Shena sudah berusaha bertahan dengan mengandalkan kubangan air untuk minum. Ia selalu membawa botol berisi air, shena berusaha mencari sungai namun nihil. Tak ada sungai atau sumber mata air sampai akhirnya ia melihat jejak sepatu di tanah.
"apa ini jejak sepatu seseorang? Kalau benar aku bisa mengikutinya untuk pulang," dengan cepat shena mengikuti jejak sepatu yang sudah hampir hilang itu.
Sudah 2 minggu pula ia bertahan di tengah hutan belantara tanpa makan. Ia tertatih karena kakinya terluka karena tak memakai alas kaki.
Sampai pada akhirnya ia sampai di tepi tebing dengan air laut di bawahnya yang sangat sejuk menenangkan hatinya untuk sesaat.
Dengan kaki bergetar shena naik ke ujung tebing, ia merentangkan tangannya menikmati hembusan angin laut.
"Bagaimana rasanya ingin mati namun tidak bisa? Nenek...shena sakit," shena mulai merengek.
Tak henti hentinya shena mengumpati ibunya yang sangat tega malakukan ini padanya.
"kau mau mati? Apa perlu kubantu untuk mendorong mu?" ucap seseorang yang berhasil membuat shena melotot senang.
Shena langsung bersimpuh di kaki pria yang tak ia kenal itu, "tuan aku mohon tolonglah aku, aku ingin pulang tuan. Aku di buang kemari oleh ayah dan ibuku, tolong aku tuan tolong selamatkan aku,"
Pria itu menelisik ke setiap inchi tubuh shena yang kurus dan pucat, ia melihat shena dengan tatapan jijik dan kesal.
"lepaskan!"
"tuan aku mohon tolong aku, aku ingin pulang tuan. Tolong bantu aku tuan,"
"siapa namamu?"
"aku shena tuan, ibuku bernama eliza dan ayah tiriku bernama albert," jelas shena cepat.
"jika aku membawamu pergi ke kota apa yang ingin kau lakukan?" tanya pria itu.
"aku ingin membalas ibuku, dia membunuh adikku dengan cara meneggelamkannya di kolam renang rumahku,"
"jika aku membantumu apa yang akan kau berikan padaku? Tak ada yang gratis,"
Shena tampak berpikir keras, ia bingung karena harta pun ia tak punya.
"tuan aku tak punya harta namun aku bisa menjadi wanita ranjangmu. Aku baru di sentuh sekali oleh ayah tiriku," ucap shena lirih, karena tak ada pilihan lain selain memberikan tubuhnya.
"tubuhmu? Lucunya kau ini masih anak anak kenapa kau berpikir aku mau tidur denganmu? Dengar aku sudah berumur 31 tahun, aku duda. Seleraku sangat tinggi," ucap sean terkekeh.
"tapi aku bukan anak kecil tuan, aku berumur 22 tahun,"
"22 tahun? Kenapa kau seperti anak sma?" tanya sean
"anak sma? Aku bahkan tak merasakan pendidikan sma karena ibuku tak memperbolehkan aku sekolah,"
"buka bajumu," ucap sean.
"disini? Lalu bagimana jika ada orang yang melihatnya?" ucap shena takut.
"aku seorang pendaki solo tak ada orang disini, aku sudah bermalam 3 hari disini," jelas sean.
"cepat buka, kau bilang kau mau menjadi wanita ranjangku. kalau begitu perlihatkan tubuhmu agar aku tau kau cocok tidak untuk ku bawa pulang," lanjut sean dengan kesal.
Dengan ragu shena mulai membuka kancing bajunya, ia melepas semua bajunya dan berdiri tegak.
"berbalik," ucap sean memerintah.
Kenapa badannya sangat proporsional, ahh kalau begini bisa bisa aku tak mau keluar kamar.
Sean mendekati shena dan mulai meraba tubuh shena, "kenapa badanmu membiru?"
"aku kedinginan tuan, bagimana? Apa aku bisa kembali?" tanya shena penuh harap.
"aku tidak mau tidur dengan wanita kurus kering sepertimu,"
"tuan aku mohon, aku berjanji aku akan makan banyak dan olahraga," shena berusaha meyakinkan sean agar mau membawanya.
"pakai bajumu, aku ingin makan,"
Shena tersenyum senang, ia langsung memakai kembali bajunya dan mengikuti sean ke arah tenda.
"masaklah mie instan itu untukmu dan untukku, aku akan mandi sebentar," ucap sean menunjuk tas berisi makanan.
"baik tuan, terimakasih,"
shena langsung bergegas memasaknya, ia sudah tak sabar ingin makan karena ia sangat lapar.
"apa aku boleh meminta air ini? Aku rindu rasanya minum air mineral," shena melihat ke sekitar untuk mencari sean, Ia ingin meminta air minum itu.
"kenapa celingukan begitu?" ucap sean membuat shena kaget.
"tuan bolehkah aku minta minum ini? Aku sangat haus,"
"boleh saja tapi itu tidak gratis,"
Shena tampak menghela nafasnya, "aku harus membayarnya dengan apa tuan?"
"cepat masak, dan minum saja jika kau haus," ucap sean lalu berbalik masuk ke dalam tenda.
Dengan senang shena langsung menenggak habis satu botol air mineral yang ia pegang. ia sangat rakus meminum minuman tak berasa itu.
"tuan sudah, kau bisa makan," teriak shena memanggil sean.
"tunggu sebentar,"
Tak lama sean keluar dan duduk di matras, ia mengambil mie bagiannya dan mulai makan.
"kenapa tidak makan?" tanya sean saat melihat shena hanya diam menatapnya.
"ahh maafkan aku, aku terbiasa menunggu perintah untuk makan. Maafkan aku tuan," shena dengan kikuk mengambil mie miliknya, ia mulai makan dengan lahap. Bahkan ia menghabiskan mie itu sampai kuahnya habis tak tersisa.
Sean menatap shena yang seperti tak puas dengan apa yang telah ia makan.
"kau masih lapar?" tanya sean.
"eum... Aku masih lapar karena dua minggu aku hanya minum air," ucap shena malu.
"kalau begitu buat lagi, tak apa karena ini hari terakhir aku disini,"
"tapi kau akan membawaku kan tuan?"
"tentu saja bodoh, cepat buat lagi dan makan. Jangan merepotkan aku di jalan, mengerti?"
"mengerti," ucap shena senang.
Selama belasan tahun shena tak pernah keluar dari rumah, karena orangtuanya tak mengijinkan shena dan elina keluar rumah. Saat ayahnya masih hidup, shena beberapa kali keluar di malam hari namun setelah ayahnya meninggal dunia, ia tak di perbolehkan keluar.
"tuan siapa namamu?" tanya shena tiba tiba.
"sean, kau benar manusia?" tanya sean sedikit ragu karena kulit shena benar benar pucat seperti mayat.
"aku tidak pernah keluar selama belasan tahun, aku sekolah di dalam rumah. Aku jarang terkena sinar matahari jadi kulit ku pucat," shena kembali makan, ia sangat lahap dan cepat menghabiskan mie yang ada di mangkuk miliknya.
"apa kau disiksa?"
"tidak, walaupun aku tak boleh keluar tapi ibu tak pernah menyiksaku. Hanya saja malam itu aku di paksa meminum minuman keras satu botol penuh, lalu aku di perkosa ayah tiriku saat aku mabuk berat,"
Entah kenapa sean tiba-tiba merasa kesal dengan cerita shena, ia rasanya ingin mengebom rumah orangtua shena.
sean mengambil sandal dan jaket miliknya, ia melemparnya ke depan shena.
"pakai, jaga tubuhmu. Aku tidak mau kau sakit dan merengek, jika kau merengek aku akan menendangmu ke jurang,"
"baik tuan, terimakasih,"
Sean membereskan tenda dan peralatan kemahnya, sedangkan shena membereskan alat masak dan makan.
"tuan kau bilang kau duda, kenapa kau menjadi duda di usiamu yang terbilang masih muda?"
Sean langsung menghentikan aktivitas yang ia lakukan dan berbalik menatap shena.
"kau ingin tau?"
...🪼TBC🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments