Shena berjalan di belakang sean, ia beberapa kali tertinggal karena sean sangat cepat.
"tuan tunggu aku," teriak shena.
"kau tidak membawa apa apa kenapa kau lambat sekali, kau tak bisa beralasan lelah karena disini yang lelah bukan hanya kau!" ucap sean kesal.
Sean selalu melakukan pendakian atau berkemah seorang diri karena ia tak mau di repotkan, seperti sekarang. Ia harus menjaga shena yang lemah, ia rasanya ingin membuang shena ke jurang dan pulang dengan tenang.
Shena menatap punggung sean yang berada di depannya, ia tersenyum bahagia karena sean memperlakukannya dengan baik walaupun sean sangat ketus dan dingin.
Mereka berdua sampai di tepi pulau kecil, shena melihat speed boat yang terparkir tak jauh dari tempatnya berdiri.
"tuan apa ini tempat terpencil?"
"tidak juga, banyak yang sering melakukan hiking disini. Mungkin kau di buang terlalu dalam atau terlalu di bawah, jadi kau susah bertemu orang," jelas sean
"sepertinya begitu, terimakasih tuan. Aku sangat senang bertemu denganmu, terimakasih karena sudah mau membawaku,"
"senang? Aku memperlakukan mu dengan seenaknya kau malah senang. Apa mentalmu itu sudah rusak karena didikan orang tuamu yang tak becus itu?"
Shena menunduk, namun ia berusaha menguatkan hatinya karena apapun yang keluar dari mulut sean selalu ia anggap benar dan ia harus patuh.
"kenapa? Kau ingin menangis?" tanya sean saat melihat shena menunduk melihat kakinya.
"tidak tuan,"
"ahhh sialan, aku sangat membencimu. mengerti?" ucap sean naik ke speed boat miliknya.
"ayo cepat naik aku sudah lelah jangan membuang buang waktu,"
Shena naik ke atas speed boat di bantu sean, ini kali pertama baginya melihat laut secara langsung dan naik speedboat di atasnya.
Tak henti hentinya senyum di bibir shena mengembang, ia sangat bahagia walaupun bersama pria ketus.
"kau senang?" tanya sean saat melihat senyum merekah di wajah shena.
"aku sangat senang, aku baru pertama kali menaiki ini dan melihat laut secara langsung. Biasanya aku hanya melihat di internet,"
"jadi apa yang kau lakukan setiap harinya jika kau tak boleh keluar?" tanya sean penasaran, sean saja yang selalu keluar dan bebas kemanapun masih merasa bosan. Bagaimana dengan shena yang di kurung di dalam rumah selama belasan tahun.
"tidak banyak, aku membuat lilin aroma terapi. Walaupun aku di kurung namun aku masih boleh membeli barang barang via online. Tapi atas nama ibuku,"
"kenapa? Kau kan sudah besar, memakai namamu untuk sebuah alamat bukannya tidak masalah?"
"seharusnya begitu namun tetanggaku saja tak mengenalku, sepertinya di dunia ini tak ada yang tau jika aku hidup," ujar shena melihat ke arah sean yang juga sedang melihatnya.
"aku tau,"
Shena tersenyum, "terimakasih karena kau sudah menemukanku tuan,"
"kau tidak takut jika ternyata aku orang jahat? Bagimana jika aku menjualmu? Membunuhmu?" tanya sean.
"aku tidak pernah berinteraksi dengan orang secara langsung, aku tidak bisa mengerti bagaimana cara membedakan orang jahat atau orang baik. Karena aku menganggap ibuku sangat baik karena menjagaku ternyata aku salah,"
"tuan jika memang kau adalah orang jahat, bisakah kau tunggu dulu sampai aku bisa membalas dendam pada ibuku?" lanjut shena menatap sean yang mematung memegang kemudi speed boat.
"ah sudahlah aku tak ingin membahasnya," sean kembali fokus menyetir agar lekas sampai.
Sesampainya di dermaga kayu Eagle Street Pier, Brisbane Australia sean membawa shena ke sebuah hotel berbintang untuk istirahat.
"ahhh lelahnya," ucap sean merebahkan tubuhnya di ranjang sedangkan shena hanya diam melihat sean di dekat pintu.
"shena,"
"kenapa tuan?"
"kau mau membeli baju?" tanya sean sambil membuka ponselnya.
"aku tidak punya uang,"
"ahhh aku tidak selera melihatmu lusuh begitu, cepat katakan ukuran bajumu,"
"aku biasanya memakai baju ukuran 10,"
"baiklah sebentar aku pesan kan baju untukmu, duduk saja tapi jangan di atas ranjang karena kau kotor. Kalau tidak kau bisa mandi dulu, sana cepat mandi," usir sean.
"baik tuan,"
Shena masuk ke dalam kamar mandi, ia membuka bajunya satu persatu dan mulai mandi. Ia menggosok kulitnya yang kusam karena dua minggu tak mandi. Ia memakai sabun dan lulur yang di sediakan oleh pihak hotel.
"aku harus tempil lebih baik agar tuan sean tak mengusirku, setidaknya aku harus bisa memuaskan matanya,"
Shena menggosok gigi dan membasuh wajahnya, ia mencuci rambutnya. Shena benar benar berusaha terlihat agar dirinya menarik di depan sean, ia sampai menggigit bibirnya agar tak terlalu pucat.
"aku keluar menggunakan handuk saja?"
"lagipula tuan sena sudah melihat tubuhku tadi, sepertinya tak apa,"
Shena keluar dari dalam kamar mandi, ia mendekat ke ranjang dimana sean sedang sibuk berselancar di internet.
"tuan aku sudah selesai,"
Sean langsung berbalik dan menatap shena dari ujung kepala sampai ujung kaki, ia cukup kagum melihat kulit bersih milik shena.
"luka di kaki dan tanganmu bisa kau obati, ambil saja disana. Bajunya sebentar lagi datang, kau bisa menyelimuti dirimu jika kau kedinginan,"
"terimakasih tuan,"
"kenapa kau selalu berterimakasih?"
"karena kau sudah melakukan sesuatu untukku, aku tak bisa memberimu hal lain jadi terimakasih adalah ucapan yang tepat,"
Sean berdiri menghampiri shena ia langsung mendorong shena sampai menabrak dinding dan menciumnya. Ia mengigit bibir bawah shena agar shena membuka mulutnya.
"kau bisa memberi ini,"
"tidak mungkin aku tiba tiba menciummu tuan," ucap shena malu, pipinya memerah.
"kenapa pipimu memerah?"
"tidak ada tuan," shena sangat malu, walaupun ia tak pernah keluar rumah namun ia banyak belajar dari internet.
sean kembali menyesap bibir shena, entah kenapa ia sangat bergairah padahal ia sedang lelah.
Tok.... Tok.... Tok.....
sean pergi ke arah pintu, ia mengambil pesananya dan kembali mengunci pintu.
"pakai, aku tak berniat menjamahmu sekarang. Aku sangat lelah, namun kau tak boleh menolaknya jika aku menginginkannya,"
"terimakasih tuan,"
Shena melihat beberapa baju minim dan sexy, ia sampai tak habis pikir dengan pakaian yang di pesan sean.
"sepertinya dia ingin aku berpakaian dengan sexy dan menggoda,"

Sean keluar dan mentap shena sangat lama, ia melihat bayangan istrinya di diri seorang shena. Entah kenapa ia jadi sedikit emosional, hatinya terasa nyeri dan berdesir.
"tuan apa ini cocok untukku?" tanya shena memecah lamunan sean.
"ah ya itu cocok untukmu," sean langsung naik ke ranjang ia rasanya lelah sekali.
"kau mau ku pijat tuan?"
"kau bisa?" tanya sean ragu.
"aku bisa melakukannya,"
"ya aku ingin di pijat, badanku sangat lelah. Kenapa hari hari terbaikku hanya ada di pantai dan di gunung. Aku rasanya ingin tersesat dan menetap disana,"
Shena mulai memijat bahu dan punggung sean, ia dengan telaten memijat setiap bagian tubuh pria yang sudah menolongnya itu.
sampai pada shena memijat bagian pinggang sean, sean langsung mengerang.
"ahhhh shena," ucap sean.
"tak apa tuan, mengerang saja tak apa jangan kaku kau bisa cidera,"
Sean mengigit lengannya agar suara lenguhan dari mulutnya tak keluar.
...🪼TBC🪼...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Bastard_🗡️
bagus ceritanya
2024-01-17
1