Satu minggu sudah berlalu semenjak kematian irene, shena masih merasa sedih dan takut.
"bunda," panggil eliza yang melihat shena duduk di taman sendirian.
"eliza, kenapa kau kemari harusnya kau tidur siang kan?"
"bunda masih sedih?"
"bunda cuma takut,"
"eliza kau tak sedih kehilangan ibumu?"
"aku tidak terlalu sedih karena ada bunda dan ayah, aku menyayangi ibu tapi ibu selalu mengacuhkan aku. Aku lebih takut bunda meninggalkan aku,"
"eliza kau tidak boleh begitu walaupun begitu dia tetap ibumu bukan? Eliza walaupun ibumu acuh tapi aku yakin dia menyayangimu,"
"aku tau tapi ibu membuat ayah menjauhi aku, ayah membenciku karena ibu,"
"itu tidak benar eliza, ayah tidak membencimu. Ayah hanya sibuk," jelas shena.
Eliza hanya diam bermain bunga mawar di tangannya, ia beberapa kali menulikan telinganya atas kalimat yang keluar dari mulut shena. Karena bagaimanapun ia punya pikirannya sendiri.
"kau tak mendengarkan bunda?"
"..."
"jika kau terus begini kau bisa membuat marah orang dewasa," kesal shena
"ayah tidak tau bagaimana perasaan ku, ibu dan bunda sama saja. Orang dewasa selalu memperlakukan aku seperti tak tau apa apa,"
"kau memang tidak tau apa apa eliza, rasakan saja jika kau sudah besar. Bagaimana rasanya tenggorokan mu tercekat, lidahmu kelu saat kau ingin mengutarakan perasaan yang kau rasakan tapi tidak bisa,"
Shena pergi meninggalkan eliza sendiri, ia menyeka air matanya dan masuk ke dalam barak.
"nona apa yang memanggil mu kemari?" tanya eros.
Eros adalah pria atau bisa di sebut paman sean yang sudah merawat sean sedari kecil. Namun ia tak serakah, ia sudah bersyukur sean mau membawanya dan tak meninggalkan diirnya.
"eros bagaimana, apa nilai ku sudah bertambah?"
Nilai yang di maksud adalah nilai pertarungan dan kecekatan shena. Ia ingin segera terbang ke Australia untuk menyiksa eliza dan albert.
"jika di lihat dari rata rata latihanmu selama 2 bulan ini, kau sudah sangat baik nona. Namun kau belum bisa melawan seseorang yang berbadan lebih besar darimu. Bisa di katakan kau belum mampu melawan 2 orang berbadan seperti dirimu," jelas eros melihat papan nilai shena.
"apa itu jauh lebih baik?"
"aku tidak bisa mengatakannya, karena walaupun kau tak kuat jika kau tau teknik pertahanan diri aku yakin kau bisa menghabisi dirimu 5 kali,"
"eros bagaimana jika aku mati saat aku balas dendam,"
"jika kau ingin balas dendam mu berhasil yang harus kau lakukan adalah tidak terluka nona, mau kau gagal atau tak puas jika kau selamat itu sudah jauh lebih baik di katakan berhasil daripada kau mati berasama mereka,"
"eros apa sean akan membuangku?" tanya shena dengan mata kosong melihat papan nilai miliknya.
"kenapa kau menanyakan hal seperti itu?"
"melihat bagiamana irene mati aku jadi takut jika aku tak berguna dan membuat sean benci dan emosi padaku,"
"nona, apa yang kau khawatirkan? Tuan sean tak akan melukaimu. Aku sudah bersamanya selama 30 tahun lebih saat dia berusia 1 tahun. Namun aku belum pernah melihat dirinya menyakiti seseorang yang tak menganggunya,"
"aku takut jika aku menganggu dan membuatnya kesal, aku memang tidak gila akan hartanya. Namun aku tak berkontribusi apapun dalam hidupnya,"
"aku memang mencintaimu jadi aku tak butuh apapun, yang aku butuhkan adalah balasan dari cintaku. Apa yang kau pikirkan? Kau berpikir aku akan membuangmu karena kau tak pandai? Karena kau tak bersekolah dan latar belakang mu buruk? Apa karena kau ingin membunuh orang tuamu?"
Sean berdiri di belakang shena, "kenapa kau berpikir demikian? Apa karena kau melihat irene kau jadi takut? Apa selama kau tinggal disini aku pernah memperlakukan mu seperti sampah?"
Shena berbalik, ia menatap sean yang juga menatapnya dengan tatapan teduh. shena hanya diam mendengarkan sean.
"apa kau mau menghindar lagi dan memenuhi kepalamu dengan kalimat kalimat aneh?" tanya sean lagi.
"kemarilah, kita perlu bicara kan? Aku akan menjawab semua yang bersarang di otakmu,"
Sean menarik tangan shena dengan lembut, ia menuntun shena untuk masuk ke dalam ruangan kecil di belakang barak. Ruangan penuh dengan minuman mahal dan senjata tajam.
"duduklah," perintah sean.
Shena menurut saja ia duduk di bangku kayu di tengah ruangan sedangkan sean berdiri bersandar di rak minuman.
"tanyakan atau utarakan apapun yang kau pikirkan dan kau rasakan shena, bicaralah padaku karena kau akan hidup bersamaku. Jika komunikasi kita terbatas sama saja kita dua individu yang punya arus berbeda,"
"sean, kau bilang kau membunuhnya karena alasan lain, apa itu?" tanya shena menatap pria yang sangat ia cintai di depannya ini.
"jika aku bisa membunuhnya dari dulu, aku yakin kau tak akan pernah mendengar apapun tentangnya. Namun 4 tahun aku mencari alasan aku tak menemukannya, dan aku baru bisa membunuhnya setelah aku melihat dia menyakitimu," jawab sean.
"kenapa?"
"entahlah, kau pernah merasakan ingin mati tapi tak bisa. Sedangkan aku merasakan jika aku sangat membencinya dan aku mampu membunuhnya namun aku tak bisa. Apa kau menemukan jawabannya?"
Shena tampak berfikir, ingatannya terlempar jauh saat dulu ia masih di kurung di dalam kamar. Ia ingin mati namun ia ketakutan.
"hidup sekarat lebih baik daripada mati shena," ujar sean.
"apa kau akan membunuhku? Jika aku tak bisa punya anak?" tanya shena, pertanyaan itu yang sudah satu minggu ini bersarang di otaknya.
"jadi itu yang membuatmu takut?" tanya sean melihat manik shena yang berkaca kaca.
shena hanya mengangguk, karena dari semua ketakutan yang ia pikirkan hanya itu yang terus menerus menggerogoti tubuhnya.
"shena aku tak masalah jika aku tak mendapatkan anak darimu, tapi bukankah harus ada yang meneruskan atau paling tidak mengurus apa yang telah ku dapatkan selama ini?"
"kenapa tidak eliza?"
"bisa saja, siapa saja bisa meneruskan perjalanan ku Shena. Tapi apa kau tidak mau jika itu adalah putra atau putri kita?"
"jadi jawab saja apa kau akan membunuhku?" ulang shena.
"shena selama 6 tahun lebih aku mengunci hatiku karena aku mencintai irene walaupun dirinya mencurangi aku. Aku mencintaimu tanpa alasan karena bahkan pertemuan kita sungguh tak romantis,"
"kau berhasil menarik perhatian ku, bahkan aku membunuh irene karena aku marah saat melihat kau terluka. Apa itu tak cukup? Kau masih bertanya aku akan membunuhmu atau tidak? Membunuh irene saja aku seperti pengecut," lanjut sean
"sean apapun yang kau katakan, aku tetap takut jika hari itu datang," isak shena
"manusia punya pikirannya sendiri sendiri jika dari sudut pandang mu aku adalah orang yang bisa membunuhmu. Pikirkan saja begitu, karena dari sudut pandang ku atau dirimu kita sama sama tersakiti dan punya spekulasi berbeda,"
"lalu bagaimana dengan vale? Kau sudah tidur dengannya berkali kali kan? Apa jika kita mendarat di Australia kau akan mendatanginya lagi?" tanya shena mengingat wanita yang dulu pernah memandangnya tak suka karena menggandeng tangan sean.
"untuk apa aku mendatanginya? Dulu aku mendatanginya karena aku belum melihatmu sebagai wanita,"
"apa kau mencintainya? Apa dia akan menjadi istrimu juga?"
"..."
...🪼 TBC 🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments