#10
Dengan berat hati mereka berjalan menjauh meninggalkan taman, mungkin esok, lusa, atau di lain hari mereka akan datang kembali ketaman ini, menuntaskan kerinduan yang tak bertepi, rindu yang meninggalkan banyak kenangan yang menyesakkan hati.
Walau masih menyisakan selaksa duka, Darren bisa bernafas lega, ia bahagia karena masa depannya bersama Aya kian terbentang lebar, masa depan yang semula Darren kira hanya impian kosong semata.
“Ay … sekarang aku tahu, kenapa kita tak boleh terlalu membenci orang lain.”
“Kenapa?”
Darren menatap Aya yang masih dengan wajah polos mendongak ke arahnya, untung saja ia sudah meraih kembali hati sang istri, jika tidak Darren tak tahu apa yang terjadi dimasa depan.
Darren menangkup wajah Aya dengan kedua telapak tangannya, kemudian berbisik, “Karena jarak benci dan cinta itu sangatlah tipis, dan aku yakin 100% sebentar lagi kamu akan tergila-gila padaku.”
Aya tersenyum miring, “terlalu percaya diri.”
“Boleh kan? jangan lupa setenar dan setampan itulah diriku, aku yakin mas Dion sedang sibuk dengan media sosialku, memberikan konfirmaai perihal kehebohan pagi tadi, jadi bersiaplah,”
Cup
Darren sengaja mencuri kesempatan menci um sekilas bibir Aya.
“Bersiap untuk?” tanya Aya polos.
Dan sudah Darren duga pertanyaan Aya akan sepolos ini.
“Mulai sekarang kamu bukan Chef biasa, tapi Chef sekaligus istri Darren Alexander, kamu akan jadi incaran wartawan, banyak orang akan mulai mencari tahu latar belakang kehidupan pribadimu, karena kamu sukses menjadikan hari ini sebagai hari patah hati nasional.”
“Apa itu menjadi hal istimewa?”
OMG … rasanya Darren ingin segera mengurung wanita ini agar tak ada lagi yang memanfaatkan kepolosannya, selain dirinya sendiri.
“Iya … karena kini kamu adalah istri sang superstar.”
“Ooohhh padahal dulu aku adalah haters mu.”
“Dan Miyabi membawa perubahan besar, semua terjadi gara-gara dia.”
“Hahaha … kamu ingat ? kalo dipikir pikir, kemana perginya Miyabi yah?”
“Entah … ketika memindahkan barang-barangmu ke apartemen, aku mengembalikan Miyabi ke ruman Ibu, setelah itu aku tak tahu lagi.”
Walau Miyabi adalah matic tua, tapi Miyabi sangat berjasa, ia mengantar Aya kemana-mana, dan Darren benar, Miyabi juga yang menciptakan kedekatan diantara mereka.
Aya memanyunkan bibirnya, “Ay … kondisikan bibir, atau kamu sengaja memancingku?”
“ … “ Aya hanya berkedip kedip sesaat sama sekali tak paham dengan perkataan Darren, hingga Darren benar benar menyambar bibir mungil itu, terlalu menggemaskan untuk dilewatkan, lagi pula tak ada larangan memanfaatkan kepolosan istri sendiri.
Dan kegiatan menyenangkan itu terpaksa berhenti karena rintik-rintik hujan mulai turun, kedua nya terkekeh geli, dan masih berpegangan tangan berjalan cepat memasuki rumah utama.
Ternyata Daniel dan Dean pun ada di sana keduanya sedang bermanja di pundak dan pangkuan sang Oma.
“Tuh kan Oma … apa kubilang, Akhirnya berhenti sendiri kan?” celetuk Dean.
“Dahulu kala ada seorang aktor yang menolak mentah-mentah, ketika aku menjodohkannya dengan seorang gadis, tapi kini lihatlah … dia sudah bertransformasi menjadi angsa.” Sindir Daniel, karena beberapa saat lalu ia melihat adegan yang bahkan belum pernah ia lakukan. (bang … bibirmu masih perjaka? rejekinya Naya…)
“Selamat Ay … aktor ini sudah mengikat dirinya padamu, bersiaplah pergi lagi jika dia berani mencari kembang-kembang yang lain.” Seperti kompor, Dean sengaja memanaskan suasana.
“Brisik … ganggu aja, ngapain kesini?”
“Karena kamu membawa pergi koki pribadiku, sementara di apartemenku sedang kedatangan tamu, jadi aku terpaksa membawa tamuku menyusulnya kemari.” Jawaban polos tanpa rasa berdosa sama sekali.
Ingin rasanya Darren menghajar mulut lancang saudara sulungnya tersebut, “Tidak bisa Aya sedang lelah, kalian cari saja restoran di luar.”
“Sudah-sudah ayo makan malam … tadi Oma yang masak, Dan kamu Daniel … jangan memanfaatkan adik iparmu seperti itu.”
“Aku tak memanfaatkannya Oma, aku sudah membayarnya.”
“Aku akan mengembalikannya, Berapa nominal yang Daniel kirim Ay ?” tanya Darren sembari mengeluarkan ponselnya.
Lagi-lagi Aya terjebak di keributan random para pria Geraldy, “Ayo Ay … biarkan saja mereka ribut … sudah sejak kecil mereka seperti itu.” Oma Stella membawa Aya menuju ruang makan.
“Oh … eh iya Oma …”
“Malam ini menginap saja disini, sudah lama sekali rumah ini sepi,”
“Nanti tanya Darren dulu,”
“Abaikan saja dia, jika sudah bertemu Daniel dan Dean mereka aku ribut sampai tak ingat waktu.”
“Oh yah?”
Oma Stella tersenyum mengangguk, “Ayo … Opa sudah menunggu kita.”
Dengan penuh perhatian Oma Stella membawa Aya ke meja makan, mengabaikan ketiga cucu lelakinya yang masih sibuk di ruang tengah.
“Anak-anak?” Tanya Opa Alex.
“Biarkan saja, sudah lama rumah ini sepi.” Kekeh Oma Stella.
Opa Alex tersenyum, “Oma benar Ay … ya sudah tak usah tunggu mereka.”
.
.
Hari yang paling tidak dinanti oleh Darren akhirnya tiba, hari dimana Aya akan pergi selama 3 hari 2 malam untuk keperluan syuting Super Chef, yang mana syuting kali ini diadakan di markas latihan kapten polisi dan perwira TNI (Kalian sudah bisa membayangkan, kita akan bertemu dengan siapa?)
Darren hanya menatap malas pada sang istri yang sudah rapi dan siap bepergian, sementara dirinya tertahan karena ada jadwal pekerjaan yang tak bisa ia tinggalkan, gagal mengekor istri … hahaha rasain … kebanyakan modus sih.
Wajah tampan itu cemberut berlipat-lipat seperti kertas kusut yang bertambah menyedihkan setelah tersiram air.
“Mau sampai kapan cemberut?”
“Sampai kamu membatalkan syuting.” jawabnya asal bunyi.
Aya ingin tertawa rasanya, bahkan ia tahu sendiri seperti apa bekerja di dunia entertainment, padahal Aya bukan model, bukan artis, bukan juga penyanyi, ia hanya kebetulan menjadi Chef di salah satu stasiun TV, tidak kurang dan tidak lebih, syuting pun hanya untuk acara memasak.
Walau demikian sepertinya itu cukup membuat Darren uring-uringan, rasanya seperti ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, “Hanya 2 malam, itu pun karena lokasinya jauh.”
“3 hari Ay… bukan hanya 2 malam, dan itu lama…” Rajuknya dengan wajah cemberut menggemaskan.
“Bukannya 1.825 hari, bisa kamu lewati? 5 kali putaran bumi loh?”
“Ya iya sih tapi itu berat Aaayyy …”
“Bisa… nanti juga biasa.” Jawab Aya enteng.
“Ya sudah sini.” Darren merentangkan kedua tangannya bermaksud meminta jatah selama ditinggal sang istri pergi.
Untung suami, kalo nggak Aya mungkin sudah menghajar Darren. Karena belakangan Darren benar-benar berhasil memanfaatkan situasi, padahal beberapa hari ini mereka tinggal di rumah orang tua Darren.
Yah, karena alasan kesehatan keduanya, Mama Disya dan Papa Kevin melarang mereka pulang ke apartemen.
Darren menarik Aya ke pelukannya, kemudian berguling dan mengungkung tubuh mungil tersebut.
“Jangan lama-lama perginya.”
Cup
“Jangan melirik laki-laki lain.”
Cup
“Hati-hati saat kerja.”
Cup
“Cepat pulang, ingat ada suami tampan menunggu di rumah.”
Serentetan pesan itu, diakhiri dengan cium an panjang, maklum beberapa hari kedepan tak bisa modus, Darren seolah meminta jatah lebih awal, untuk bekal 3 hari 2 malam nya.
Oh … apalah daya Aya, ia harus mulai terbiasa, karena ia akan bersama pria ini seumur hidupnya, maka sejak dini pula ia belajar menyenangkan hatinya.
(Duh Darren … untung istrimu Aya, coba kalo Clara.)
“Kenapa diam? Kalau kamu gak jawab gak aku izinin pergi.”
“Menurutmu ?? aku bisa menjawab pakai apa? Sejak tadi kamu membungkam bibirku.” jawab Aya sedikit kesal.
Darren terkekeh geli, menertawakan ulahnya sendiri, “Maaf.” ia pun bangkit dan membantu Aya berdiri.
“Sini kopernya.” pintanya.
Darren mengambil alih koper Aya, kemudian berjalan mengiringi Aya meninggalkan kamar.
Pak Joko sudah standby di bawah menunggu sang nyonya muda bersiap.
“Mas… nanti perlu bapak antar?” tanya pak Joko.
“Tidak pak, aku bawa mobil sendiri,”
“Tapi kan Mas Darren masih sakit.” Jawab Pak Joko, pada majikan muda nya.
“Sekarang jadwal Pak Joko istirahat, malah aku minta Pak Joko antar jemput Istriku.
“Habis bapak pegel linu kebanyakan istirahat.” Keluh pak Joko.
Darren tersenyum, “gak mau tahu, manfaatkan waktu istirahat pak Joko, aku masih jadi pengangguran.”
“Ya sudah… tapi Mas Darren berapa lama nganggurnya… nanti Bapak jadi pengangguran juga?”
Darren tertawa semakin keras… “Pak Joko tenang saja, Pak Joko tetep kerja sama aku…”
“Nah… gitu dong… makasih ya Mas…” Seru pak Joko girang.
Aya melambai ketika mobil yang di kendarai Pak Joko pergi meninggalkan halaman rumah.
Hingga beberapa saat berlalu, Darren masih berdiri mematung di tempatnya,
“Aya sudah pergi?”
“Eh Mommy?” sapa Darren pada Mommy Bella, Mommy Bella juga sangat antusias menyambut kedatangan Aya, jika bukan karena larangan Darren mungkin setiap siang hari Mommy Bella mengurung Aya di dapur rumahnya yang selalu bersih karena terbebas dari aktivitas memasak.
“Kenapa mom?”
“Nih … ”
Wajah Darren berbinar cerah menatap benda cantik yang di bawa sang Mommy. “Cepat sekali mom?”
“Tentu … untuk calon pengantin, Mommy desain dan buat lebih cepat, eksklusif baru dikirim semalam dari Singapura, kamu suka?”
Darren melonjak kegirangan kemudian memeluk Mommy. “Suka sekali … ”
(Udah pada tahu kan kalo hadiah dari Mommy Bella apaan, pastinya yang cantik-cantik dan bikin mata silau 😁)
Sebuah mobil Ekspedisi berhenti, membuyarkan momen bahagia Darren.
“Permisi paket … ”
“Ya sudah… Mommy mau kerja lagi.”
“Oke … thank you Mom … Love you.”
“Love you to … ” Balas Mommy Bella seraya mengusap pipi Darren.
Darren pun ikut menghampiri petugas ekspedisi tersebut.
“Paket untuk siapa pak?”
Tanya Darren pada security yang menerima kotak yang terbungkus rapi, sepertinya memang dilapisi dengan banyak wrap untuk mengamankan isi didalam nya.
“Ini milik Nyonya muda.” Jawab sang Security.
Darren tersenyum menerima kotak yang sepertinya berukuran 50 cm x 50 cm x 15 cm tersebut. Nama pengirimnya Riana William Agusto. “Bibi Riana?”
Ponsel di saku celana Darren berbunyi, wajahnya sumringah seperti menerima kabar dari dari surga, “Halo Ayank … ”
“Dare … ada kiriman untukku?”
“Iya sudah di tanganku? Apa isinya?"
“Oh itu sertifikat pelatihan yang aku ikuti bulan lalu,”
“Tapi sepertinya ini bukan hanya sertifikat?”
“Mungkin ada souvenir nya juga, sepertinya seperangkat pisau sponsor utama acara pelatihan, buka saja, tolong simpan sertifikat ku, itu seperti Golden Ticket bagiku.”
“Iya sayang … jangankan sertifikat, namamu saja sudah aman terukir di hatiku.”
.
Gombaaall 🤧
.
Usai panggilan berbumbu rayuan itu berakhir, Darren segera membongkar paket tersebut, sertifikat yang Aya Maksudkan sudah berbentuk figura seperti golden play button.
Serta beberapa lembar foto selama acara tersebut berlangsung, Darren tersenyum menatap foto-foto tersebut, di foto itu terlihat Aya mendapat penghargaan tambahan sebagai peserta pelatihan dengan nilai terbaik. “Dimanapun kamu berada, kamu memang selalu bersinar Ay … maaf karena aku adalah orang yang sudah merusak masa muda mu.” monolog Darren.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dwi apri
blm resmi secara hukum aja udah bucin akut kayak gitu
ntar kalo udah beneran sah agama &negara gimana tuh?
ga boleh keluar kamar kali ya si aya...
oalah..aktor bucinn...dasar
2024-12-09
1
◌ᷟ⑅⃝ͩ● Marlina Bachtiar ●⑅⃝ᷟ◌ͩ
😍😍😍
2024-08-25
1
Enung Samsiah
baru nyadar baang,,, bukannya dri kecil Aya sllu trbaik di sekolahmu bahkan kamu aja les sama dia,,,,
2024-01-10
2