Sean masih berdiri tegak di depan wanita yang masih berstatus istrinya ini, dengan mata memerah dan nafas tersengal sengal. Ia mengayunkan kapaknya untuk memenggal kepala irene.
"sean aku mohon," lirih irene.
sean tak peduli, ia bersiap dengan kapaknya yang sangat tajam.
"semoga kau menemukan cinta yang membuatmu tak ingin mati sean, maafkan aku karena sudah menghancurkan setengah hidupmu,"
Detik berikutnya kepala dan badan irene sudah terpisah, sean menatapnya dengan penuh air mata. Akhirnya wanita yang sangat ia cintai ini berakhir di tangannya sendiri.
Tak ada rasa penyesalan di hatinya dan tak ada rasa lega. Karena sesungguhnya ia memang masih mencintai irene.
"aku sudah menemukannya, dan dia akan menghapusmu dari hidupku," lirih sean.
Sean duduk di ranjang eliza dengan penuh darah, bahkan kamar ini sudah penuh bau anyir dan percikan darah.
"aku baru bisa membunuhmu sekarang, 4 tahun tak mudah bagiku untuk menemukan alasan untuk membunuhmu. Aku sudah tau semuanya dan aku mencoba membencinya, namun ternyata tak bisa. Sampai akhirnya aku melihat wanitaku kau sakiti,"
Sean terkekeh melihat jasad irene di depannya, ia seperti orang linglung.
"tuan," ucap chris dari luar.
Sean berdiri dan membuka pintu, ia bergegas pergi tanpa mengatakan apa apa. Sedangkan chris tengah kaget karena ternyata pemakaman itu di siapakan untuk irene.
"aku tidak menyangka kau akhirnya mati," ucap chris sedih, walaupun ia membencinya namun saat melihat irene sudah mati dengan mengenaskan membuatnya sedih dan iba.
"kenapa kau melakukan sesuatu yang membuatmu rugi? Harusnya kau menikmatinya dengan penuh kebahagiaan. Lihatlah mati saja tak ada yang menangisimu," ucap chris lalu menyeret tubuh irene dan menggenggam kepala irene yang masih bercucuran darah.
Beberapa pelayan yang melihatnya langsung berbalik badan dan pergi, ngeri dan takut melihatnya.
"kenapa pergi! Bersihkan bodoh!!" teriak chris
"baik tuan," ucap dua pelayan yang tak sengaja lewat.
"ahh menjijikkan sekali kau ini," gumam chris kesal.
...****************...
Sean sedang berganti baju di kamar, "apa shena belum bangun?"
Detik berikutnya pintu kamar sean terbuka, memperlihatkan seorang wanita dengan tubuh tinggi semampai berjalan gontai menghampirinya.
"sean sakit sekali, aku sampai tak bisa melihat rasanya," rengek shena.
"jangan kau pegang, tahan tanganmu,"
"dimana wanita sialan itu!"
"ada di pemakaman," ucap sean santai.
"dia menjenguk siapa? Apa ada keluarganya yang mati? Kenapa tidak dia saja yang mati,"
"dia yang ada di peti mati itu,"
"apa?!" shena langsung melotot, ia tak percaya dengan ucapan sean.
"aku tak sengaja membunuhnya tadi, apa kau ingin mengatakan sesuatu padanya?"
"kenapa kau membunuhnya? Aku tau di salah tapi kau tak boleh mengambil nyawa seseorang orang semaumu,"
Shena langsung pergi berlari keluar kamar menuju halaman belakang. Ia bahkan mengeluarkan air matanya karena merasa kasihan pada irene.
bukan ini rencananya, harusnya tak ada yang mati di antara irene dan shena. Namun kenapa tiba tiba irene harus berhenti memperjuangkan cinta sean?
"shena! Shena! Dengarkan aku shena," sean tak sempat mengejar karena ada telefon masuk.
"ahh pasti dia marah lagi padaku," gumam sean.
Sedangkan di belakang rumah, shena sudah berlari tanpa alas kaki untuk mencari pemakaman Irene.
"nona ada apa?" tanya max saat melihat shena yang berlarian.
"dimana makan irene? Dimana? Cepat katakan!"
"aku tidak tau nona, sungguh. Siapa yang membunuhnya?"
"sean yang melakukannya, aku harus pergi," shena kembali berlari mengitari sekitar rumah berharap ia bisa menemukan irene.
"ayolah ini hanya gurauan, kenapa menyedihkan sekali kematiannya,"
Shena berhenti saat melihat chris yang masih memegang kepala irene di ujung lubang pemakaman untuk irene.
"apa yang kau lakukan!" ucap shena dengan suara bergetar.
Chris langsung menoleh mendengar suara shena, ia kaget melihat shena yang berlinang air mata mendekat ke arahnya.
"nona, kenapa kau kemari," chris melempar kepala irene ke dalam liang.
"kenapa kau memperlakukan dirinya seperti itu? Dia juga manusia kan?" tanya shena.
"nona aku hanya menjalankan perintah," ucap chris bingung.
"lalu kenapa kau harus melemparnya? Kenapa kau tega sekali? Aku tau kalian membencinya aku juga begitu, tapi tetap saja kalian harus memperlakukannya seperti manusia!"
"shena maafkan aku," ucap sean memeluk shena dari belakang.
"maafkan aku, aku tak bermaksud memperlakukannya dengan kasar,"
"terserah kau saja!" shena langsung pergi, ia masih menangis dan merasa kecewa.
Ia melihat irene yang berakhir dengan mengenaskan, apa dirinya juga akan mengalaminya? Bukankah tersesat di hutan jauh lebih baik?
shena terus berjalan sampai akhirnya ia berdiri di tepi kolam renang, ia langsung melompat dan menahan dirinya di dasar kolam.
Ia rasanya pusing karena matanya masih sakit, di tambah ingatan tentang irene dan darah yang ia lihat.
Dari atas sean langsung ikut masuk dan menarik shena yang sudah lemas.
"apa yang kau lakukan sayang? Aku tau kau marah tapi kenapa kau seperti ini? Jangan menyakiti dirimu sendiri," tenang sean
"apa aku juga akan berakhir sama dengan Irene?" tanya shena dengan suara bergetar.
"tidak, itu kesalahan. Maafkan aku, aku tak bermaksud membunuhnya hanya saja aku sangat kesal saat melihatmu di hajar olehnya,"
apa rasa peduliku terlalu berlebihan untukmu? Apa kau tak nyaman jika aku menunjukkan rasa kepedulian ku? Lalu aku harus bagaimana untuk menunjukkan padamu jika aku mencintaimu?
"sean kenapa kau tega sekali? Kenapa kau tak membiarkan dirinya hidup? bukan ini yang aku mau. Aku memang membencinya tapi melihatnya mati mengenaskan membuat hatiku sakit,"
"shena aku tau aku salah namun ada alasan lain yang tak bisa aku ungkapkan padamu, aku tau ini sangat tidak masuk akal tapi aku punya alasan lain,"
Sean menggendong shena untuk keluar dari kolam renang, ia membawa shena masuk ke dalam kamarnya untuk berganti baju.
"shena singkirkan rasa belas kasihmu agar balas dendam mu bisa terlaksana,"
Shena sibuk mengeringkan rambutnya dan berganti baju, ia hanya diam mendengarkan sean.
"entahlah sean aku tak tau, aku ingin tidur," shena naik ke atas ranjang dan tidur membelakangi sean.
"aku tau kau marah, jika ingin memaki lakukan saja aku akan menerimanya,"
"tidak, aku ingin tidur," ucap shena lirih.
Sean ikut masuk kedalam selimut dan memeluk shena dari belakang, "maafkan aku jika apa yang aku lakukan membuat mu tak nyaman. Tapi aku tak bohong soal aku mencintaimu,"
"..."
Sean aku sangat takut, entah apapun kesalahan ku aku hanya takut berakhir seperti Irene. Bahkan aku mulai khawatir karena aku belum hamil.
Aku khawatir kau akan membuangku atau bahkan mengakhiri hidupku agar informasi tentang mu tak menyebar.
...🪼TBC🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments