Shena kembali merasakan hawa dingin dan lembab, ia masih bingung karena penutup kepalanya tak kunjung di buka. Tangannya di ikat kebelakang dengan tali tambang yang membuat pergelangan tangannya terasa perih.
"tuan?"
"tuan? Tuan aku mohon jangan tinggalkan aku begini. Tuan? Tuan aku yakin kau tak akan tega melakukan ini kan?"
Tak ada sautan atau suara apapun, hal itu membuat shena semakin panik. Lebih baik ia di buang di tengah hutan dengan keadaan tidak sadar, daripada dibuang namun di ikat dan di beri penutup kepala.
"tuan? Tuan aku mohon jangan lakukan ini padaku, tuan aku mohon,"
Dorrrr
Satu peluru di tembakkan ke langit, hal itu membuat shena makin panik. Ia baru ingat jika seperti ini sudah pasti ia akan segera mati. Kepala di tutup kain hitam dan tangan di ikat. Ia benar benar seperti tahanan yang akan di hukum mati.
"tuan, maafkan aku. Aku tak akan mengulanginya lagi, tuan aku mohon maafkan aku tuan," shena berusaha memohon, ia benar benar ketakutan.
"shena, aku membiarkan dirimu ikut denganku bukan untuk menjelajahi semua yang ada di hidupku. Kau tau? Kau hampir mati jika max tak menarikmu. Kau tau anjing yang menutup matanya itu? Dia adalah monster, terkena air liurnya saja kulitmu bisa membusuk dan tak bisa terobati," ucap sean yang membuat shena terbelalak.
"tuan aku mohon maafkan aku,"
"rasa penasaran bisa membunuhmu kapan saja," ucap sean melihat wanita yang ia taksir sedang terbaring di tanah lembab.
Max membuka penutup kepala shena, membuka tali yang mengikat tangan shena dan membantu shena berdiri.
Shena menatap sean takut, bibirnya bahkan bergetar dan memucat.
"apa karena kau tak tau banyak hal di dunia ini menjadikan dirimu penasaran dengan hidupku? Kenapa kau lancang sekali?" tanya sean menodongkan pistolnya ke rahang shena.
"tidak tuan, maafkan aku. Aku mohon tuan,"
Di tengah hutan yang shena yakini adalah hutan di belakang rumah sean, ia menelisik ke setiap sudut hutan. hutan itu penuh dengan pohon pinus yang wanginya semerbak.
Hanya mereka berdua yang ada di sana karena max pergi setelah melepas ikatan di tangan shena.
"tuan maafkan aku, aku janji aku akan menuruti semua maumu tuan. Aku mohon jangan bunuh aku,"
sean hanya diam melihat wajah shena yang sangat cantik dan sempurna, ia bahkan sampai melamun mengagumi keindahan wajah shena yang sangat alami.
"shena kau tidak boleh mencintaiku maka dari itu kau tidak boleh banyak tau tentangku," ucap sean sebelum akhirnya ia mencium bibir shena dengan rakus.
Sean membuang pistolnya dan mendorong shena mundur sampai shena bersandar di batang pohon. Ia menciumnya dengan kasar dan rakus, ia tak membiarkan shena mengambil nafas barang sedetik.
Shena mencengkram erat baju sean saat ia merasa sudah tak kuat, ia benar benar kehabisan nafas.
"tuan aku kesusahan bernafas," ucap shena setelah sean melepaskan bibirnya. Shena merasa bibirnya sedikit bengkak karena sean terlalu kasar dan berlebihan.
"jika kau kembali berulah, peluru di pistolku akan bersarang tepat di dalam otakmu, mengerti?" tanya sean sambil mencengkram rahang shena.
Shena hanya mengangguk, matanya kembali berkaca kaca. Ia langsung ambruk ke tanah setelah sean melepaskan dirinya dan pergi.
"tak apa shena dia pria baik, kau saja yang kurang ajar," lirih shena yang masih bisa di dengar oleh sean.
Sean menghentikan langkahnya dan tersenyum, bisa bisanya gadis itu masih berfikir jika sean pria baik padahal sean sudah memperlakukannya seperti binatang.
...****************...
Shena berjongkok di tepi kolam renang, tangannya bermain dengan air jernih di kolam itu. Ia teringat dengan elina, dimana elina di bandoli tas berisi barbel.
"elina, maafkan aku. Maafkan aku karena aku terlalu lemah, elina bagaimana kabarmu? Apa kau sudah bertemu dengan ayah dan nenek? Elina aku hidup dengan baik, semoga kau bisa tenang dan bahagia disana,"
Shena hanya bisa pasrah jika hidupnya memang seperti ini, setidaknya ada sean yang masih peduli padanya walaupun ia sangat ketus dan galak.
"ibu, kenapa kau melakukan ini padaku? Jika kau memang benci dan berniat membuangku kenapa kau tak membekaliku dengan pengetahuan? Aku sangat bodoh walaupun aku cepat belajar,"
Max berjalan mendekati shena, ia sebenarnya sangat malas bertemu dengan shena karena dari awal dirinya memang tidak menyukai keberadaan shena.
"hey kau, cepat masuk ke dalam, tuan memanggil mu. Bawa fwa kemana pun jika kau pergi," ucap max kesal sambil menyerahkan telepon tanpa kabel yang di namai fwa.
"terimakasih tuan dan maafkan aku," ucap shena pelan.
"cepatlah lari masuk kau benar benar lamban"
Shena langsung lari masuk ke dalam, ia menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar sean. Ia melihat sean yang duduk di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke laut.
"tuan maafkan aku jika aku lama,"
"kunci pintunya,"
Shena hanya menurut daripada ia bertanya, lagipula ia sekarang tak ingin banyak bertanya dan kepo tentang apapun yang menyangkut sean karena ia tak diperbolehkan melakukannya.
"kau butuh sesuatu?" tanya shena pelan.
"kemarilah," sean menepuk pahanya.
Shena menghampiri sean dan duduk di pangkuan sean menghadap ke arah laut, ia merasa sedikit tak nyaman karena ia masih takut.
Sean mengusap paha shena yang sangat mulus, tangannya bergerak ke atas menyingkap dress selutut yang di kenakan shena.
Shena hanya diam dan menutup matanya, menikmati semua sentuhan di kulit mulusnya. Sampai pada akhirnya sean memegang dua buah gunung kembar milik shena. Dari dalam baju, sean meremas dan mencubitnya. Ia sangat gemas saat memegangnya karena sangat kencang dan empuk.
"tuan, hentikan aku mohon,"
"kau menginginkannya tapi kau sedang haid?" tanya sean menggoda shena. Shena hanya mengangguk, ia memang tak pandai berbohong.
Sekarang baru pukul 05.30 pagi, sean dan shena terhitung hanya tidur beberapa jam sampai akhirnya sena di buang ke hutan dan kembali ke istana megah ini.
ah sayang sekali kupikir dia akan hamil, entah anak kepart itu atau anakku. Ternyata tidak, kalau begitu aku berharap kau segera hamil anakku agar aku punya alasan untuk menikahimu.
"tuan apa kau tak mempunyai anak?" tanya shena tiba tiba.
"tidak, dia tidak mau hamil,"
"jadi kalian sudah bersama selama berapa tahun?"
"aku menikah di usia 25 tahun dan dia meninggal saat aku berumur 26 tahun. Sangat singkat karena dia terlalu tamak,"
"tapi kau sangat mencintainya,"
Sean jadi teringat dengan perkataan shena tadi pagi
"tidak ada rahasia di antara kita, kau tau aku mencintaimu. Tapi kau tak peduli akan hal itu,"
Sean bukannya tak peduli, hanya saja ia masih ragu dengan shena.
...🪼TBC🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments