#11
Kegiatan berlangsung sangat padat, karena proses syuting yang harus sesuai jadwal. Kru yang bertugas mencari bahan baku sengaja menggunakan mobil terpisah, karena mereka harus berkeliling pasar-pasar terdekat, demi mendapatkan bahan berkualitas dalam jumlah terbatas, bukan karena terbatasnya modal, tapi di sanalah pressure point nya. Jadi para peserta akan berusa melakukan yang terbaik dengan bahan minimal yang ada, dan jumlah yang terbatas. Sedikit saja terjadi kesalahan yang mengakibatkan rusaknya bahan, maka kelompok tersebut akan menanggungnya bersama sama.
Sepanjang perjalanan Aya menjadi bulan-bulanan, Chef Rama, Chef John dan Para peserta Super Chef, perihal berita pernikahannya, serta bagaimana ketika kali terakhir Aya dan Darren kembali di pertemukan di acara ini. Entah Aya tak tahu seperti apa warna rona wajahnya, karena ia sungguh malu, bahkan para peserta Super Chef justru kepo bertanya tanya, seperti apa hubungan mereka ketika masih di bangku SMU.
Akhirnya sore pertama kedatangan mereka sudah disambut dengan makan malam ala para tentara dan polisi jika sedang berada di markas pelatihan, yakni makanan yang dimasak dalam porsi besar, tapi cukup menggoyang lidah mengingat lokasi mereka yang berada jauh dari perkotaan.
Barulah keesokan harinya kompetisi di mulai, para peserta di bagi kedalam dua TIM dengan jumlah seimbang, masing diberi tantangan sama berat, hanya mengolah 4 macam hidangan dalam jumlah besar, Appetizer, Soup, Main course, Dessert plus Hot beverage.
Kenapa ada Hot Beverage? karena saat ini para peserta sedang berada di pegunungan dengan udara yang cukup membuat menggigil bagi beberapa orang, maka tantangan tambahan, para peserta wajib membuat minuman dingin dengan bahan seadanya, yang ada di pantry masing-masing.
Udah yah jangan tanya siapa pemenangnya, karena othor lieur menjabarkannya, nanti kita gak sampe-sampe di bab pernikahan. ✌
.
.
Setelah dua hari berlalu di Camp pelatihan para Kapten Polisi dan Perwira TNI, pagi ini Aya sengaja berjalan santai menikmati semilir angin pegunungan, tak lupa memakai baju hangat juga, sepanjang langkah kaki nya Aya berpapasan dengan hilir mudik rutinitas pagi para prajurit negara, bersama Kapten yang memimpin, mereka melakukan apel pagi, apel pagi nya adalah lari keliling camp, entah berapa putaran. Tentu ini menjadi pemandangan indah bagi para peserta wanita dan kru wanita tapi tidak bagi Aya yang setiap saat selalu menerima teror dari suaminya.
“Ay … kondisikan mata.”
“Ingat suami di rumah.”
“Aku nungguin kamu pulang loh.”
“Aku akan jadi Tarzan kota kalau kamu tak segera pulang.”
Rasanya tuh ingin marah, tapi kok ya lucu, apa ini perwujudan Darren setelah reformasi besar-besaran? atau cosplay Darren yang mendadak jadi suami bucin.
Bahkan terkadang kerandoman Darren semakin tak masuk akal, karena tiba-tiba pesan itu berisi ancaman walau Aya tahu itu tak serius.
“Ay … aku beneran masuk hutan nih … berapa jam lagi kamu pulang nya?”
Walau demikian dengan tenang Aya membalas pesan-pesan tersebut, mengingat lokasi yang jauh dari signal ponsel, maka melakukan panggilan Video juga tak selancar yang dibayangkan, lebih banyak dongkolnya, ketimbang bahagia karena bertatap muka via ponsel.
Aya kembali menarik nafas dalam, menatap rombongan pasukan berikutnya yang tengah melakukan apel pagi bersama sang Kapten. Tapi tunggu… itu kan? Aya sampai harus mengucek matanya berkali-kali demi memastikan ia tak salah lihat, sementara di kejauhan sang Kapten sudah bersusah payah menahan tawa karena ia harus menahan image di depan anak buahnya.
Hingga akhirnya Aya yakin bahwa sang Kapten adalah Danesh, kenapa tiba-tiba adik sepupu suaminya tersebut ada di sini? Padahal dua hari sebelumnya Danesh sama sekali tak menampakkan batang hidungnya.
Danes berhenti di depan Aya, sementara pasukannya tetap melanjutkan apel pagi.
“Selamat pagi Kakak iparku.” sapa si tampan bermata hijau tersebut.
“Kenapa kamu juga memanggilku demikian, panggil saja Aya seperti biasa.”
“Oh tidak bisa, kami harus patuh pada calon tuan besar Geraldy di masa depan.” Kekeh Danesh.
“Satu Geraldy saja sudah membuatku hampir tak leluasa bernafas,” gerutu Aya.
“Resiko ditanggung pribadi masing-masing, karena bersedia menikah dengan salah satu dari pria Geraldy.”
Aya menatap kesal ketika Danesh memasang seringai jahil nya, sejak dulu Geraldy yang satu ini memang terkenal dengan ketengilan yang cukup membuat geleng geleng kepala.
“Sudah jangan terlalu bete gitu, kelak kamu juga akan melahirkan generasi penerus Geraldy.” Jawab Danesh dengan wajah serius, sangat jauh dari kesan Danesh yang biasanya tengil, “Apa Darren tak memberitahumu, kalau aku tinggal di sini?”
“Tidak, bahkan wajahnya tak menampakkan senyuman sama sekali ketika aku pergi.”
Danesh meringis geli, “sudah kuduga, selama ini dia selalu berusaha terlihat tegar dan kuat, untuk menutupi sifat aslinya, itu semacam bentuk perlindungan diri, karena ketika masih TK Clara sering mengejeknya.”
“Iya aku tahu itu, Luna pernah menceritakannya padaku, hatinya pasti patah sekali.”
Keduanya terus berjalan kembali ke pusat markas.
“Oh iya 2 hari ini kamu di mana? Kenapa baru terlihat?”
“Aku sibuk tau … sedang menjalankan misi rahasia.” Bisik Danesh.
“Menjauh darinya, atau kuhabisi kau sekarang juga!!!” Raung sebuah suara dari arah belakang.
Tubuh Aya menegang seketika, bahkan ketika menoleh ke belakang, Darren sedang melompat turun dari Jeep Wrangler nya. Wajah tampan itu terlihat lelah, mungkin efek nyetir mobil selama berjam-jam demi melepaskan genangan rindu yang tak mungkin lagi dibendung.
“Whoaaa … kakak ku sayang …” pekik Danesh girang, ia berlari memeluk Darren, bahkan menempel seperti bayi koala dalam gendongan induknya.
“Menyingkir dariku sekarang juga,” Desis Darren kesal, maksud hati hendak memeluk sang istri, justru Danesh yang memeluknya erat.
“Apa ini, kamu tak merindukan aku?”
“Nggak sama sekali, aku kemari karena ingin menjemput istriku.” Jawab Darren tanpa dosa.
“Huuu dasar bucin.”
Darren menjulurkan lidah nya, kemudian menarik Aya ke pelukannya, “Miss you Ayank…”
Diam-diam Aya pun mulai merasakan rindu, kini jantungnya berdebar tak karuan, hanya karena Darren memeluknya di depan umum, walau demikian kalimat rindu itu tertahan, tak terucap, namun Aya tak bisa menyembunyikan rona wajahnya yang kemerahan.
“Kondisikan sikapmu,” Bisik Danesh di telinga Darren.
“Kenapa, aku memeluk istriku, bukan istri komandan mu kan?” selorohnya.
“Memang, tapi kalian jadi pusat perhatian.”
Barulah Darren menyadari banyak pasang mata mengawasi, buru-buru Darren melepaskan pelukannya, “peluknya nanti saja di kamar,” Bisik Darren.
“Kok gak bilang kalau mau menyusul?”
“Apa boleh buat, mendadak rindu, apalagi kamu ada di sarang para pria, jadi aku harus memastikan istriku tak melirik pria pria yang berada di sini.”
Hahahaha … jawaban Darren membuat Aya tertawa lepas, “apa yang lucu Ay…?” Tanya Danesh heran.
“Tentu saja kakakmu,”
Aya tertawa untuk sesuatu yang terdengar sangat alay di telinga Danesh, mungkin memang beginilah jika sudah sedemikian cinta, Danesh membatin.
.
.
“Jadi kapan pesta pernikahanmu?”
“Mungkin kurang dari satu bulan dari sekarang, Kemarin aku sudah berdiskusi dengan pihak WO yang ditunjuk Mommy dan Mama, kamu bisa pulang kan??”
“Ya pasti bisa lah, apa kamu tahu aku nyaris mati berdiri ketika Daniel mengabariku tentang masa lalu mu dan Aya,”
“Iya … karena itulah, sekarang aku ingin membahagiakan Aya, aku akan mengganti semua hal buruk di masa lalu, dengan kebahagian di masa depan.”
Mereka tengah berbincang di barak yang dipakai sebagai ruangan Danesh, sembari menunggu Aya menyelesaikan semua pekerjaannya.
,
,
Aya tersenyum menatap tangan yang senantiasa menggenggam tangannya, sementara tangan kanannya sibuk memegang kemudi, “tidak repot jika tanganmu seperti ini?”
“Tidak, justru ini menghilangkan kantuk.”
“Bisa gak lebay nya di kurangi,”
“Memang aku lebay?”
“Iya…”
“Biarlah… yang penting cintaku tidak.”
Obrolan tersebut mengalir ringan menemani sepanjang perjalanan, dengan cinta yang mulai bersemi indah, beberapa kali Darren bahkan meminta Aya membeli cemilan di pinggir jalan, kebiasaan yang dulu tak pernah Darren lakukan, kini seakan-akan menjadi hal biasa baginya.
“Belum kenyang?” Tanya Aya usai menyuapi Darren dengan Roti bakar, setelah sebelumnya dua porsi baso bakar.
“Sekarang sudah…” Jawab Darren tanpa mengalihkan pandangan dari jalan.
“Gak takut wajahmu membengkak?”
Darren terdiam kemudian menggeleng, “nggak … lagi pula sekarang aku pemilih, jika mereka ingin tanda tangan kontrak denganku, mereka harus ikut apa mauku, karena aku tak ingin lagi hidup diatur pekerjaan,”
Darren membawa telapak tangan Aya ke bibirnya, kemudian mengecup nya, “trust me … aku sangat ingin membahagiakanmu.”
Aya melepas Seatbelt nya sesaat, membuang segenap gengsi, sebelum kemudian mencium pipi sang suami. “Terima kasih … karena sudah kembali menjadi Darren yang dulu.”
“Demi kamu Ay … aku akan melakukan apa saja.”
Aya semakin mengeratkan genggaman tangannya, bahkan kini menyandarkan kepalanya di pundak Darren.
“Ay…”
“Iya…”
“Kita pulang ke Penthouse yuk?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dwi apri
dasar tarzan kota, bucin akut
2024-12-09
0
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
saking ga bisa nahan rindu sampai nyusul 🤣🤣🤣
2024-08-26
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
Darren rindu berat, rasain 🤣🤣
2024-08-26
0