Sudah lewat satu bulan shena tinggal di rumah sean, sudah terlewat pula kejadian dimana shena di todong pistol oleh sean. Namun shena masih menjaga jarak dengan sean, ia takut mengganggu dan membuat sean marah.
Hal itu juga yang membuat sean bingung, melihat shena yang tak seperti dulu saat pertama kali ia menemukannya. Kini shena lebih banyak diam dan menghabiskan waktunya dikamar. Tidak berjalan jalan dan tidak berinteraksi dengan orang lain selain sean.
"max panggilkan shena kemari,"
"baik tuan,"
Max pergi ke kamar shena, ia mengetuk pintu dengan keras. "nona keluarlah tuan memanggilmu,"
Shena membuka pintu dan mengiyakan, "dimana?"
"di atap,"
"baik tuan terimakasih,"
shena bergegas pergi menghampiri sean, ia buru buru naik ke atap agar sean tak marah jika mendapati dirinya lamban.
"tuan,"
"kemarilah," sean menepuk sofa empuk di sebelahnya.
Shena langsung duduk, ia melihat langit sore yang cerah. Ia kembali tersenyum, mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar langit hari ini.
"Untuk apa kau memotretnya? Apa kau akan mengunggahnya ke media sosial?"
"aku menyimpannya, saat aku sedih aku selalu melihatnya dan itu obat," jawab shena masih fokus pada layar ponselnya.
"aku akan menyitanya jika kau tak melihat aku,"
Shena dengan cepat langsung menyimpan ponselnya dan menghadap ke arah sean.
"apa kau hamil?" tanya sean cepat
"hamil? Kurasa tidak, aku tak merasakan ada gejala hamil di tubuhku,"
tidak hamil? Bagaimana bisa aku selalu mengeluarkannya di dalam. Berkali kali dan tak ada satupun hari yang bisa membuatnya hamil?
"apa kau minum pil?" tanya sean curiga.
"darimana aku mendapatkannya tuan?"
"Tapi bagaimana bisa kau tidak hamil ha? Harusnya kau sudah hamil,"
"tapi aku baru dua hari yang lalu selesai haid, bukankah itu tidak mungkin jika aku hamil?"
"aneh,"
"kau ingin aku hamil tuan?"
"tidak, jangan ge- er aku hanya bertanya agar jika kau hamil aku langsung akan menggugurkannya," ucap sean ketus.
"tuan, apa jika aku hamil kau akan membuangku?"
Sean hanya diam menatap shena yang juga sedang menatapnya, lidahnya kelu. Ia tak mau mengakui jika dirinya sedang menantikan kehadiran malaikat kecil di perut shena.
"entahlah, kau mau hamil?" tanya sean.
"aku? Aku mau, aku ingin punya bayi. Tapi kau tidak memperbolehkan aku mencintaimu jadi kutepis keinginan itu,"
"jika kau berhasil hamil aku akan menikahimu," ucap sean cepat sebelum ia mencium bibir shena.
Shena diam mematung, mendengar jika ia akan di nikahi membuatnya bahagia. Namun untuk hamil ia merasa ragu karena ia sudah berkali kali di tiduri sean namun belum juga hamil.
"apa itu artinya aku boleh mencintai mu?"
"kenapa kau mencintaiku?" tanya sean sambil melepas baju milik shena.
"entahlah, aku sangat senang jika bisa berinteraksi denganmu. Aku sangat kesepian jadi aku sangat senang jika kau memanggilku. Aku butuh cinta karena aku tak pernah mendapatkannya, sangat menyedihkan,"
"tapi aku akan berhenti mencintaimu, karena bukan hanya aku yang terluka. Tapi orang yang menerimanya juga akan merasa tidak nyaman dan terluka. Maafkan aku karena lancang mencintamu, yang seharusnya tak boleh ,"
Sean tampak kesal mendengar shena yang ingin berhenti mencintainya. Ia langsung mencengkram pinggang shena dengan kencang.
"akhh tuan," rintih shena merasakan sakit bercampur geli di pinggangnya.
"kau memang tak boleh lancang!" tekan sean.
Sean kembali melakukan percintaan dengan shena di ruang terbuka dan hawa yang sejuk. Tak hanya sekali ia melakukannya, ia sangat berusaha agar shena cepat hamil anaknya.
Ahh sial kali ini kau harus benar benar hamil anakku, ayolah aku ingin kau hamil dan mengandung putraku. Walaupun kau mengandung putri aku juga tak masalah yang penting aku punya alasan untuk menikahimu lebih cepat.
Rintihan demi rintihan memekakkan telinga sean, membuat sean makin mempercepat gerakannya. Hingga akhirnya sean kembali mengeluarkannya di dalam.
"tuan jika kau tak ingin aku hamil kenapa kau selalu mengeluarkannya di dalam?"
"peduli setan dengan hamil aku hanya ingin merasa puas," ucap sean kesal sambil memakai celananya. Pergi meninggalkan shena yang masih telanjang di atas sofa.
...****************...
Pagi pagi buta sean sudah bersiap pergi, ia harus memberantas srigala nakal.
"tuan apa anda ingin bersenang-senang? Anda tak perlu turun tangan tuan, aku bisa menyelesaikannya,"
"dengan mata tertutup?" ejek sean, mengingat max sangat takut dengan darah namun kemampuan bertarung dan bidikannya selalu membuat sean puas. Di tambah otak cerdas max yang selalu membuat sean kagum.
Max langsung menutup mulutnya rapat rapat dengan kesal, sean selalu tau kelemahannya. Termasuk ia takut dengan pasta gigi berwarna putih.
"aku hanya ingin bersenang-senang sebentar, shena sangat membosankan karena dia menjaga jarak denganku," ucap sean sambil berkaca memakai jas miliknya
"Kenapa dia menjaga jarak dengan anda tuan?"
"ya dia masih takut jika aku menodongkan pistol ke arahnya,"
"tuan lalu bagimana dengan wanita itu?"
"biarkan saja anjing itu tak akan memakannya, anjing itu hanya akan meludahi wanita sialan itu sampai mati sendiri,"
Sean bergegas pergi meninggalkan shena, tanpa berpamitan dan tanpa ucapan. Ia melenggang pergi meninggalkan rumahnya.
Sedangkan shena yang sedang duduk di balkon melihat mobil sean pergi, ia biasanya memang bangun pagi dan duduk disana menikmati indahnya hutan pinus dan lautan.
"mau kemana? Kenapa tidak bilang padaku? Tapi aku siapanya? ingat shena kau hanya pelacurnya. Jangan melewati batas,"
Shena masuk ke dalam ruangan kosong di samping kamarnya, tempat itu ia pergunakan untuk membuat lilin aroma terapi atas ijin sean.
"aku masih penasaran dengan nona itu, tapi aku baru ingat jika kamar itu sangat bau. Sebenarnya dia kenapa? Jika dia sakit kenapa tak ada yang merawatnya?"
Ketukan di pintu membuat shena kaget, ia bergegas membukakan pintu itu.
"nona," ucap anak kecil berumur 10 tahun di depan pintu.
"haii cantik, siapa namamu?"
"namaku? Namaku eliza,"
Deg.... Shena langsung mengepalkan kedua tangannya, sorot matanya sudah berubah. Ia langsung memicingkan matanya.
"kenapa kau disini? Dimana ibumu? Ayahmu?"
"ayahku pergi, dan ibuku sedang sakit," jawab eliza masih menatap shena penuh senyum hangat.
"apa itu aku ingin masuk," eliza menerobos masuk ke dalam saat melihat lilin buatan shena.
Shena sampai emosi melihatnya yang memegang semua benda yang shena punya, sampai akhirnya wax panas yang di taruh di gelas kaca tumpah mengguyur kaki shena.
"ARGHHHHHH!!!!" Teriak shena lantang membuat Chris masuk dengan terburu buru ke ruangan shena.
"nona, astaga bagimana ini. Katakan nona aku harus apa?" ucap chris panik, sedangkan shena sudah pingsan karena tak kuat merasakan sakitnya.
"tuan maafkan aku," rengek eliza melihat shena yang berada di gendongan chris.
"lihat saja setelah ini kau yang akan ku siram dengan lilin panas, bocah sialan jika tuan sean tau kau pasti sudah di buang,"
Chris berlalu pergi, ia membawa shena ke dokter sam yang bertugas di rumah sean.
"ini akan meninggalkan bekas, butuh waktu setidaknya satu tahun agar bekas ini menghilang dengan perawatan dan teknologi mahal," ucap sam menjelaskan.
"kenapa dia bisa begini?" tanya sam menatap chris yang sedang panik.
"eliza yang menumpahkannya,"
"bocah sialan itu bisa keluar? Wahhh,"
"aku akan menghubungi tuan,"
^^^max apa aku bisa bicara dengan tuan sean? 📞. Ini sangat penting. Menyangkut shena^^^
📞tunggu sebentar
📞katakan!
^^^Tuan, aku tidak tau awalnya bagaimana namun 📞eliza keluar dan menghampiri nona shena. Dia mengikuti nona ke ruangan lilin, dan eliza menumpahkan lilin panas ke kaki nona shena sampai nona shena pingsan. Dia belum sadar sampai sekarang^^^
📞/tut
...🪼TBC🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments