, bahkan kini ada menantu kita, dan yang lebih penting kami semua sudah istirahat, kalau Mama tak beristirahat, yang ada Mama yang akan tumbang.” 

Kedua mata indah itu berkaca-kaca penuh haru, “Baiklah … Ayo.” Akhirnya Mama Disya menyerah dengan bujukan sang suami.

Beberapa langkah menuju pintu, tiba-tiba pintu ruang intensif terbuka, Dokter Raka yang berjaga di ruangan tersebut keluar. “Dok … Pasien sudah sadar.” Seru Dokter Raka dengan wajah berbinar, Karena itu berarti tugasnya berjaga sudah usai.

Sepasang suami istri itu bergegas mendatangi ruang perawatan putera mereka.

Wajah pucat Darren tersenyum lemah menatap kedatangan kedua orang tuanya, dua sosok yang sangat ia rindukan, namun keadaan membuatnya tak bisa datang dan melepas rasa rindunya pada mereka.

Terpopuler

Comments

Bunda Aish

Bunda Aish

terimakasih wahai sang bulan cerita Darren berlanjut di sini /Applaud/

2024-08-27

1

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ

Akhirnya Darren sadar 🥺

2024-08-25

1

𝐒𝐄𝐍𝐆𝐊𝐔𝐍𝐈😏

𝐒𝐄𝐍𝐆𝐊𝐔𝐍𝐈😏

panjang banget bab 1 nya😁
tema keluarga.

2024-01-08

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!