Pagi harinya sean baru kembali ke rumah setelah ia mendapatkan jahitan di punggung dan dadanya. Dengan langkah gontai ia masuk ke dalam rumah, ia ingin segera bertemu shena dan memeluknya sampai besok.
Namun langkah kakinya terhenti saat melihat meja mahal miliknya sudah hancur berantakan, matanya menyisir setiap sudut rumah. Piring, gelas, dan wine mahal miliknya benar benar hancur.
"sepertinya nona sudah menyiapkan makan malam romantis," ujar max saat melihat bunga mawar merah di serpihan meja tersebut.
"tuan, lihat darah itu," ucap max takut dan langsung berbalik.
"ahhh dia pasti benar benar marah," ucap sean frustasi. Ia langsung mengikuti jejak darah di lantai sampai ke tangga dan berakhir di kamar shena.
"shena, buka pintunya," sean mencoba menggebrak pintu itu lebih keras. Ia sangat kesal dan emosi melihat barang barang mahal miliknya hancur berantakan. Namun ia lebih kesal karena melihat darah kering yang ia yakini itu darah shena.
Karena tak kunjung di buka, ia langsung mendobraknya dan mendapati shena yang tidur tengkurap dengan kaki penuh luka dan darah, bahkan serpihan kaca masih tertancap di kakinya.
"SHENA!!!" sean langsung menghampiri shena, ia panik karena shena pucat dan lemas. Badannya sangat dingin dan berat.
"MAX PANGGIL SAM!!!" teriak lantang sean yang langsung di angguki max.
"kenapa kau begini ha? Kau tau disini ada dokter kenapa kau tak minta tolong? KENAPA MALAH MEMBUATKU KHAWATIR SHENA!!"
"kenapa kau ingin menginap disana? Karena banyak gadis cantik? Kau tidur dengan siapa lagi kali ini? Menyenangkan?" tanya shena dengan suara lirih, tubuhnya mengigil karena infeksi di kakinya.
"aku tidak tidur dengan wanita manapun,"
"pembohong,"
"tuan aku akan memeriksanya," sam langsung memeriksa kaki shena, ia menyuntikkan anestesi.
"nona apa kau masih merasakan sakit?" tanya sam mencubit pergelangan kaki shena.
"tidak terlalu," jawab shena lemas, ia sudah tak berdaya lagi.
Sean terus memeluk shena agar shena tak kembali mengigil. Ia benar benar khawatir sampai matanya memerah, ia ngeri melihat serpihan kaca yang di keluarkan dari kaki shena.
"sakit?" tanya sean melihat kedua mata shena yang berkaca kaca.
"hatiku yang sakit,"
Sam menahan tawa saat mendengar jawaban shena, ia tau apa yang di maksud shena karena tadi malam chris sudah menceritakan padanya.
"sudah tuan, nona jangan sampai kakimu terkena air lebih dulu. Kalau tidak kau jangan banyak beraktivitas agar kau tidak menekan luka di kakimu,"
"terimakasih," ucap shena pelan.
"aku akan memberimu antibiotik, kau takut jarum suntik?" tanya sam.
"aku lebih takut ibuku,"
Shena mengulurkan tangannya, ia sangat lemas dan tak bertenaga karena ia menangis semalaman sampai tertidur.
Setelah di suntik, shena berbaring di sebelah sean. Ia enggan melihat wajah sean, bahkan jika ia tak sakit ia ingin mendorong pria ini sampai terjungkal kebawah.
"lihat aku," pinta sean namun di abaikan oleh shena.
"aku tak tidur dengan siapapun,"
"kau pembohong sekali, jelas jelas max bilang kau ingin menginap karena banyak gadis cantik disana. Dasar mata keranjang, Karena kau kaya makannya kau seenaknya begini? Dasar pria sialan harusnya kau jatuh miskin saja," ucap shena kesal, ia tak peduli jika ia akan di tembak mati sekarang.
Sean terkekeh, ia merasa lucu melihat shena yang marah marah perkara cemburu. Namun sean tetap sean, ia tak ingin menunjukkan jika ia peduli pada shena.
"terserah kau saja, badanku pegal sekali karena aku di tiduri banyak wanita,"
"arghhhh aku akan meliburkan diri sampai sepakan," ucap sean berbalik dan turun dari ranjang.
"kau benar benar tidur dengan banyak wanita? Hey aku tidak mau lagi kau sentuh, dasar menjijikkan!" teriak shena saat melihat sean pergi dari kamarnya.
"apa benar? Dia tidur dengan banyak wanita selama dua hari? Aahhh tapi kenapa? Apa aku kurang cantik? Apa aku tak sehebat mereka? Menyebalkan!!!!"
shena turun dari ranjang, ia meringis merasakan kakinya namun ia tak peduli. Ia ingin menemui max atau chris.
"dimana ruangannya," shena turun ke lantai pertama, ia melihat eliza yang sedang bermain seorang diri di meja makan.
"eliza," panggil shena.
"ibu? Ada apa?" tanya shena senang.
"kau tau dimana ruangan tuan max atau chris?"
"tidak ibu tapi ruangan mereka bukan di rumah ini, ibu kau mau bermain denganku?" tanya eliza memelas.
"wahh aku harusnya berlari saja daripada menatap matanya dan merasa kasihan," gumam shena.
"ini apa?" tanya shena saat melihat polymer clay yang di mainkan eliza.
"ini bunga matahari," jelas eliza.
"aku akan membuatnya lebih bagus," shena duduk di sebelah eliza. ia memang senang melakukan diy apapun, karena ia kesepian di kamar jadinya ia harus memutar otaknya sekreatif mungkin untuk menghilangkan rasa bosannya.
Mereka berdua asik bermain sampai mereka tak sadar jika max dan sean sudah memperhatikan mereka sangat lama.
"sepertinya nona senang bermain hal semacam itu tuan,"
"ya dia sangat kreatif makannya dia senang,"
"tuan apa kau benar akan menikahinya?" tanya max hati hati.
"ya tapi jika dia hamil, aku sampai frustasi karena dia tak kunjung hamil. Sialan, bahkan saat di perkosa ayah tirinya dia juga tidak hamil," kesal sean.
"sepertinya dia belum subur mengingat usianya yang masih sangat muda," jelas max.
"ada beberapa wanita yang begitu tuan, mereka tidak mandul hanya saja rahimnya belum siap," lanjut max.
"jaga mereka selagai aku pergi, jika kau mengarang tentang keberadaan ku lagi akan ku lempar kau ke tengah lautan,"
"baik tuan, maafkan aku,"
Sean berjalan menghampiri shena dan eliza yang masih sibuk membentuk, "shena,"
"..."
"ibu ayah memanggilmu,"
"..."
"jika kau masih marah padaku setidaknya jangan sampai eliza tau, kenapa kau membuat situasi jadi menyebalkan?"
"..." shena tak peduli ia masih sibuk membuat bunga tulip.
Sean yang kesal langsung mendekati shena dan merusak bunga yang ada di tangan shena, ia meremasnya dan membuangnya ke sembarang arah.
"apa kau tuli? Kau tidak punya telinga? Apa telingamu hanya pajangan?" marah sean.
Shena hanya menunduk menahan air matanya karena tak mungkin ia menangis di depan eliza.
"JAWAB AKU!"
Shena mendongak melihat sean dengan raut wajah kesal dan mata berkaca-kaca. Ia benar benar kesal sampai ingin mengeluarkan isi perutnya.
"ayah jangan marahi ibu," ucap eliza sambil memeluk shena.
"astaga kau benar benar menguji kesabaran ku, apa sekarang kau buta? Tuli? Bisu? Semua bagian tubuhmu kaku?"
shena berdiri dan pergi, ia tak peduli pada sean. Bahkan ia tak menggubris panggilan eliza, shena berjalan ke arah kamarnya dan kembali menangis.
...🪼TBC🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments